MEMBACA
PANTUN
Dalam pelajaran
ini, Anda diharapkan dapat mendeklamasikan/ membacakan puisi lama (berbalas
pantun) di depan temanteman dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang sesuai;
menanggapi pembacaan pantun tentang lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat; dan
dapat menerapkan isi pantun dalam kehidupan sehari-hari.
Pantun merupakan
salah satu jenis puisi lama. Pantun pada mulanya merupakan senandung puisi
rakyat Melayu yang didendangkan. Pantun diciptakan dalam bentuk lisan untuk menyampaikan
pikiran dan perasaan terhadap seseorang ataupun suatu peristiwa yang bertujuan
untuk menyindir, berjenaka, memberi nasihat, atau bersuka ria. Tidak ada yang
mengetahui, siapa yang mengarang pantun. Pantun sudah menjadi milik bersama,
yang tersebar dari mulut ke mulut sampai sekarang.
Seperti halnya puisi, pantun juga dibaca disertai dengan
irama. Hal ini bertujuan agar isi pantun enak didengar dan memberi kesan mendalam
bagi yang mendengarnya. Anda juga mungkin pernah membaca pantun, bahkan juga
menulis pantun. Pada saat membacakan pantun, lafal, intonasi, dan ekspresinya harus
tepat. Hal ini dimaksudkan agar pantun yang disampaikan dapat dinikmati,
direnungkan maknanya, dan isinya dapat diterima atau ditangkap dengan baik oleh
pendengar.
1. Pelafalan
Pelafalan
Ketika membacakan
pantun, pelafalan harus jelas. Fonemfonem yang
dilafalkan harus tepat agar tidak menimbulkan salah tafsir. Fonem-fonem konsonan dan fonem-fonem
vokal harus diperhatikan. Lafalkan kata-kata
berikut.
bola pola
barang parang
beras peras
teras keras
Kata bola dan
pola harus dilafalkan dengan jelas agar tidak menimbulkan salah tafsir.
Fonem /b/ pada kata bola dan fonem /p/ pada kata pola merupakan
fonem yang dihasilkan oleh artikulator yang sama, yaitu bibir atas dan bibir
bawah. Kedua fonem itu disebut fonem bilabial.
Dalam irama,
akan dilihat pada suku kata yang memiliki nada panjang, sedang dan pendek.
Kemudian akan dilanjutkan dengan analisis tinggi, sedang dan rendah nada pada
setiap suku kata.
penutur pantun melafalkan teks pantun dengan
nada-nada tertentu yang mengidentifikasikan adanya penekanan pada suku
kata-suku kata tersebut. Penekanan ini juga merupakan sebuah indikasi
tersendiri bagi si penutur untuk memberikan efek penegasan frasa .
irama/Intonasi adalah lagu kalimat atau ucapan yang ditekankan pada suku
kata atau kata sehingga bagian itu lebih keras (tinggi) ucapannya dari bagian
yang lain. Intonasi dapat ditandai oleh naik-turunnya nada pada kata atau
kalimat. Penandaannya dapat menggunakan garis naik( v ) untuk
nada tinggi, garis turun ( ) untuk
nada rendah, dan garis horizontal (–) untuk nada datar.
Bacalah
patun berikut dengan mengikuti tanda rima / intonasinya.
Banyak orang pergi
ke pasar
Sampai
dipasar membeli benang
Dari kecil rajin belajar
Sudah
besar hiduppun senang
Ekspresi
Ekspresi atau mimik
muka pada saat membaca pantun dapat berbeda-beda. Ketika membaca pantun jenaka,
ekspresi wajah harus menampilkan mimik gembira, ceria, dan suka cita. Begitu pula
ketika membacakan pantun yang berisi kesedihan, ekspresi wajah harus sesuai.
Cobalah Anda berlatih mengekspresikan mimik sedih, gembira, dan lain-lain di
depan cermin. Apabila diperhatikan dengan saksama, pantun memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1. Jumlah larik (baris) setiap bait empat.
2. Jumlah suku kata setiap larik delapan hingga dua belas
suku kata.
Di akhir larik, terdapat aturan ritma, yaitu a b a b. Perhatikan pantun berikut.
Buat apa kain kebaya (a)
Kalau tidak pakai selendang (b)
Buat apa hidup kaya (a)
Kalau tidak suka sembahyang (b)
Hentakan irama di
akhir larik sangat terasa. Kekuatan bunyi irama menimbulkan kesan indah.
Perhatikan pengulangan bunyi ya pada larik pertama dan larik ketiga.
Begitu pula pengulangan bunyi ang pada larik kedua dan keempat.
Bacakan pantun
berikut dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat.
Pantun 1
Sungguh rindang, pohon beringin
Tumbuh sebatang, didalam taman
Sepucuk surat, dilayangkan angin
Rasa senang, mendapat teman
|
Pantun 2
Kalau ke
bukit sama mendaki
Kalau ke
laut sama berenang
Walau
sedikit bersatu hati
Kerja berat menjadi senang
|
Pantun 3
Kalau
tuan ,menebang jati
Potong
kayu ,menjadi papan
Kalau
kalian ,teman sejati
Teman
lama takkan dilupakan
|
Pantun 4
Air
keruh sungaipun keruh
Air
kunyit pencuci kaki
Adik jauh abang pun jauh
Tidur semenit dimasuk mimpi
|
Pantun 5
Anak
ayam turun dua
Satu
mati tinggal satu
Minta ampun segala dosa
Hendak menyebut Tuhan yang
satu
|
1. Beberapa teman Anda
membaca pantun di depan kelas. Namun, sebelum membacakan pantun,
berilah tanda intonasi yang tepat pada
kata-katanya.
2. Perhatikan dengan
baik pada saat teman Anda membacakan pantun tersebut.
3. Kemudian, nilailah
pembacaan pantun teman Anda sesuai dengan tabel penilaian di bawah ini.
Pantun 1
Air dalam bertambah dalam
Hujan dahulu belumlah teduh
Hati dendam bertambah dendam
Luka dahulu belumlah sembuh
|
Pantun 2
Sayang selasih berisi minyak
Bunga cengkih di jalan raya
Terima kasih banyak-banyak
Sudi datang ke rumah saya
|
Pantun 3
Anak
ayam turun empat
Mati
seekor tinggalnya tiga
Supaya
hamba membaca sifat
Lekas
juga jalan ke syurga
|
Pantun 4
Apa guna
berkaki dua
Kalau
tidak berjalan lagi
Apa guna
kita bersua
Kalau
tidak bersembahyang lagi
|
Pantun 5
Angin
bertiup lautan bergelombang
Di tengah
lautan kapal berlabuh
Diharap
keluarga tak usahlah bimbang
Doakan sakit segera sembuh
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar