SATRIA
BERDAMBUS
Zalfika Ammya
Setiap pagi Kalu hanya duduk sendiri ditengah sepinya hutan karet
peninggalan orang tuanya.Sepeti ada yang di tunggu namun tak seorang pun mengetahuinya, siapa
sebenarnya yang di tunggu Kalu.kadang Ia seperti berbicara dengan seseorang,
tertawa sampai akhirnya menangis sejadinya memecahkan keheningan pagi di tengah
hutan karet. “ Tolong lah ajarkan Saya …Pak …. Pak Tolong …. Saya sangat
mengharapkan seorang guru seperti Bapak …. … saya Bisa…saya bias…….. “ setiap
kali berada di Pondok kebun Kalu berbicara sendiri. Berteman dambus berkepala
rusa Jantan, dentingan dawai yang sudah kendur kadang terdengar sumbang
menandakan takmahir memainkannya.
Dentingan dambus Kalu terhenti
seruan yang tak asing baginya membuyarkan hayalannya,” Kalu apa yang sedang
kamu lakukan …setiap hari, tidak ada kerja lain …selain melamun dan mengigau
saja“ Entah dari mana datangnya “Isah” langsung menyapa Kalu dari belakang.
Kalu tidak menjawab hanya memandangi dambus tua peninggalan kakeknya yang telah
lama meninggal.” Ah….. susah bicara sama penghayal pasti tidak nyambung ….bodoh
Ah..” dengan rasa geram Isah meninggalkan Kalu yang masih terdiam memeluk Rusa
kayu tuanya.” Da…da….ka….lu….” Isah pergi sambil mencoba menggoda Kalu
Mengangkat kedua Tangannya berputar di hadapan kalu lalu meninggalkan Kalu.Tak
hanya di situ rupanya kepergian Isah Bukan untuk meninggalkan Kalu malah
Mengajak teman-teman nya lain untuk menggoda Kalu. “ Hai …… Kalu sudahlah jangan terlalu di
pikirkan …. Memang beginilah hidup …..” Mahmud mencoba menyemangati Kalu yang
jauh berubah setelah dewasa “ Ayo lah Kalu
…..mana Kalu teman Ku dulu yang periang selalu tertawa,ceria…..”Mahmud
teringat semasa kecil mereka selalu bersama. Kalu di kenalnya seorang sahabat
yang baik. “ Ayo….Kalu … Bangkit Dari tidurmu…”
Tidur katamu Mud …. Apa kamu tidak melihat matahari sudah tinggi …. “
Celetuk Bujang sambil mengejek Mahmud yang iba dengan keadaan Kalu. “Tidur kok
berdiri Kalu ….. Sudah Pipis belum ….. “ ejek Isah menambah suasana hati kalu
semakin tak menentu .Ha…ha…ha….ha…. Mereka tertawa apalagi melihat wajah
Kalu Memerah. Sedangkan Wati teman
mereka yang lain hanya tersenyun menahan tawa. “ Sudah…sudah …. Apa kalian
tidak punya peduli terhadap perubahan teman “… Rupanya Mahmud tidak senang Kalu
sahabatnya di tertawakan. Kalu hanya memandang wajah temannya satu persatu
…….tidak sepatah katapun ia lontarkan untuk membela diri.
Tak menghiraukan apa kata orang Kalu meninggalkan pondok kebun, bukan
hendak menyusul teman-teman yang meninggalkannya sendiri sejak tadi. Ia
memeriksa getah karet yang di sadapnya ” ….Ah …. Cukuplah untuk hari ini
…. Haripun sudah siang”, kata kalu dalam hati sambil mengumpul dan
membereskan peralatan menyadap karetnya. Rusa kayunya tidak ketinggalan tetap
tergantung di punggungnya. Seperti seorang tentara membawa senjata laras
panjang di punggungnya, kalu berjalan dengan tegap. Tak terlihat ia kekelahan
setelah dari dini hari berada di tengah Hutan.Dalam perjalanan pulang kerumah
Kalu melewati tempat pemandian yang ramai sekali. Berbagai kegiatan masyarakat
desa di sungai mencuci,mandi dan ada juga yang sekedar berbincang-bincang.”
