AKEK BIDIL
(Pelandok laki betian
Laki)
(Hutan Desa penagan
,Rukam mendo barat Bangka)
By. Jaka Filyamma
Berpuluh tahun yang lalu di Kecamatan Mendo Barat hiduplah suami istri.
Bidil dan Istrinya hidup sangat sederhana seperti masyarakat desa pada
umumnya.Merekapun setiap hari melalukan kegiatan Di ladang, hutang dan di
alisan sungai untuk mencari ikan serta lauk pauk sehari hari. Sepanjang hari
mereka melewatinya selalu bersama membagi tugas dengan adil walau tanpa ada
kesepakatan langsung pembagian tugas itu. Hutan didesa mereka sangat luas
sehingga dapat bercocok tanam berpindah-pindah dan membiarkan tanah bekas
garapan mereka menjadi Hutan kembali dengan meninggalkan bekas-bekas sebagai tanda hutan itu pernah di jadikan
lahan untuk berladang , Hutan bekas ladang yang di tinggalkan itu di kabupaten
Bangka di kenal dengan “Kelekak”. Tanam tumbuh yang ada pada hutan kelekak
tidak teratur sedianya tanaman pada perkebunan. Bukan hanya satu dua jenis
tanaman yang ada bermacam-macam tanaman buah terdapat pada kelekak,
Cempedak,Duku,langsat,Durian Dan lain sebagainya Jarak tanamnya pun
sembarangan. Biasanya tanaman pada kelekak adalah sisa buah yang di makan oleh
pemilik ladang Seusai mereka menikmati buah di pondok ladang membuang begitu
saja biji buah yang akhirnya menjadi bibit tanaman.
Bidil termasuk suami yang mengerti dengan istrinya, Setiap permintaan
istri selalu di lakukan tak jarang
dengan hasil yang kurang memuaskan.Bidil selalu menganggap enteng apa
yang di katakan istrinya dan mengaanggap dia sudah mengerti padahal apa yang
dikatakan istrinya belum semua di dengar ia sudah menyimpulkan. Ketika mengerjakannya
asal-asalan sekehendak hatinya saja. Suatu pagi Bidil berangkat lebih cepat ke
ladang.berjalanpun sangat tergesa-gesa bungkusan yang telah disiapkan masih
diatas meja “ Yak … ne rantang e… ketinggel Lupak ok” ( Kak ini Rantang nya ketinggalan Lupa ya) “
Panggilan istrinya tak di dengar dengan jelas) Lagak Bidil berjalan pasti
menuju ladang menyandang suyak padahal belum di isi persediaan makan
siangnya.Sampai diladang Bidil bukannya
langsung bergegas bekerja ia membongkar isi suyak yang di bawanya alangkah
kagetnya Bidil ternyata hanya ada rantang kosong sisa makanan kemarin yang
baunya sudah tidak sedap lagi padahal Bidil sudah ingin melahapnya karena sudah
kelaparan karena terlalu cepat berjalan” Ya ampon…. Ne lah ku dak kawa kek bini
ku ne … dak suah aben nek ngerti kek laki e ” (ya ampun … inilah yang nil ah yang saya didak suka
dengan istri saya tidak mau mengerti suaminya) Gerutu Bidil setelah menemukan
isi suyak bawaannya. Nek mana nek begawi men maken ge dek .. ok dek de lah
tenange e … along tiduk.” ( Bagaimana mau bekerja kalau makan juga tidak…. Ya
tidak ada lah tenaga nya … lebih baik tidur) Bidil malah membentang kain sarung
yang terikat di pinggangnya lalu tertidur dengan nyenyak.
