Kamis, 11 Oktober 2012

Karya Ilmiah,Non Ilmiah dan semi ilmiah

Tugas Nama : Zalfika Ammya NIM : 014994906 Karya Ilmiah,Non Ilmiah dan semi ilmiah Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis kepada para pembaca. Biasanya ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu hal dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan. Maka sudah selayaknyalah, jika tulisan ilmiah sering mengangkat tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis orang lain.Jikapun, tulisan tersebut sudah pernah ditulis dengan tema yang sama, tujuannya adalah sebagai upaya pengembangan dari tema terdahulu. Disebut juga dengan penelitian lanjutan. Terdapat ciri-ciri dalam karya ilmiah yng kita temukan sehari-hari yaitu 1. Empiris Merupakan pembahasan suatu hasil penelitian. 2. yang bersifat metodis dan sistematis. 3. Objektif. 4. Analitis, tulisan ilimiah berusaha membedakan pokok soal kebagian yng lebih detail 5. Verifikatif, mengandung kebenaran ilmiah yang dapat diuji. MACAM-MACAM KARYA ILMIAH Artikel ilmiah : Karya tulis yang dirancang untuk dimuat di jurnal atau buku kumpulan artikel, di tulis dengan tatacara ilmiah dan disesuaikan dengan konversi ilmiah yang berlaku Makalah ilmiah :Karya tulis yang memuat hasil pemikiran tentang masalah, di susun secara sistematis dan runtut dan disertai analisis yang logis dan objektif. Laporan penelitian : Karya tulis yang berisi paparan proses dan hasil penelitian. Pada prinsipnya semua karya ilmiah yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah. Dalam hal ini yang membedakan hanyalah materi, susunan , tujuan serta panjang pendeknya karya tulis ilmiah tersebut,. Secara garis besar, karya ilmiah di klasifikasikan menjadi dua, yaitu karya ilmiah pendidikan dan karya ilmiah penelitian. 1. Karya Ilmiah Pendidikan Karya ilmiah pendidikan digunakan tugas untuk meresume pelajaran, serta sebagai persyaratan mencapai suatu gelar pendidikan. Karya ilmiah pendidikan terdiri dari: a. Paper (Karya Tulis). adalah karya ilmiah berisi ringkasan atau resume dari suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan dari suatu ceramah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya.penulisan paper ini agak di perdalam dengan beberapa sebab antara lain, Bab I Pendahuluan , Bab II Pemaparan Data, Bab III Pembahasan atau Analisisdan Bab IV Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. b. Pra Skripsi Pra Skripsi adalah karya tulis ilmiah pendidikan yang digunakan sebagai persyaratan mendapatka gelar sarjana muda. Karya ilmiah ini disyaratkan bagi mahasiswa pada jenjang akademik atau setingkat diploma 3 ( D-3).Format tulisannya terdiri dari Bab I Pendahuluan (latar belakang pemikiran, permasalahan, tujuan penelitian atau manfaat penelitian dan metode penelitian). Bab II gambaran umum (menceritakan keadaan di lokasi penelitian yang dikaitkan dengan permasalahan penelitian), Bab III deskripsi data (memaparkan data yang diperoleh dari lokasi penelitian). Bab IV analisis (pembahasan data untuk menjawab masalah penelitian). Bab V penutup (kesimpulan penelitian dan saran) c. Skripsi Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta- fakta empiris-objektif baik berdasarkan peneliian langsung (observasi lapangan ) maupun penelitian tidak langsung (study kepustakaan)skripsi ditulis sebagai syarat mendapatkan gelar sarjana S1. Pembahasan dalam skripsi harus dilakukan mengikuti alur pemikiran ilmiah yaitu logis dan emperis. d. Thesis Thesis adalah suatu karya ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dari pada skripsi, thesis merupakan syarat untuk mendapatkan gelar magister (S-2).Penulisan thesis bertujuan mensinthesikan ilmu yng diperoleh dari perguruan tinggi guna mempeluas khazanah ilmu yang telah didapatkan dari bangku kuliah master, khazanah ini terutama berupa temuan-temuan baru dari hasil suatu penelitian secara mendalam tentang suatu hal yangmenjadi tema thesis tersebut. e. Disertasi Disertasi adalah suatu karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta akurat dengan analisis terinci. Dalil yang dikemukakan biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-sanggahan senat guru besar atau penguji pada sutu perguruan tinggi, desertasi berisi tentang hasil penemuan-penemuan penulis dengan menggunakan penelitian yang lebih mendalam terhadap suatu hal yang dijadikan tema dari desertasi tersebut, penemuan tersebut bersifat orisinil dari penulis sendiri, penulis desertasi berhak menyandang gelar Doktor. 2. Karya ilmiah Penelitian. A, Makalah seminar. 1. Naskah Seminar Naskah Seminar adalah karya ilmiah yang barisi uraian dari topik yang membahas suatu permasalahan yang akan disampaikan dalam forum seminar. Naskah ini bisa berdasarkan hasil penelitian pemikiran murni dari penulisan dalam membahas atau memecahkan permasalahan yang dijadikan topik atau dibicarakan dalam seminar. 2. Naskah Bersambung Naskah Bersambung sebatas masih berdasarkan ciri-ciri karya ilmiah, bisa disebut karya tulis ilmiah. Bentuk tulisan bersambung ini juga mempunyai judul atau title dengan pokok bahasan (topik) yang sama, hanya penyajiannya saja yang dilakukan secara bersambung, atau bisa juga pada saat pengumpulan data penelitian dalam waktu yang berbeda. B. Laporan hasil penelitian Laporan adalah bagian dari bentuk karya tulis ilmiah yang cara penulisannya dilakukan secara relatif singkat. Laporan ini bisa dikelompokkan sebagai karya tulis ilmiah karena berisikan hasil dari suatu kegiatan penelitian meskipun masih dalam tahap awal. C. Jurnal penelitian Jurnal penelitian adalah buku yang terdiri karya ilmiah terdiri dari asal penilitian dan resensi buku. Penelitian jurnal ini harus teratur continue dan mendapatkan nomor dari perpustakaan nasional berupa ISSN (international standard serial number). KARYA NON ILMIAH Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya tidak didukung fakta umum, bahasanya bisa konkret atau abstrak dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal) walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis Ciri-ciri karya tulis non-ilmiah : • ditulis berdasarkan fakta pribadi, • fakta yang disimpulkan subyektif, • gaya bahasa konotatif dan populer, • tidak memuat hipotesis, • penyajian dibarengi dengan sejarah, • bersifat imajinatif, • situasi didramatisir, • bersifat persuasif. • tanpa dukungan bukti Macam-macam karya non ilmiah Dongeng :Merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan mahluk lainnya. Cerpen : Suatu bentuk naratif fiktif. Cerita pendek cenderung padat dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang. Novel : Sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita. Drama : Adalah suatu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh actor. Roman : Adalah sejenis karya sastra dalam bentuk prosa atau gancaran yang isinya melukiskan perbuatan pelakunya menurut watak dan isi jiwa masing-masing karya ilmiah dan nonilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis,ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Selain karya ilmiah dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, terdapat juga karangan yang berbentuk semi-ilmiah/ilmiah populer. Sebagian ahli bahasa membedakan dengan tegas antara karangan semi-ilmiah dengan karangan ilmiah dan nonilmiah. Finoza (2005:193) menyebutkan bahwa karakteristik yang membedakan antara karangan semi-ilmiah, ilmiah, dan nonilmiah adalah pada pemakaian bahasa, struktur, dan kodifikasi karangan. Jika dalam karangan ilmiah digunakan bahasa yang khusus dalam di bidang ilmu tertentu, dalam karangan semi-ilmiah bahasa yang terlalu teknis tersebut sedapat mungkin dihindari. Dengan kata lain, karangan semi-ilmiah lebih mengutamakan pemakaian istilah-istilah umum daripada istilah-istilah khusus. Jika diperhatikan dari segi sistematika penulisan, karangan ilmiah menaati kaidah konvensi penulisan dengan kodifikasi secara ketat dan sistematis, sedangkan karangan semi-ilmiah agak longgar meskipun tetap sistematis. Dari segi bentuk, karangan ilmiah memiliki pendahuluan (preliminaris) yang tidak selalu terdapat pada karangan semi-ilmiah. Ciri-ciri : Emotif : kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi. Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative. Deskriptif : pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif. Kritik tanpa dukungan bukti. Contoh : Manga, merupakan sebutan untuk komik di Jepang. Tidak ada yang tahu secara pasti kapan komik masuk pertama kali ke Jepang, tetapi pada mulanya komik Jepang adalah peniruan dari film animasi Walt Disney oleh Ozamu Tezuka (1928-1989) dan merupakan cikal bakal dari komik Jepang modern. Beliau mengekspresikan gerakan film-film animasi Walt Disney ke dalam komik Jepang. Karya-karya beliau setelah akhir perang dunia II membuka era baru untuk komik Jepang. Sumber sumber : 1. http://hutamigoodgirl.blogspot.com/2010/11/contoh-kalimat-ilmiah-semi-ilmiah-dan_14.html 2. http://id.wikipedia.org/wiki/Karya_ilmiah 3. http://noviani26.wordpress.com/2012/03/21/karangan-ilmiah-semi-ilmiah-non-ilmiah/ 4. http://achmadfaroby.blogspot.com/2011/03/perbedaan-karangan-imiah-semi-ilmiah.html • http://noorifada.files.wordpress.com/2008/09/2-mpi-karya-ilmiah.pdf • http://maizuddin.wordpress.com/2010/05/06/apakah-karya-tulis-ilmiah-itu/ • http://silvergrey23.blogspot.com/2010/11/wacana-non-ilmiah.html • http://fuad30.blog.friendster.com/2008/10/karya-ilmiah/ • http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/07/karya-ilmiah-dan-non-ilmiah.html • Aku Cinta Bahasa Indonesia kelas IV , Tiga Serangkai • http://muthiah-muthiah.blogspot.com/2010/10/wacana-non-ilmiah.html

Selasa, 02 Oktober 2012

Membuat Naskah Berita Radio yang Bernyawa

Membuat Naskah Berita Radio yang Bernyawa By Jaka Siaran radio memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan media informasi yang lainnya Dunia radio masih hidup saat ini meskipun teknologi komunikasi sudah berkembang pesat dengan kehadiran internet dan kemudian bias diakses di telepon cerdas atau smartphone. Semula dengan kemajuan internet, radio dikatakan sudah tamat riwayatnya seperti halnya pernah diramalkan untuk surat kabar dan majalah berita. Namun ternyata radio hidup lebih panjang justru berkat adanya teknologi internet ini siaran radio yang menyampaikan berita lokal seperti di Indonesia dapat dinikmati di mancanegara, jauh melebihi batas teritorial dan kemampuan antene radio. Selain situs berita radio itu juga bisa dipancarkan melalui teknologi di internet secara langsung, berita yang termuat dalam radio juga bisa dimuat dalam situs di internet. Bahkan rekamannya dalam bentuk MP3 atau podcast bisa diakses, diunduh dan didengarkan kapan saja oleh pendengar.Oleh sebab itulah kehadiran internet menjadi sangat penting dalam dunia pemberitaan. Dan tetap mengukuhkan radio sebagai salah satu medium komunikasi massa yang masih bisa diandalkan. Beberapa keunggulan radio dibandingkan dengan media komunikasi massa lainnya bisa disebutkan sebagai berikut. 