Hei…… ada Rusa …. Teriak anak kecil menunjuk kearah Kalu yang datang dari
sebelah timur desa. Membuat semua yang ada di sungai melihat kea rah kalu ….”
Mana….mana …ayo cepat tangkap….. kita potong ….” Kata seorang pemuda menyadari
maksud anak kecil itu .se isi sungaipun tertawa. Tubuh tegap Kalu lunglai….
Perlahan ia melanjutkan langkahnya dengan menundukkan kepala.” Nyariapa Dik
Kalu .. ... duitnya jatuh ya…. “ kata seorang ibu yang kembali membuat tawa
para ibu. “ bukan nyari duit yuk ….. dahannya Patah ….. timbal ibu yang lain
pula.
Kalu masih terbawa suasana pagi yang selalu membebani
pikirannya,dimanapun ia pasti memikirkan apa yang di alaminya” Mengapa tidak
seorangpun yang mengerti dan peduli dengan aku ….”kalu meyesali hidupnya tanpa
disadari butiran air mata bujangannya mengalir perlahan di pipinya yang menukik
ke bagian dagu.Kalu merebahkan kepalanya pada dinding papan yang sudah rapuh di
makan usia Rumah peninggalan orang tua yang entah kapan mulai didiami oleh
keluarga Kalu. “kalu apa yang kau pikirkan nak … jangan bersedih coba dengar
kan syair ini ….. “Suara itu tidak asing bagi kalu walausudah lama ia tidak
mendengarnya….Iya bapak… kalu dengar …. “Kalu menjawab dengan terbata sambil
melihat wajah orang yang menyapanya sesekali mengalihkan pandangannya kepada
lelaki tua yang duduk dibelakang orang yang dipanggilnya bapak yang sejak semula
memebrikan senyuman kepada kalu.Dentingan dambus mengiringi syair yang di
nyanyikan bapak itu membuat kalu bersemangat untuk memperhatikannya ….. sudah lama
sekali ia mendambakan permainan dambus seperti itu. “ nah coba kamu mainkan
seperti tadi …” suara yang terdengar berat itu meminta kalu untuk memainkan
dambus seperti yang dimainkannya……”ya kalu coba kamu mainkan kami ingin
mendengar bagaimana dentingan dambus anak muda sepertimu “kata lelaki tua yang
tadinya hanya tersenyum mengharapkan kalu juga bisa memainkan dambus.Kalu baru
menyadari orang tua yang memintanya bermain dambus itu suaranya mirip sekali
dengan kakeknya …. Dan yang memainkan
dambus tadi tak ubah seperti permainan dambus bapaknya …., ‘Tetapi mengapa
wajah mereka tidak seperti dulu saat kalu masih kecil …siapa mereka ini’.Kata
kalu dalam hati tapi ia tidak menghiraukannya segera di raih dambus dan
bersiap-siap untuk memetiknya.Nafasnya masih terengah karna ini yang pertama
kali kalu di minta untuk memainkan dambus di depan orang lain. Kalu biasanya
hanya memetik dambus tua itu di dalam rumah saja tidak seorangpun yang
mendengarkannya.’ini kesempatan untukku menunjukkan kemampuanku memetik dambus
ini “ kalu berguman dalam hati kali ini ia dapat tersenyum, karna merasa
dirinya diakui oranglain.”wah bersih sekali permainan dambusmu kalu’ kata
lelaki tua membandingkan dengan permainan dambus lelaki yang pertama memetik
dambus…….”Ah kakek ini bias saja mana mungkin saya bisa menandingi permainan
dambus bapak ini’ kalu mencoba merendah dari lelaki yang mungkin sebaya dengan
almarhum bapaknya itu. “tidak kalu permainan mu memang bagus apalagi kalau kamu
lebih sering berlatih dan tampil di depan umum.kamu hasus berani kalu’ Lelaki
itu pun membenarkan kata kakek tua itu…ketiga lelaki 3 dekade itu pun tertawa
masing masing merasa bangga dengan music dambus asli daerah timah ini. “
ha…ha…ha…ha tertawa itu semakin jadi “ Tidur kalu …..” tapi tawaan kali ini di
ikuti dengan kata yang mengagetkan kalu ….”Mimpi indah tukang tidur “ kalu baru
menyadari yang tertawa ini bakanlah orang tua yang tadi mengajaknya bermain
dambus. Melainkan tawaan teman-teman kalu yang selalu menggodanya. Mahmud,
isah, bujang serta wati sudh berdiri menghadap kalu yang masih merebahkan
kepalanya pada dinding papan rumahnya.”Ahhh… kalian ini mengganggu saja..
mengapa sih kalian tak bosannya menggoda saya” Kalu tak hanya diam melihat
teman temannya tertawa di hadapannya…” Ehhhh kalu sudah bias ngomong …
kawan…kawan Kalu bias ngomong … Teriak Isah kaget mendengar kalu menjawab
ejekan mereka.Kalu pun merasa keheranan sendiri biasanya ia hanya diam jika
mendapat perlakuan seperti itu dari teman temannya.” Kalu mau apa … mimik
cucu…. Ejek Bujang seperti ingin membela isah untuk mengejek kalu.” Selama ini
aku diam…. Selama ini aku hanya menundukkan kepala….. Bukan berarti kalian
dapat berbuat seenak kalian saja…” sepertinya kalu mulai tidak sabar menghadapi
teman-temannya itu. Kalu berdiri keluar dari kerumunan teman-temannya yang
hanya memandang pandang kalu beranjak dari tempat duduknya.lalu membalikkan
badannya “bujang jangan kau piker selama ini aku bias kalian permainkan …”
emosi kalu semakin jadi sambil menunjuk kearah bujang dan melihat satu persatu
wajah teman temannya itu.Untung saja ada Mahmud yang memang mengerti bagaimana
kalu sebernarnya meredam emosi keduanya keduanya.” Sudahlah…… Kalu maaf kan
kami kami salah” Ayo kita pulang sudah hamper magrib nih …” pulahlah dulu mut
aku mau tau sebatas mana si pemimpi ini berani bersuara kepadaku “ Bujang pun mulai emosi sepertinya ingin
menantang kalu.kedua tangannya sudah dikepalkannya.karna tidak terima kalu
menunjuk-nunjuk mukanya …. “Sudahlah Bujang … ayo pulang …..” Wati pun mencoba
mengalihkan perhatian bujang sedangkan Isah hanya berdiri di sudut teras rumah
kalu.
Pagi sekali kalu sudah berada di pondok kebunnya…. Setelah selesai
menyadap karet kalu hanya melamun… tapi pagi itu lain kalu melamun bukan
lamunan kosong. Kalu memikirkan apa yang di alaminya sore kemarin “ siapaya
Kedua bapak tua kemarin…. Dari bicara dan cara tertawa mereka seperti bapak dan
kakek …. Mungkin……. Uahhhhhhh ‘kalu tak dapat menahan rasa kantuknya karena
semalam iya asik mengulang ulang memetik gambus mengikuti kata orang tua yang
menemuinya itu.” ….Ngantuk ….. benar padahal getah belum di kumpulkan “ kalu
mencoba menahan kantuknya yang semakin menjadi padahal pekerjaannya belum
sesesai. …Ahhhhhh… “Kalu mengapa hilang semangat “ kalu tersentak mendengar
suara kakek yang kemarin mendatanginya dan
membalikkan badan mencari sumber suara itu. ‘ kakek dari mana kek’ kalu
menyapa dengan sopan kepada kakek itu “dari tadi kakek perhatikan kamu seperti
orang lelah …tidak ada semangat …. Katanya mau belajar main dambus” Kalu merasa
heran mengapa kakek itu tau apa yang di inginkannya padahal mereka baru dua
kali ini bertemu dan belum pernah bercerita apa-apa.” Sini dambusnya “ kakek
itu mengalihkan pembicaraan kalu dengan meminjamkan dambur yang di senderkan
kalu pada tiang pondok kebunnya.” Senar dambus ini sepertinya sudah boleh dig
anti kalu ….. ini sangat berpengarur dengan suara petikan kita” Setelah
menerima dambus dari kalu kakek itu memperhatikan dambus kalu yang sebenarnya
adalah dambusnya sendiri.” Iya kek tapi saya belum paham bagai mana cara
mengatur nadanya kalau saya ganti senarnya…” pembicaraan mereka mengarah pada
pengenalan dambus dasar yang memang belum diketahui kalu. Karna memang semenjak
meninggal orangtuanya dambus itu hanya terbungkus kain sarung yang di jahit se
ukuran panjang dan lebar dambus itu di ikat dengan tali pelastik dan tergantung di kamar saja.” Itu gampang
sekali kalu setelah kamu pasang senar yang baru langsung saja kamu mainkan
kalau menurun kamu kurang enak di dengar ya di kencangkan atau di kendorkan
saja” penjelasan kakek itu diserap benar oleh kalu ia memperhatikan kakek
memutar telinga rusa yang terbuat dari kayu berjumlah Delapan buah empat di
bagian kiri dan empat kanan kepala rusa kayu itu.” Nah seperti ini Ting…ting….
Ting….kakek memberikan contoh kepada kalu bagaimana mengatur menyetel bunyi
tali satu” kalu negangguk menandakan bahwa ia memahami apa yang dikatakan
kakek.”coba kamu lanjutkan “ kata kakek sambil memberikan kembali dambus kepada
kalu.kalu memutar mutar penyangnga senar dua sampai yang keempat.” Ingat kalu
senar dambus ini memang jumlahnya delapan tapi jadinya empat karna senarnya
berpasangan …..jadi mengaturnyapun harus berpasangan jangan hanya sebelah.”
Kakek menambah penjelasannya.Sedangkan tangan kalu memutar dan memetik dasenar
dambus sambil memperhatikan apa yang di katakana kakek.”….Ya kek”…”.Awas jangan
terlalu Kencang”kakek menjadi khawatir melihat kalu bersemangat memutar
mengikat senar dambus” atau malah jadi patah “ tambah kakek lagi.” Coba
perhatikan “setelah selesai kalu nemutar mutar nya kakek meraih dambus yang
masih di pegang kalu lalu memetik senarnya…..kalu termagu melihat permainan
dambus kakek decak kagung berkali-kali keluar dari muluk kalu sambil
menggelengkan kepala dan kakinya bergerak mengikuti suara dambus dan tangannya
seolah memegang dan memetik dambus. Akhirnya suara guntur menghentikan
pelajaran berdambus dan kalu bergegas beranjak dari tidurnya membereskan getah
karet yang sudah tertampung pada potongan tempurung kelapa yang dijadikan
sebagai tempat penampung sadapan getah karet.
Semangat kalu kian mengelora walau perjumpannya dengan sang Guru hanya
sebentar kalu dapat menyerap semua yang diajarkan dengan baik.Tak mengenal
waktu, setiap ada kesempatan kalu memetik dambus warisan orang tuanya yang
tanpa serah terima.Satu malam kalu memberanikan diri untuk menghampiri sekelompok anak muda yang sedang duduk di
pinggiran jalan desa menuju air pemandian.Hampir setiap malam muda mudi di desa
Kalu berkumpul menghabiskan malam di luar rumah sambil bernyanyi lagu dangdut
di iringi music gitar yang di mainkan oleh Bujang .”Hai kalu Mimpi apa kamu mau
bergabung sama kami malam ini’…. Bujang menghentikan mengocok gitar Yamaha nya
melihat kalu datang dari pertigaan desa.Spontan saja Kawan-kawan yang lain menoleh
kearah belakang seperti tidak percaya apa yang dikatakan Bujang .”Dari mana
kalu mari duduk di sini…..” Merasa senang kalu kembali mau bergabung Mahmud
menyambut kalu tak ubahnya menyambut datangnya Bupati ke Desa mereka.”Duduk
disini saja pak Kalu dekat Si cantik Isah”….. Ha,,,ha….ha…ha.. dasar isah
selalu senang menggoda Kalu setiap bertemu tak di Kebun, air pemandian Atau
sekedar iseng mendatangi Kalu saat sedang duduk sendirian di depan
rumahnya.Karuan saja perkataan Isah kembali menjadi Bahan tawa kawan-kawan yang
lain.”Sudahlah isah jangan berlebihan” kata kalu dengan tenang suaranyapun
sedikit berwibawa. “Anggap saja aku adalah teman baru kalian yang selama ini
belum kalian kenal” … kata kalu meyakinkan teman-temannya dengan perubahannya
yang baru di tampakkannya itu..”Jadi maksud kamu kesini mau apa kalu” Bujang
sepertinya masih menyimpan dendam kapada kalu semenjak kalu menunjuk-nunjuk
mukanya. “ Ada apa sih dengan kamu ini Bujang… Bukannya senang teman kita sudah
bergabung lagi dengan kita “ kali ini Wati ikut bersuara seperti senang melihat
Kalu yang kembali bersahaja.”Ya … sepertinya kalian lebih senang melihat Kalu
dari Pada Saya” Bujang berdiri seperti ingin meninggalkan Teman
–temannya.”Jangan Bujang “…. Kalu juga berdiri dan menghampiri bujang “ Maaf
Jang “…..kalau kehadiran ku disini belum dapat kamu terima .. Atau kamu
masih,.. marah gara-gara sore itu …” Kalu merangkul Bujang tapi saying bujang
mengelak dan menjauh dari Kalu.Sekelompok pemuda itu terdiam tak ada yang
bersuara hanya saling pandang melihat kejadian itu.Lalu……Bujang Membalikkan
badannya menghampiri Kalu Dengan Nada Geram Bujang Menghardik Kalu..” “Apa Kamu tidak sadar apa yang kamu lakukan
selama ini…..”Omongan Bujang kembali membuat teman-temannya saling pandang..dan
menggangguk menyadari apa yang di katakana Bujang “Kamu aneh Lu… Selalu Menjauh
dari kami ..” apa tidak sebaliknya kita yang bertanya … ada apa dengan kalu…
Kata bujang sambil menghampiri Wati dan memandang kawan-kawannya.” Dia yang
menjauh dari Kita … dan tiba-tiba datang menghampiri kita” Dasar aneh …Bujang
kembali memperjelas bagaimana sifat kalu Selama ini kepada Mereka.
Malam berikutnya Kalu kembali mencoba mendekati Kawan-kawannya. kalakar
Muda-mudi desa yang sambil tertawa setiap malam mengiringi lagu-lagu yang
mereka nyanyikan menyibak keheningan malam.Dengan memeluk dambus kalu melangkah
pasti namun keraguan juga dirasakanya.” Apakah mereka mau menerima aku dengan
Rusa Kayu ini “ Pikir kalu dalam hati. Langkahnya terhenti sebentar.memandang
dari kejauhan kawan-kawannya berjoget sambil tertawa. Niatnya sudah pasti “Aku
harus tetap maju akan ku tunjukkan pada mereka ada lagu,..musik yang seharusnya
mereka banggakan” Kata kalu dalam hati memberikan semangat pada dirinya
sendiri.” Boleh aku bergabung “…. Kata kalu minta izin ketika tiba pada
kumpulan pemuda itu. “ Boleh … silahkan kalu duduk atau joget Mahmud menyambut
kalu dengan penuh keceriaan…. “Ayokalu joget saja biar semangat “ kata pemuda
lain sambil berjoget mengelilingi kalu.tapi Suara gitar yang dimainkan Bujang
malah berhenti.” ada apa jang “ kata seorang pemuda protes. Bujang hanya
diamsaja tidak menjawab.” Mungkin bujang sudah capek “kalu menjawab pertanyaan
pemuda tadi. “Boleh aku menggantikannya” kata kalu member semangat kepada
kawan-kawan yang rada kecewa.” ha…ha….ha… dengan lagu apa kalu …. La..la…la…
Kata Bujang mengejek kalu. “ saya akan mengenalkan kappa kalian music daerah
kita yang seharusnya kita banggakan “kalu mencoba memperkenalkan musik dambus.