Walaupun tingkah Bidil yang selalu menjengkelkan tetapi istrinya tetap
sayang tak pernah mengambil hati setiap perbuatan suaminya. Apalagi dengan
tingkah Bidil Istrinya merasa terhibur kala sedang kesepian walau pun bidil
sedang tidak ada di rumah.Sepulang dari ladang Bidil merasa sangat lapar
bergegas ia menuju dapur yang beberapa langkah dari pintu masuk rumahnya tanpa
disadari ia mengijak tangan istrinya yang sedang tidur beralas tanah lantai
rumah mereka.Kontan saja istrinya berteriak sejadinya “ Adoii… ngapa nya yak ..
macem di kejer antu bai dak tau agik kek urang ne…(aduh … kenapa sih kak ..
seperti di kejar hantu saja tidak tahu lagi dengan orang)”.Tanpa bersalah Bidil
menjawab “ Oh…Ade Pok ok … dek ketengong peker ko puntong kayu tadik e ( oh ..
ada kamu ya .. tidak kelihatan ku pikir potongan kayu tadi)” lalumelanjutkan
niatnya ke dapur. Melihat Bidil makan dengan lahap istrinya malah tertawa “
Bidil… bidil ya lah maka e men di tugak urang ya … ngingal .. jangen dek retak
…ne jadi e ..kelaper.. ( Bidil..bidil.. itu lah makanya kalau di panggil orang
itu menoleh jangan tidak di gubris).Bidil tidak menghiraukan perkataan istrinya
ia tetap makan sekenyangnya.”Berape taon dek maken yak … lah dak miker urang
agik ne .. nya ko ge lom maken nya …(berapa tahun tidak makan kak … seperti
tidak mikir orang lagi .. saya juga belum makan )”. Terlambat sudah semua nasi
dan lauk yang ada sudah di lahap Bidil tanpa sisa Tapi tak heran lagi memang
begitulah Bidil kalau sedang kelaparan istrinya hanya bisa tersenyum dan
menggelengkan kepala.
Kebahagian Bidil dan istrinya masih terasa kurang lengkap karena mereka
belum di karuniai anak seperti pasangan suami istri yang lain padahal mereka
sangat mendambakannya apalagi jika melihat pasangan yang lebihmuda dari
mereka.Pernah suatu ketika Bidil tertawa dalam tidurnya seperti orang yang
senang sedang bermain sama anak kecil betingkah seperti anak kecil.Hal itu
malahmembuat istrinya sedih dan tidak berani membangunkan Bidil dari
tidurnya.Ia mengerti Bidil sangat suka bermain dengan anak kecil hampir setiap
hari Suaminya itu bermain dengan anak-anak tetangga.
Bidil sudah siap berangkat ke ladang dengan bawaannya yang disiapkan
sendiri ia sengaja menyiapkannya karena hawatir
istrinya akan lupa lagi memasukkan dalam suyaknya. Namun
Keberangkatannya hari itu malah dilarang oleh istrinya “ O yak … ari ne pok dak
usah ke kebun ok .. along gi ke aek Ngesat gabus agik e asa e renyek ngelempah
gabus ne ( O kak ..Hari ini kakak tidak usah ke ladang ya lebih baik ke sungai
mencari ikan gabus rasanya ingin memasak ikan gabus hari ini )”. Tanpa mengiyakan
Bidil langsung mengambil peralatan menangkap ikannya kemudian pergi
kesungai.Hari itu mungkin hari keberuntungan Bidil tak berapa lama ia memasang
bubu ikan sudah masuk perangkapnya. Tapi keberuntungan itu tidak beruntung bagi
Bidil setelak Bubunya diangkat bidil sangat kecewa dua ekor ikan lele