1.It is Immediate. Berita dapat dilaporkan lebih cepat melalui radio daripada surat kabar atau televisi karena teknologinya lebih simple. Meski zaman sekarang bisa ditandingi juga dengan media online namun berita radio menampilkan atmosfir nyata dari sebuah peristiwa yang bisa didengar langsung pemirsanya. 2. It is accessible. Radio juga mudah di akses. Kita bisa mendengarkan radio hampir dimanapun. Kita dapat mendengar radio ketika mengendarai mobil atau ketika berada di luar rumah. Teknologi telepon cerdas atau smartphone bahkan memudahkan kita mendengarkan radio dalam segala cuaca tanpa harus membawa-bawa kotak radio. Lebih-lebih lagi kita bisa mengerjakan hal lain sambil mendengarkan radio. 3. It is inclusive. Radio bisa mencapai banyak orang termasuk masyarakat yang miskin, terpinggirkan dan mereka yang belum bisa membaca atau menulis. Suara penyiar atau Reporter radio akan memberikan nuansa lain disamping tentu pengetahuan bagi para pendengarnya. Dalam penyajian acara dan berita yang disampaikan melalui radio harus dikemas sehingga dapat menarik minat pendengar untuk mengikuti dan menyimak apa yang disampaikan oleh penyiar radio. Pendengar cenderung menganggap berita radio adalah hal yang membosankan, kaku dan monoton. Kunci utama mengapa sebuah berita radio menjadi membosankan untuk didengar terletak pada kata-kata yang dipilih oleh si penulis berita. Jika si penulis berita kurang tepat memilih kata-kata, maka penyiar atau pembaca berita tidak akan bisa atau akan mengalami kesulitan memberikan nyawa agar berita tersebut nampak hidup pada saat disiarkan. Contoh Berita : Gempa bumi hebat mengguncang kawasan barat Aceh. Gedung-gedung bertingkat Di Meulaboh dan Banda Aceh terkoyak dan hancur luluh lantak. Gempa yang memukul Meulaboh dengan kekuatan 9,3 pada skala richter ini merenggut nyawa sedikitnya 131. 029 jiwa. gempa bumi yang terjadi pada hari Jum’at 26 Desember 2004,Pukul 7.58 WIB. terletak pada bujur 3.316° N 95.854° E Koordinat: 3.316° N 95.854° E kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer merupakan gempa terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir ini yang menghantam Aceh, Sumatera Utara, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Srilangka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika Apa saja yang harus dilakukan oleh seorang scriptwriter agar berita yang ditulisnya bisa hidup sewaktu disampaikan oleh newscaster? Penggunaan kata kerja Kata kerja memegang peranan penting dalam penulisan bahasa tutur. Pikirkanlah secara serius, karena pemilihan kata kerja akan mempengaruhi gaya penyampaian. Contoh: Gempa bumi hebat mengguncang kawasan barat Aceh. Gedung-gedung bertingkat Di Meulaboh dan Banda Aceh terkoyak dan hancur luluh lantak. Gempa yang memukul Meulaboh dengan kekuatan 9,3 pada skala richter ini merenggut nyawa sedikitnya 131. 029 jiwa. Hati-hati menggunakan kata sifat Penulisan naskah naratif dan deskriptif, akan banyak ditolong oleh penggunaan kata sifat. Namun perlu dihindari penggunaan kata sifat yang bisa menimbulkan berbagai macam persepsi karena justru dapat mengaburkan pesan yang ingin kita sampaikan. Contoh : besar -> sebaiknya rincikan besarnya seperti apa berwarna-warni -> sebaiknya sebutkan apa saja warnanya drastis -> sebaiknya dijelaskan seberapa drastis dan lain sebagainya Gunakan kalimat aktif Dalam membuat bahasa tutur, penggunaan kalimat aktif adalah yang terbaik. Susunan kalimat aktif ‘Subyek - Predikat - Obyek’ akan mempermudah pemahaman naskah yang akan dibaca, sehingga newscaster akan menjadi lebih lancar dalam menyampaikan sebuah kalimat berita. Contoh : Bukan : 131. 029 jiwa jiwa direnggut dalam gempa berkekuatan 9,3 skala richter di Aceh Tetapi : Gempa berkekuatan 9,3 skala richter merenggut 131. 029 jiwa di Aceh Gunakan kalimat ‘kini’ atau present tense Teorinya, sebuah berita radio menyajikan apa yang baru saja terjadi, apa yang sedang terjadi dan kira-kira apa yang akan segera terjadi. Sehingga lebih tepat jika sebuah naskah berita radio disusun dengan menggunakan present tense. Penggunaan kalimat yang mengesankan bahwa sebuah peristiwa sedang terjadi akan menimbulkan kesan bahwa berita yang kita siarkan adalah berita fresh dan menjadi hal yang menyegarkan di telinga pendengar. Sedangkan susunan kalimat yang menggambarkan kejadian kemarin (past tense) dan yang akan datang (future tense) lebih cocok digunakan oleh jurnalis media cetak. Contoh: Bukan : Gempa bumi dahsyat telah mengguncang Aceh. Tetapi : Gempa bumi dahsyat mengguncang Aceh. Bukan : China akan menjadi tuan rumah olimpiade 2008 Tetapi : China menjadi tuan rumah olimpiade 2008 Bumikan kalimat dengan bahasa sehari-hari Penggunaan bahasa sehari-hari akan membuat berita kita membumi, lebih akrab dengan telinga pendengar dan menambah vitalitas dari berita yang kita sampaikan. Caranya adalah dengan menyederhanakan bahasa formal, baik kata-kata maupun frasa yang kita jumpai dalam sebuah berita. Contoh: Bukan: Banjir telah membuat bengkel mendapat banyak pesanan untuk menservice banyak mobil yang tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Tetapi: Bengkel kebanjiran order memperbaiki mobil yang rusak terkena banjir. Rasakan, bahasa sehari-hari seperti ‘kebanjiran order’ justru lebih ‘bernyawa’ dibandingkan dengan bahasa resmi. Hindari bentuk negatif Seperti halnya penggunaan kalimat aktif, sebuah naskah berita radio akan lebih mudah dipahami dan dibawakan oleh newscaster jika dibuat dengan menggunakan kalimat positif. Untuk itu rubahlah kalimat negatif menjadi positif, terutama pada saat membuat kalimat awal atau lead berita. Contoh: Bukan : Jika pemerintah tidak mengurangi subsidi BBM, sektor keuangan dan perekonomian Indonesia bisa mengalami krisis hebat seperti pada tahun 1997 silam dan yang paling menderita adalah rakyat. Tetapi : Pemerintah mengurangi subsidi BBM. Jika hal ini tidak dilakukan, sektor keuangan dan perekonomian Indonesia bisa mengalami krisis hebat seperti pada tahun 1997 silam dan yang paling menderita adalah rakyat. Berikan tanda baca yang benar Selain titik, koma, dan tanda tanya, tanda baca yang lazim digunakan dalam penulisan naskah radio adalah slash ‘/’ sebagai tanda jeda dan double slash ‘//’ untuk berhenti atau mengakhiri sebuah kalimat dan Triple slash untuk mengakhiri berita. Penggunaan tanda baca yang benar dan pada tempatnya, akan membantu penyiar dalam menyampaikan pesan yang tertulis melalui naskah. Selain agar pendengar bisa menangkap dengan tepat apa yang disampaikan oleh penyiar. Penggunaan tanda baca juga akan membantu penyiar dalam menata suara dan melagukan susunan kalimat yang disiarkan. Seorang newscaster diharuskan membaca terlebih dahulu naskah berita atau tulisan yang akan disiarkannya dan biasakan untuk memberikan tanda secara pribadi, seperti garis bawah atau tanda-tanda tertentu dibagian yang harus diberi penekanan, dibaca dengan intonasi naik atau turun dan lain sebagainya. Sampai atau tidaknya berita Radio kepada pendengar tidak hanya tergantung pada penulis berita tetapi kemampuan penyiar(newscaster) sangat menentukan.sebaik-baiknya teks berita jika tidak pas pemenggalan kalimat ketika berita dibacakan akan membuat pendengar semakin bertanya-tanya dengan berita tersebut. sumber: Berbagai sumber tentang Radio dan Berita Radio.

DRAMATUGI ADALAH KOMUNIKASI

DRAMATUGI ADALAH KOMUNIKASI
Sebelum menjelaskan tentang pola interaksi yang salah satunya dapat ditentukan oleh definisi situasi dengan pendekatan dramaturgi terlebih dahulu kita pahami tentang dramaturgi itu sendiri. Kenneth Duva Burke(May 5, 1897 – November 19, 1993) seorang teoritis literatur Amerika dan filosof memperkenalkan konsep dramatisme sebagai metode untuk memahami fungsi sosial dari bahasa dan drama sebagai pentas simbolik kata dan kehidupan sosial. Tujuan Dramatisme adalah memberikan penjelasan logis untuk memahami motif tindakan manusia, atau kenapa manusia melakukan apa yang mereka lakukan (Fox, 2002).Dramatisme memperlihatkan bahasa sebagai model tindakan simbolik ketimbang model pengetahuan (Burke, 1978). Pandangan Burke adalah bahwa hidup bukan seperti drama, tapi hidup itu sendiri adalah drama. 1959: The Presentation of Self in Everyday Life Tertarik dengan teori dramatisme Burke, Erving Goffman (11 Juni 1922 – 19 November 1982), seorang sosiolog interaksionis dan penulis, memperdalam kajian dramatisme tersebut dan menyempurnakannya dalam bukunya yang kemudian terkenal sebagai salah satu sumbangan terbesar bagi teori ilmu sosial The Presentation of Self in Everyday Life. Dalam buku ini Goffman yang mendalami fenomena interaksi simbolik mengemukakan kajian mendalam mengenai konsep Dramaturgi.
Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung yang diperkenalkan oleh Aristoteles. Sekitar tahun 350 SM yang sampai sekarang masih menjadi acuan didunia panggung pertunjukan yang dikenal dengan aristotelian drama” (drama ala Aristoteles)
DRAMATURGI itu KOMUNIKASI
Bila Aristoteles mengungkapkan Dramaturgi dalam artian seni. Maka, Goffman mendalami dramaturgi dari segi sosiologi. Goffman memperkenalkan dramaturgi pertama kali dalam kajian sosial psikologis dan sosiologi melalui bukunya, The Presentation of Self In Everyday Life yang menggali segala macam perilaku interaksi yang kita lakukan dalam pertunjukan kehidupan kita sehari-hari yang menampilkan diri kita sendiri dalam cara yang sama dengan cara seorang aktor menampilkan karakter orang lain dalam sebuah pertunjukan drama. Cara yang sama ini berarti mengacu kepada kesamaan yang berarti ada pertunjukan yang ditampilkan. Bila seorang aktor berhasil, maka penonton akan melihat aktor sesuai sudut yang memang ingin diperlihatkan oleh aktor tersebut. Aktor akan semakin mudah untuk membawa penonton untuk mencapai tujuan dari pertunjukan tersebut. Ini dapat dikatakan sebagai bentuk lain dari komunikasi.dengan demikian komunikasi dikatakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Bila dalam komunikasi konvensional manusia berbicara tentang bagaimana memaksimalkan indera verbal dan non-verbal untuk mencapai tujuan akhir komunikasi, agar orang lain mengikuti kemauan kita. Maka dalam dramaturgis, yang diperhitungkan adalah konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan feedback sesuai yang kita mau. Dramaturgi memahami bahwa dalam interaksi antar manusia ada “kesepakatan” perilaku yang disetujui yang dapat mengantarkan kepada tujuan akhir dari maksud interaksi sosial tersebut. Bermain peran merupakan salah satu alat yang dapat mengacu kepada tercapainya kesepakatan tersebut. dramatugis mempelajari konteks dari perilaku manusia dalam mencapai tujuannya dan bukan untuk mempelajari hasil dari perilakunya tersebut
“Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan. Masyarakat yang tinggal dalam komunitas heterogen perkotaan, menciptakan panggung-panggung sendiri yang membuatnya bisa tampil sebagai komunitas yang bisa bertahan hidup dengan keheterogenannya. Begitu juga dengan masyarakat homogen pedesaan, menciptakan panggung-panggung sendiri melalui interaksinya, yang terkadang justru membentuk proteksi sendiri dengan komunitas lainnya.” (makalah Yenrizal (IAIN Raden Fatah, Palembang pada Annual Conference on Islamic Studies, Bandung, 26 – 30 November 2006: ),
KITA adalah AKTOR
Identitas manusia bisa saja berubah-ubah tergantung dari interaksi dengan orang lain. Teori dramaturgi menjelaskan bahwa identitas manusia adalah tidak stabil dan merupakan setiap identitas tersebut merupakan bagian kejiwaan psikologi yang mandiri.Menurut konsep Dramaturgi manusia akan mengembangkan prilakunya yang mendukung perannya untuk mencapai tujuan dan menyiapkan properti pendukung (setting, kostum, dialog dan tindakan non verbal lain) yang disebut Goffman, tindakan “impression management”. Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada di atas panggung (“front stage”) dan di belakang panggung (“back stage”) drama kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk memainkan peran kita sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku kita. Berbeda ketika kita berada dibelakang panggung kita dapat berprilaku bebas tanpa mempedulikan plot alur cerita. Contohnya, seorang scurity Bank senantiasa berpakaian rapi membukakan pintu menyambut Nasabah dengan ramah, santun, bersikap formil dan perkataan yang diatur. Tetapi, saat istirahat siang, sang scurity bisa bersikap lebih santai, bersenda gurau dengan bahasa gaul dengan temannya atau bersikap tidak formil lainnya (merokok, dsb). Saat scurity menyambut Nasabah, merupakan saat front stage baginya (saat pertunjukan). Tanggung jawabnya adalah menyambut Nasabah dan memberikan kesan baik Bank kepada nasabah /tamu tersebut. Oleh karenanya, perilaku sang scurity juga adalah perilaku yang sudah digariskan skenarionya oleh pihak manajemen Bank. Saat istirahat makan siang, sang scurity bebas untuk mempersiapkan dirinya menuju babak ke dua dari pertunjukan tersebut. Karenanya, skenario yang disiapkan oleh manajemen Bank adalah bagaimana sang sang scurity tersebut dapat refresh untuk menjalankan perannya di babak selanjutnya. Sebelum berinteraksi dengan orang lain, seseorang pasti akan mempersiapkan perannya dulu, atau kesan yang ingin ditangkap oleh orang lain. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian memberikan makna tersendiri. Munculnya pemaknaan ini sangat tergantung pada latar belakang sosial masyarakat itu sendiri. Terbentuklah kemudian masyarakat yang mampu beradaptasi dengan berbagai suasana dan corak kehidupan.
Apa yang dilakukan masyarakat melalui konsep permainan peran adalah realitas yang terjadi secara alamiah dan berkembang sesuai perubahan yang berlangsung dalam diri mereka. Permainan peran ini akan berubah-rubah sesuai kondisi dan waktu berlangsungnya. Banyak pula faktor yang berpengaruh dalam permainan peran ini, terutama aspek sosial psikologis yang melingkupinya.
DRAMARTURGI HANYA DAPAT BERLAKU DI INSTITUSI TOTAL
Institusi total maksudnya adalah institusi yang memiliki karakter dihambakan oleh sebagian kehidupan atau keseluruhan kehidupan dari individual yang terkait dengan institusi tersebut, dimana individu ini berlaku sebagai sub-ordinat yang mana sangat tergantung kepada organisasi dan orang yang berwenang atasnya. Ciri-ciri institusi total antara lain dikendalikan oleh kekuasan (hegemoni) dan memiliki hierarki yang jelas. Contohnya, sekolah asrama yang masih menganut paham pengajaran kuno (disiplin tinggi), kamp konsentrasi (barak militer), institusi pendidikan, penjara, pusat rehabilitasi (termasuk didalamnya rumah sakit jiwa, biara, institusi pemerintah, dan lainnya. Dramaturgi dianggap dapat berperan baik pada instansi-instansi yang menuntut pengabdian tinggi dan tidak menghendaki adanya “pemberontakan”. Karena di dalam institusi-institusi ini peran-peran sosial akan lebih mudah untuk diidentifikasi. Orang akan lebih memahami skenario semacam apa yang ingin dimainkan. Bahkan beberapa ahli percaya bahwa teori ini harus dibuktikan dahulu sebelum diaplikasikan.
MENIHILKAN “KEMASYARAKATAN”
Teori ini juga dianggap tidak mendukung pemahaman bahwa dalam tujuan sosiologi ada satu kata yang seharusnya diperhitungkan, yakni kekuatan “kemasyarakatan”. Bahwa tuntutan peran individual menimbulkan clash bila berhadapan dengan peran kemasyarakatan. Ini yang sebaiknya dapat disinkronkan.
Dianggap condong kepada Positifisme
Dramaturgi dianggap terlalu condong kepada positifisme(pemikiran Auguste Comte pada abad ke 19. positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains) Penganut paham ini menyatakan adanya kesamaan antara ilmu sosial dan ilmu alam, yakni aturan. Aturan adalah pakem yang mengatur dunia sehingga tindakan nyeleneh atau tidak dapat dijelaskan secara logis merupakan hal yang tidak patut.
ANALISA DRAMATURGI
Dramaturgis masuk dalam Perspektif Obyektif
Dramaturgis dianggap masuk ke dalam perspektif obyektif karena teori ini cenderung melihat manusia sebagai makhluk pasif (berserah). Meskipun, pada awal ingin memasuki peran tertentu manusia memiliki kemampuan untuk menjadi subyektif (kemampuan untuk memilih) namun pada saat menjalankan peran tersebut manusia berlaku objektif, berlaku natural, mengikuti alur. Misalnya, pada kasus Kekerasan pada Rumah Tangga (“KDRT”), saat perilaku kekerasan itu hendak terjadi, korban sebenarnya memiliki pilihan, berserah diri atau melakukan perlawanan. Bila ia memberontak maka konsekuensinya adalah ini dan bila ia pasrah maka akibatnya seperti itu. Proses subyektif ini akan beralih menjadi obyektif saat ia menjalani peran yang dipilihnya tersebut. Misalnya yang ia ambil adalah pasrah karena ia takut kalau ia melarikan diri konsekuensinya lebih parah, atau ia merasa terlalu tergantung kepada tersangka dan mengkhawatirkan nasih anaknya bila ia melawan. Maka, setelah itu ia akan menjalani perannya sebagai korban. Secara naluriah ia akan menutupi bagian tubuhnya yang mungkin menjadi sasaran kekerasan. Atau ia berusaha untuk menutupi telinganya untuk melindungi mental dan psikologisnya. Itulah mengapa dramaturgi di sebut memiliki muatan objektif. Karena pelakunya, menjalankan perannya secara natural, alamiah mengetahui langkah-langkah yang harus dijalani.
Pendekatan Keilmuan Little John – Pendekatan Scientific (ilmiah – empiris)
Seperti telah dijabarkan diatas, Dramaturgis merupakan teori yang mempelajari proses dari perilaku dan bukan hasil dari perilaku. Ini merupakan asas dasar dari penelitian-penelitian yang menggunakan pendekatan scientific(Menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektivitas. Objektivitas yang dimaksudkan di sini adalah objektivitas yang menekankan prinsip standardisasu observasi dan kosistensi. Landasan philosofisnya adalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan struktur) Obyektifitas yang digunakan disini adalah karena institusi tempat dramaturgi berperan adalah memang institusi yang terukur dan membutuhkan peran-peran yang sesuai dengan semangat institusi tersebut. Institusi ini kemudian yang diklaim sebagai institusi total sebagaimana telah dijabarkan sebelumnya. Bahwa hasil dari peranan itu sesungguhnya, bila proses (rumusnya) dijalankan sesuai dengan standar observasi dan konsistensi maka bentuk akhirnya adalah sama. Contohnya, bila seorang pengajar mempraktekkan cara mengajar sesuai dengan template perguruan tinggi maka kualitas keluaran perguruan tinggi tersebut akan menghasilkan kualitas yang bisa dikatakan relatif sama. Atau untuk contoh scurity Bank diatas, bila scurity Bank dapat memainkan skenario penyambutan tamu Nasabah Bank, niscaya tamu akan merasa dihargai, dihormati, senang dan bersedia untuk datang kembali di Bank tersebut.