Tidak seorangpun dari muda mudi itu menjawab kalu namun kalu langsung
membalikkan dambus kedepan yang tadinya tergantung di punggungnya…..
Ting…ting…. Ding….ding…. suara Dambus kalu bulai bergema… tapi kawan kawannya
malah saling berpandangan “lagu apa yang akan di nyanyikan kalu” Pikir Wati yang
jejak tadi memperhatikan kalu…..Karena menghayati irama music yang di
mainkannya mata kalu terpejam tanpa disadarinya kawan-kawannya telah pergi
meninggalkannya yang terlebih dahulu di awali kepergian Bujang.Barulah ia sadar
tetika pundaknya di tepuk oleh kakek yang menemuinya di pondok kebun… “
Teruskan kalu …mainkan lagu yang lain …kata kakek tua itu “ tapi kek saya belum
bias memyanyikan lagunya “ Biar Bapak saja yang menyanyikannya kamu mainkan
saja dambus itu “ tiba-tiba seseorang datang dari belakang kalu “ Bapak ….
Bersedia menyanyikannya “ kata kalu kepada orang yang baru datang tadi.”Dengan
sarat kamu juga harus ingat sair yang bapak nyanyikan kalu” jawab bapak itu
pula..” baik pak ….. kalu memetik kembali dambusnya.sambil mulutnya komat kamit
mengulangi sair yang mengriringi irama musiknya.”cukup kalu “kakek menghentikan
permainan dambus kalu “ syair dambus akan mengalir begitu saja sesuai dengan
apa yang dirasakan oleh pelantunnya ..” kakek itu menambah kata
kembali.”…..”sedangkan sairnya adalah rasa yang ingin disampaikan yang ingin
dikisahkan oleh pemain dambus”….tambah bapak yang tadinya bernyanyi….” Biasanya
pemain dambus sekaligus penyanyi dambus
kalu karna itu adalah kata hatinya yang di tuangkan dalam irama dan sair
dambus. Iya pak…. Tapi maaf sebelumnya kakek …. Bapak …. Sebenarnya ini tidak
pantas saya tanyakan’’…… sebenarnya siapa kakek dan bapak ini mengapa begitu
perhatian pada saya…” kalu mencoba bertanya lebih jauh siapa sebenarnya siapa
mereka. “ Kalu… Sayang ibumu juga telah tiada …sebenarnya dia tau siapa kami
berdua.” Mendengar jawaban sepeti itu kalu menjadi bertambah bingung sebelum
ibunya meninggal, pernah mengatakan bahwa tidak ada siapapun Famili di desa
ini.”Iya kalu ibumu benar….. tapi kami ini bagian dari kamu”….. kata bapak itu membuat kalu semakin
bertanya-tanya dalam hati. “Pernah kamu mendengar nama kami saya ini Arsyad dan
itu bapak saya sendiri Haji Denan …” setelah disebutkan nama itu basu kalu
sadar mereka adalah Bapak dan Kakeknya sendiri”… Bapak… kalu langsung bersujud
dihadapan bapaknya…maafkan kalu pak … maafkan kalu kek …. “ kalu menangis
sejadinya mengetahui hal itu …. Sejak kecil kalu belum pernah melihat wajah
bapak dan kakeknya …secara langsung ,……foto-foto yang adapun telah lama surak..
luntur pada pigura yang tergantung didinding rumahnya. “Bapak….. bapak…..
bapak….Kakek…..kek….”…kalu semakin sedih setelah iya berangkat dari sujudnya
bapak dan kakeknya telah pergi di telan malam …
Bersandar di dipan tempat tidur kalu teringat apa yang di alaminya”
apakah aku mimpi” kata kalu sambil memeluk dambus yang dimainkannya semalam ..”
tapi mengapa mimpi itu datang berturut-turut dan berkelanjutan … .. apa karna
aku merindukan mereka.” Kalu beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi
berwudhu dan solat malam memanjatkan Doa kepada yang kuasa agar orang-orang
yang dicintainya tetap dicintai Allah.panjang pinta Kalu Dalam Doa. Membuat ia
tertidur di sajadah hingga kokok ayang membangunkannya.
Seperti hari kemarin kalu mengawali harinya berangkat ke kebun karet yang
tidak begitu jauh dari rumahnya.sepanjang jalan menuju kebun ia mengulangi
kembali lagu dambus yang dinyanyikan bapaknya dalam mimpi semalam.Sepanjang
jalan itu pula kalu membuat setiap orang yang berpapasan dengannya merasa
heran. “Saya pernah mendengarkan lagu tadi siapa yang mengajarkanmu kalu” Tanya
pak Saad kepada kalu sambil berlari kecil menyusul mengejar kalu dari
belakang.Pak Saad ingat betul itu lagu yang sering dinyanyikan Arsyad setiap
malam yang tak lain adalah orang tua Kalu. “Dari bapak saya pak memang
mengapa”…. Kalu menjelaskan kepada pak Saad dan kembali bertanya.” Dari bapakmu
…Kata Pak Saad merasa Heran. Setau saya bapakmu meninggal sebelum kamu lahir
dan lagu itu diciptakan oleh kakekmu yang meninggal masa bapakmu masih
bujangan…pak saad menjelaskan keheranannya kepada kalu.” Dari mana kalu tau
sedangkan lagu itu tidak pernah ditulis atau di ajarkan pada orang lain selain
Haji Denan dan arsyad anaknya.” Mungkin ini aneh pak tapi inilah yang saya
alami”…. Lagu ini di ajarkan kakek dan bapak semalam sewat Mimpi saya pak ..”
kata kalu merasa senang ternyata ada juga yang tau dengan lagu itu.”Saya
permisi dulu pak …” kalu memutuskan pembicaraannya karna kebun Kalu dan pak
Saad berlawanan arah pada Pertigaan Kedua di areal Perkebunan Rakyat desa itu.
“Ya…. ya silahkan kalu’” jawab pak saad masih keheranan. Suara dambus kalu
masih terdengar oleh pak Saad Di ikutinya dengan Siulan yang seirama jika di
padukan.Kemampuan kalu Bermain dambus Dengan cepat tersiar ke seluruh kampung.
Apalagi mereka yang dulu pernah mendengarkan lagu yang diceritakan pak saad
kepada Semua Orang se susianya.”Kalu anak Arsyad yang aneh itu “ kata bu Saad
ketika diceritakan suaminya bahwa kalu pandai bermain dambus. “Mana Mungkin Pak
… setiap hari Kerjanya hanya melamun dan tidur.” Bu saad Bersemangat tapi
sedikit tidak percaya.Karna selama ini yang mereka tau lagu itu Hilang bak di
telan bumi, pergi mengikuti sang pelantunnya.