menggelepar dalam bubu ” Ah .. ngeracau ketak Kelik ne .. Ukan ikak lik … yeng
di pintak binek ko ( Ah … mengganggu saja ikan lele ini … Bukan kalian yang di
pinta istri saya)” Bidil membuka Ikatan Bubu melepas ikan lele ke sungai “Dek
kek ade agik Gabus di nik … pindeh ke ilek luk ( tak akan ada lagi ikan gabus
di sini … pindah ke hirir dulu) Piker Bidil sambil memanggul Bubunya. Agak lama
Bidil memendam bubunya dalam air persedian makanan yang dibawanyapun sudah
habis di makannya hari beranjak sore sedangkan istrinya sejak tadi menunggu
kedatangan ikan pesanannya. Bidil sudah tidak tahan lagi menunggu ditambah lagi
dengan pakaiannya yang basah setengah badan karena memasang bubu.Akhirnya Bidil
memutuskan untuk pulang dengan tangan kosong.Sesampai dirumah Bidil di sambut
istrinya dengan senang yakin Bidil pasti membawa tangkapan yang banyak. “Lempah
Kuneng yak ok …( Lempah Kuning kak ya) “ kata Istri bidil menyambut kedatangan
suaminya yang tampak kelelahan “ Lempah Kuneng apa dek … sikok ge dek gabus
masok bubuari ne.. (Lempah kuning apa sih…satu pun tak ada ikan gabus masuk
perangkap)” Jawab Bidil sambil menggantung alat tangkap ikannya.” Dak kek ade
ne yak ..lah se-ari ne dek sikok aben
…kelak gi berendem ketak diaek nu( Tak mungkin kak …sudah seharian ini tak satu
pun … jangan-jangan kakak hanya berendam di Sungai) Mendengar Bidil tidak
mendapatkan ikan Istrinya sedikit kesal.Tapi bidil mencoba membeladiri ” Tadik
to ade due ikok dapet e .. tapi bukan gabus … mese bekumis panjeng ya … ok ko
lepas agik be …mesege ikan gabus pok nek e … ( Tadi itu ada dua ekor dapatnya
tapi bukan ikan gabus … ikan yang berkumis panjang itu ..ya saya lepas lagi …
soalnya ikan gabus yang kamu pesan) Alangkah terkejutnya Istri bidil Mendengar
keluguan Bidil seperti tak bersalah. Bidil pun di suruh kembali mencari ikan
lele yang dilepasnya. Malah sebaliknya ikan lele yang di pinta malah bubu Bidil
dimasuki ikan gabus bidil pun kembali melepasnya.Pulang pun tanpa hasil karena
hari sudah malam dan merasa kasihan melihat suaminya kelelahan istri Bidil
tidak mempersoalkan lagi membiarkan suaminya tidur sepulang dari sungai.
Berita gembira membuat Bidil dan istrinya sangat bahagia apa yang mereka
idamkan akan segera terwujut bermain,tertawa dengan kehadiran seorang anak yang
lucu. Bidil pun semakin giat pergi ke ladang untuk persiapan kelahiran
anaknya.Ia pun lebih perhatian dengan istrinya biasa Bidil harus di suruh
terlebih dahulu baru mau mengerjakan sesuatu semenjak istrinya hamil Bidil
lebij sering menawarkan diri untuk memenuhi keinginan istrinya sedang kan
hasilnya tetap seperti biasa selalu gagal.” Renyek maken apa pok dik … ayem apa
Bibek” (Kepingin makan apa kamu dik .. ayam apa bebek) “ tanya Bidil sebelum
berangkat ke ladang” deng lah yak … laok apa ge jadi lah lom renyek ari ne (
sudahlah kak lauk apa pun boleh belum kepingin hari ini) jawab Istri Bidil
sambil membiarkan suaminya pergi ke ladang.
Keinginan makan daging pelanduk disampaikan istri Bidil tapi bukan pelanduk biasa yang di ingini nya
“yak renyek maken pelandok asa e .. (kak ingin makan daging pelanduk rasanya)
Mendengar permintaan istrinya Bidil menjadi semangat karena yakin itu bukan
hanya permintaan istrinya tapi juga permintaan anak dalam kandungan yang dinantinya
sejak lama.” Pelandok dik ok … pok renyek pelandok …aok lah pon ( Pelanduk di
ya ..kamu ingin makan pelanduk… baiklah )” Dengan semangat Bidil mengIyakan
keinginan istrinya.” Denger luk yak .. Ko renyek pelandok bini betian laki ok
.. enggak yeng laen e… inget jangen lupak … pelandok bini betian laki( Dengar
kan dulu kak .. saya pingin pelanduk betina yang sedang mengandung anak
jantan,.. tidak mau yang lain … ingat jangan lupa Pelanduk betina yang
mengandung jantan). Pesan istri bidil berulang-ulang agar Bidil tidak lupa
dengan keinginannya “ aok lah dik …pok tenang bailah Pelandok bini betian laki
ken( iya lah dik kamu tenang saja Pelanduk betina yang mengandung jantan kan)
kata bidil meyakinkan istrinya lalu segera berangkat kehutan untuk Belapon (Berburu)
Pelanduk ditemani anjingnya “Jangen aok aok yak… pukok e men lom dapet pelandok
bini betian laki jangen pulang kerumah ne … tiduk lah di utan sane (jangan
iya-iya kak…Pokok nya kalau belum dapat pelanduk betina yang mengandung anak
jantan jangan pulang kerumah tidurlah dihutan sana)”.kata istrinya sedikit
mengancam agar Bidil mengingat permintaannya tidak mengulangi kesalahan yang
selalu dibuat Bidil. Sepanjang jalan menuju hutan Bidil mengulangi permintaan
istrinya “pelandok Bini betian laki,… pelandok bini betian laki …jangen lupak…
jangen lupak( pelanduk betina yang mengandung jantan… pelanduk betina yang
mengandung jantan…Jangan lupa) dengan bersemangat Bidil mengulangi permintaan
istrinya malah memberitahukan pada anjing yang menemaninya belapun (berburu).
Tiba di Hutan Bidil bingung memilih tempat berlapun (berburu) Hutan Penagan
atau hutan desa Rukam akhirnya diputuskan hutan antara desa Penagan dan Rukam.
Malangnya si Bidil karena bingung memilih tempat belapun (berburu) Bidil lupa
apa yang di pesan Istrinya Antara Pelanduk betina yang mengandung anak jantan
atau pelanduk jantan mengandung betina. “ apa renyek anek ko di ok … pelandok
bini betian laki …. Apa pelandok laki betian bini ok …( apa keinginan anak saya tadi ya … pelanduk betina
mengandung anak jantan … apa pelanduk jantan mengandung anak betina ya). Di
tengah hutan Bidil masih kebingungan memilih pelanduk untuk di tangkapnya
padahal apa yang di pesan istrinya hampir saja mesuk Lapon (perangkap) malah di
usir Bidil karena tidak yakin dengan apa yang di pesan dan tidak ingin melihat
istrinya kecewa kembali dengan apa yang di lakukannya.Keyakinan Bidil
memutuskan untuk menangkap pelanduk Jantan yang mengandung anak betina. “ ah …
dak salah agik lah pasti pelandok laki betian bini ( ah.. tidak salah lagi
pasti pelanduk jantan yang mengandung anak betina)” Pikir Bidil Meyakinkan
dirinya.Karena Keluguan Bidil dan kesalahannya memilih akhirnya Bidil tidak
menemukan Pelanduk yang di pesan istrinya.Bidil pun tidak mau pulang sebelum
mendapatkan pelanduk yang di pesan istrinya yang tentu saja sampai kapan pun
dan siapa pun tidak akan dapat menemukan pelanduk jantan yang mengandung apa
lagi mengandung anak betina.Sampai sekarang pun Bidil tidak Pulang kerumah
karena belum menjumpai pelanduk yang di inginkan. Dan Menurut Masyarakat desa
Rukam dan desa Penagan Hingga kini pun masyarakat didua desa tersebut
sering mendengar suara orang sedang
belapun ( berburu) pelanduk dan juga suara Gonggongan anjing di tengah Hutan
pada malam-malam tertentu.
Pesan yang dapat di ambil dari cerita ini:
- Sebelum
mengerjakan sesuatu terlebih dahulu mendengarkan apa yang di perintahkan.
- Setiap
mengerjakan suatu pekerjaan haruslah dengan keseriusan dan kesungguhan.
- Jangan malu
untuk bertanya kembali apa yang di sampaikan kalau memang belummengerti.
- Keyakinan
sendiri kadang belum tentu merupakan suatu hal yang benar.
- Menyampaikan
suatu keinginan tidak perlu dengan sebuah ancaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar