Selasa, 14 Agustus 2012

MEMBACA PANTUN


MEMBACA PANTUN

Dalam pelajaran ini, Anda diharapkan dapat mendeklamasikan/ membacakan puisi lama (berbalas pantun) di depan temanteman dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang sesuai; menanggapi pembacaan pantun tentang lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat; dan dapat menerapkan isi pantun dalam kehidupan sehari-hari.
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama. Pantun pada mulanya merupakan senandung puisi rakyat Melayu yang didendangkan. Pantun diciptakan dalam bentuk lisan untuk menyampaikan pikiran dan perasaan terhadap seseorang ataupun suatu peristiwa yang bertujuan untuk menyindir, berjenaka, memberi nasihat, atau bersuka ria. Tidak ada yang mengetahui, siapa yang mengarang pantun. Pantun sudah menjadi milik bersama, yang tersebar dari mulut ke mulut sampai sekarang.
Seperti halnya puisi, pantun juga dibaca disertai dengan irama. Hal ini bertujuan agar isi pantun enak didengar dan memberi kesan mendalam bagi yang mendengarnya. Anda juga mungkin pernah membaca pantun, bahkan juga menulis pantun. Pada saat membacakan pantun, lafal, intonasi, dan ekspresinya harus tepat. Hal ini dimaksudkan agar pantun yang disampaikan dapat dinikmati, direnungkan maknanya, dan isinya dapat diterima atau ditangkap dengan baik oleh pendengar.
1. Pelafalan
Pelafalan
Ketika membacakan pantun, pelafalan harus jelas. Fonemfonem yang dilafalkan harus tepat agar tidak menimbulkan salah tafsir. Fonem-fonem konsonan dan fonem-fonem vokal harus diperhatikan. Lafalkan kata-kata berikut.
bola pola
barang parang
beras peras
teras keras
vKata bola dan pola harus dilafalkan dengan jelas agar tidak menimbulkan salah tafsir. Fonem /b/ pada kata bola dan fonem /p/ pada kata pola merupakan fonem yang dihasilkan oleh artikulator yang sama, yaitu bibir atas dan bibir bawah. Kedua fonem itu disebut fonem bilabial.
Dalam irama, akan dilihat pada suku kata yang memiliki nada panjang, sedang dan pendek. Kemudian akan dilanjutkan dengan analisis tinggi, sedang dan rendah nada pada setiap suku kata.
penutur pantun  melafalkan teks pantun dengan nada-nada tertentu yang mengidentifikasikan adanya penekanan pada suku kata-suku kata tersebut. Penekanan ini juga merupakan sebuah indikasi tersendiri bagi si penutur untuk memberikan efek penegasan frasa .
vvirama/Intonasi adalah lagu kalimat atau ucapan yang ditekankan pada suku kata atau kata sehingga bagian itu lebih keras (tinggi) ucapannya dari bagian yang lain. Intonasi dapat ditandai oleh naik-turunnya nada pada kata atau kalimat. Penandaannya dapat menggunakan garis naik(  v  ) untuk nada tinggi, garis turun (     ) untuk nada rendah, dan garis horizontal (–) untuk nada datar.
Bacalah patun berikut dengan mengikuti tanda rima / intonasinya.


v
 
IBanyak orang  pergi ke pasar





v
 
Sampai dipasar membeli benang


v
 
IDari kecil rajin belajar





v
v
 
Sudah besar hiduppun senang

Ekspresi
Ekspresi atau mimik muka pada saat membaca pantun dapat berbeda-beda. Ketika membaca pantun jenaka, ekspresi wajah harus menampilkan mimik gembira, ceria, dan suka cita. Begitu pula ketika membacakan pantun yang berisi kesedihan, ekspresi wajah harus sesuai. Cobalah Anda berlatih mengekspresikan mimik sedih, gembira, dan lain-lain di depan cermin. Apabila diperhatikan dengan saksama, pantun memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Jumlah larik (baris) setiap bait empat.
2. Jumlah suku kata setiap larik delapan hingga dua belas suku kata.
Di akhir larik, terdapat aturan ritma, yaitu a b a b. Perhatikan pantun berikut.

                                                                  Buat apa kain kebaya (a)
                                                                  Kalau tidak pakai selendang (b)
                                                                  Buat apa hidup kaya (a)
                                                                 Kalau tidak suka sembahyang (b)

         Hentakan irama di akhir larik sangat terasa. Kekuatan bunyi irama menimbulkan kesan indah. Perhatikan pengulangan bunyi ya pada larik pertama dan larik ketiga. Begitu pula pengulangan bunyi ang pada larik kedua dan keempat.

Bacakan pantun berikut dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.
Pantun 1
Sungguh rindang,  pohon beringin
Tumbuh sebatang, didalam taman
Sepucuk surat, dilayangkan angin
Rasa senang, mendapat teman

Pantun 2
Kalau ke bukit sama mendaki
Kalau ke laut sama berenang
Walau sedikit  bersatu hati
       Kerja berat menjadi senang
Pantun 3
Kalau tuan ,menebang jati
Potong kayu ,menjadi papan
Kalau kalian ,teman sejati
Teman lama takkan dilupakan

Pantun 4
Air keruh sungaipun keruh
Air kunyit pencuci kaki
Adik jauh abang pun jauh
Tidur semenit dimasuk mimpi

Pantun 5
Anak ayam turun dua
Satu mati tinggal satu
Minta ampun segala dosa
Hendak menyebut Tuhan yang satu


1. Beberapa teman Anda membaca pantun di depan kelas. Namun, sebelum membacakan pantun,    
    berilah tanda intonasi yang tepat pada kata-katanya.
2. Perhatikan dengan baik pada saat teman Anda membacakan pantun tersebut.
3. Kemudian, nilailah pembacaan pantun teman Anda sesuai dengan tabel penilaian di bawah ini.

Pantun 1
Air dalam bertambah dalam
Hujan dahulu belumlah teduh
Hati dendam bertambah dendam
Luka dahulu belumlah sembuh

Pantun 2
Sayang selasih berisi minyak
Bunga cengkih di jalan raya
Terima kasih banyak-banyak
Sudi datang ke rumah saya

Pantun 3
Anak ayam turun empat
Mati seekor tinggalnya tiga
Supaya hamba membaca sifat
        Lekas juga jalan ke syurga
Pantun 4
Apa guna berkaki dua
Kalau tidak berjalan lagi
Apa guna kita bersua
Kalau tidak bersembahyang lagi


Pantun 5
Angin bertiup lautan bergelombang
Di tengah lautan kapal berlabuh
Diharap keluarga tak usahlah bimbang
Doakan sakit segera sembuh



Tidak ada komentar:

Posting Komentar