Pada Satu kesempatan Desa kalu merayakan pesta panen. Suasana gembira
menebar dihamparan padi ladang yang sudah siap di potong.Masyarakat Desa
berkumpul dari anak-anak sampai orang dewasa baik yang memiliki ladang padi
bahkan yang hanya ikut merasakan kegembiraan itu.Ditengah kegembiraan itu kalu
mendapat kehormatan untuk memainkan dambusnya.” kalu jangan kau mainkan dulu
lagu Abusama” kata pak saad ketika kalu akan memulai bermain dambus dari
kejauhan sambil berlari.Kalu menghentikan petikan dambusnya” ada apa lagi ini…
Pikirnya dalam hati…. “Apakah Orang tua juga menolak kehadiran musik dambus”.
Lagu Abusama itulah hasil karya Haji Denan yang membuat Pak Saad dan
kawan-kawan seusianya teringak dengan sosok sesepuh desa sang pemain dambus
Haji Denan.” Tunggu kalu …. Tunggu…” teriak
pak seman sambil memeluk Kayu gelondongan kecil. Kalu keheranan dengan apa
yang di lihatnya.Ia hanya Pasrah apapun yang akan terjadi Dambus harus tetap
bersuara.Tak di sangka oleh kalu Orang-orang Desa sebaya Bapaknya seperti telah
merencanakan semua itu, Mereka berlari membawa perlengkapan alat music dambus
yang dulu pernah mereka mainkan bersama Haji Denan dan Arsyad Kakek dan bapak
kalu. Gendang kayu dua buah untuk gendang induk dan anakan dari kulit kambing
dan tawak-tawak yang terbuat dari sebilah papan terpasang pada permukaan
tempurung kelapa yang bagian atasnya terpotong dengan ukuran yang berbeda jika
di pukul pada sebilah papan diatasnya akan menimbulkan bunyi yang berbeda.Musik
Dambus lagu Abusama Kembali berkumandang di kebahagiaan orang desa.Ibu ibu
terlebih dahulu turun menyingsingkan kain. Bukan untuk memotong padi melainkan
menari mengikuti irama Musik dambus.Sedangkan Muda-mudi Bujang, Isah,Mahmud,
dan wati masih malu untuk mengikuti apa yang di lakukan oleh orang tua mereka
karena mereka tidak mengerti dengan Tari Dambus itu.
Semenjak Pesta Panen Padi ladang tahun itu Dambus kembali di perdengarkan
di setiap kesempatan,…Menyanbut kedatangan tamu dari luar desa,pesta
pernikaham,Khitanan . Kalu mulai di kenal sebagai pewaris pemain dambus dari
kakek dan Bapaknya haji Denan dan Arsyad.Setiap malam pula Kalu di minta kepala
Desa untuk membagikan Ilmunya kepada generasi Muda di desanya itu. Dari musik
dambus itu juga banyak Muda Mudi didesa kalu menemukan jodohnya. Bujang yang
semula lebih mennyukai lagu Dangdut dan tak suka pada Kalu akhirnya meminta
kalu untuk menyumbangkan lagunya pada acara pernikahannya dengan isah.” Kalu
Pada Acara pernikahan kami nanti lagu AbuSama Harus kamu mainkan Khusus buat
kami “ kata Bujang Sambil menggandeng tangan Isah.Kalu hanya bias Tersenyum
mengaggukkan kepala. Sedangkan matanya meririk gadis lain di sebelah
Isah.Beberapa Bulan Berikutnya peseta panen kembali di laksanakan kegembiraan
warga Desa pun Kembali terlihat. Apalagi
setelah Pesta panen kali ini di laksanakan juga pernikahan adat KAWIN MASAL
Puluhan pasang Muda Mudi Di arak Keliling Desa…. Pasangan yang paling Depan
Membawa Dambus (PENDEKAR DERBAMBUS) Sebagai Peminang sesuai permintaan Wati
kepada Kalu sebelum Pesta KAWIN MASAL di laksanakan “LU,.. KU MINTAK KEK KA
PEMINANG E …DAMBUS OK …KA BUET KEK KU DARI KAYU NANGKA ”(Lu ku Minta sama Kamu
peminagnya …DAMBUS…ya kamu Buat untuk Saya Dari pohon Nangka)
Sungailiat, 2 juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar