SKOM4326
Komunikasi Persuasif
Komunikasi Persuasif
Tinjauan Mata Kuliah
Komunikasi Persuasif adalah bentuk komunikasi yang mempunyai tujuan khusus dan terarah untuk mengubah perilaku komunikan sebagai sasaran komunikasi. Pengetahuan tentang komunikasi persuasi perlu diketahui oleh mahasiswa dan mereka yang berminat untuk mendalami bidang komunikasi. Pengetahuan ini memberikan dasar-dasar untuk pengetahuan lebih lanjut di bidang ilmu komunikasi yang memiliki tujuan tertentu, lebih mendalam untuk mengubah perilaku komunikan dan lebih terarah dibandingkan dengan komunikasi umum.
Komunikasi Persuasif adalah bentuk komunikasi yang mempunyai tujuan khusus dan terarah untuk mengubah perilaku komunikan sebagai sasaran komunikasi. Pengetahuan tentang komunikasi persuasi perlu diketahui oleh mahasiswa dan mereka yang berminat untuk mendalami bidang komunikasi. Pengetahuan ini memberikan dasar-dasar untuk pengetahuan lebih lanjut di bidang ilmu komunikasi yang memiliki tujuan tertentu, lebih mendalam untuk mengubah perilaku komunikan dan lebih terarah dibandingkan dengan komunikasi umum.
Topik-topik
yang dibahas dalam Buku Materi Pokok Komunikasi Persuasif mempunyai tujuan
instruksional umum, yaitu agar mahasiswa dapat mengimplementasikan komunikasi
persuasif dalam konteks kelompok, organisasi dan masyarakat. Secara lebih
detail maka tujuan instruksional khusus bagi mahasiswa dapat dilihat, seperti
pada peta kompetensi.
Pengetahuan
tentang Komunikasi Persuasif dapat dipergunakan untuk mereka yang bergerak di
bidang penyuluhan kampanye, periklanan dan lain sebagainya. Bagi mahasiswa dan
mereka yang ingin lebih mendalami tentang hal-hal yang berkaitan dengan modul
ini, disarankan untuk membaca materi-materi rujukan yang disebutkan dalam
daftar pustaka.
MODUL 1: Falsafah dan
Konsep-konsep Dasar Komunikasi Persuasif
Kegiatan Belajar 1: Falsafah Komunikasi Persuasif
Rangkuman
Manusia dan komunikasi merupakan satu kesatuan. Komunikasi melekat pada diri manusia, sehingga we can not communicate. Keberadaan komunikasi, karena begitu melekatnya pada diri manusia sering tanpa disadari. Manusia cenderung beranggapan bahwa dirinya mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi. Akibatnya, masalah-masalah yang muncul yang berkaitan dengan komunikasi, seringkali diselesaikan sendiri.
Rangkuman
Manusia dan komunikasi merupakan satu kesatuan. Komunikasi melekat pada diri manusia, sehingga we can not communicate. Keberadaan komunikasi, karena begitu melekatnya pada diri manusia sering tanpa disadari. Manusia cenderung beranggapan bahwa dirinya mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi. Akibatnya, masalah-masalah yang muncul yang berkaitan dengan komunikasi, seringkali diselesaikan sendiri.
Dalam
mempelajari komunikasi persuasif, memahami aspek filosofis komunikasi
persuasif, sangat ditekankan. Hal ini mengingat bahwa komunikasi persuasif,
sebagaimana halnya ilmu-ilmu yang lain, memiliki tiga aspek filosofis keilmuan,
yaitu aspek ontologi, aspek epistemologi, dan aspek aksiologi.
Dengan
memahami ketiga aspek filosofi ilmu tersebut, Anda dapat membedakan berbagai
ilmu pengetahuan yang terdapat di dalam khasanah kehidupan manusia. Hal yang
terpenting adalah Anda akan mengenali ciri-ciri dari Ilmu Komunikasi Persuasif,
serta dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk kesejahteraan umat manusia.
Aspek
ontologi, menyangkut pertanyaan apa yang dikaji oleh suatu ilmu, aspek
epistemologi berkaitan dengan pertanyaan cara-cara memperoleh ilmu tersebut,
dan aspek aksiologi berkenaan dengan pertanyaan penggunaan dari ilmu tersebut.
Dalam
melakukan komunikasi persuasif, kita harus memahami kriteria tanggung jawab
persuasi, sebagaimana yang dikemukakan Larson, yaitu adanya kesempatan yang
sama untuk saling mempengaruhi, memberi tahu audiens tentang tujuan persuasi,
dan mempertimbangkan kehadiran audiens".
Kegiatan Belajar 2: Konsep-konsep Dasar Komunikasi Persuasif
Rangkuman
Komunikasi ada dalam segala aktivitas hidup kita. Bentuknya bisa berupa tulisan, lisan, gambar, isyarat, kata-kata yang dicetak, simbol visual, audio visual, rabaan, suara, kimiawi, komunikasi dengan diri sendiri, kelompok, organisasi, antarpersona, dialogis, dan lain-lain.
Rangkuman
Komunikasi ada dalam segala aktivitas hidup kita. Bentuknya bisa berupa tulisan, lisan, gambar, isyarat, kata-kata yang dicetak, simbol visual, audio visual, rabaan, suara, kimiawi, komunikasi dengan diri sendiri, kelompok, organisasi, antarpersona, dialogis, dan lain-lain.
Istilah
komunikasi berasal dari perkataan Latin communicare, yang berarti
berpartisipasi, memberitahukan, atau menjadi milik bersama.
Dalam
definisi komunikasi yang dikemukakan beberapa ahli, walaupun pengungkapannya
beragam, namun terdapat kesamaan telaah atas fenomena komunikasi. Kesamaan
tersebut nampak dalam isi yang tercakup di dalamnya, yaitu adanya komunikator,
komunikan, pesan, media/saluran, umpan balik, efek, dampak serta adanya tujuan
dan terbentuknya pengertian bersama.
Untuk
memahami komunikasi, dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu perspektif umum
dan perspektif paradigmatik. Perspektif secara umum dapat dilihat dari dua
segi, yaitu pengertian secara etimologis, dan pengertian secara terminologis.
Istilah
persuasi bersumber dari perkataan Latin, persuasio, yang berarti membujuk,
mengajak atau merayu.
Persuasi
bisa dilakukan secara rasional dan secara emosional. Dengan cara rasional,
komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi
berupa ide ataupun konsep. Persuasi yang dilakukan secara emosional, biasanya
menyentuh aspek afeksi, yaitu hal yang berkaitan dengan kehidupan emosional
seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati seseorang dapat
digugah.
Dari
beberapa definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli, tampak bahwa
persuasi merupakan proses komunikasi yang bertujuan untuk mempengaruhi sikap,
pendapat dan perilaku seseorang, baik secara verbal maupun nonverbal.
Komponen-komponen
dalam persuasi meliputi bentuk dari proses komunikasi yang dapat menimbulkan
perubahan, dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar, dilakukan secara verbal
maupun nonverbal.
Faktor-faktor
yang harus dipertimbangkan dalam komunikasi persuasi meliputi kejelasan tujuan,
memikirkan secara cermat orang-orang yang dihadapi, serta memilih strategi yang
tepat.
Ruang
lingkup kajian ilmu komunikasi persuasif meliputi sumber, pesan, saluran/media,
penerima, efek, umpan balik, dan konteks situasional.
Pendekatan
yang digunakan dalam komunikasi persuasif adalah pendekatan psikologis.
Tiga
fungsi utama komunikasi persuasif adalah control function, consumer protection
function, dan knowledge function.
MODUL 2: Proses Dasar
Komunikasi Persuasif
Kegiatan Belajar 1: Model Proses Komunikasi Persuasif
Rangkuman
Untuk mempermudah dalam mempelajari dan menganalisis komunikasi persuasif, seperti halnya juga ilmu-ilmu yang lain, seringkali digunakan berbagai model. Model adalah gambaran atau persamaan aspek-aspek tertentu dari peristiwa-peristiwa, struktur-struktur atau sistem-sistem yang kompleks, yang dibuat dengan menggunakan simbol-simbol atau objek-objek dengan berbagai cara sehingga menyerupai sesuatu yang dibuat modelnya tersebut.
Rangkuman
Untuk mempermudah dalam mempelajari dan menganalisis komunikasi persuasif, seperti halnya juga ilmu-ilmu yang lain, seringkali digunakan berbagai model. Model adalah gambaran atau persamaan aspek-aspek tertentu dari peristiwa-peristiwa, struktur-struktur atau sistem-sistem yang kompleks, yang dibuat dengan menggunakan simbol-simbol atau objek-objek dengan berbagai cara sehingga menyerupai sesuatu yang dibuat modelnya tersebut.
Model
berfungsi untuk menyederhanakan realitas sosial dan alam yang kompleks. Selain
itu, ia juga, berfungsi sebagai alat pelajaran dan pengingat yang efektif,
membentuk hubungan yang baru, membantu dalam menelaah berbagai persoalan yang
kita hadapi, menemukan sesuatu dengan cara-cara yang baru, alat kerangka
berpikir dalam penelitian, menolong dalam mengantisipasi berbagai kesulitan dan
masalah pekerjaan, serta berbagai urusan yang kita hadapi.
Komunikasi
persuasif adalah suatu proses, yakni proses mempengaruhi sikap, pendapat dan
perilaku orang lain, baik secara verbal maupun nonverbal. Proses itu sendiri adalah
setiap gejala atau fenomena yang menunjukkan suatu perubahan yang terus-menerus
dalam konteks waktu, setiap pelaksanaan atau perlakuan secara terus-menerus.
Ada dua persoalan yang berkaitan dengan penggunaan proses, yakni persoalan
dinamika, objek, dan persoalan penggunaan bahasa.
Applebaum
dan Anatol membuat model-model komunikasi persuasif, yang di dalamnya
melukiskan mekanisme persuasi antara dua orang yang sedang terlibat komunikasi.
Simons,
secara terperinci menguraikan model-model komunikasi persuasif. Model-model
tersebut meliputi model sederhana komunikasi persuasif dan model kompleks
komunikasi persuasif. Model kompleks terdiri atas Model Dua Penerima atau
Lebih, Model Dua Pesan atau Lebih, Model Dua Sumber atau Lebih, Model Pengaruh
Timbal Balik, Model Pengaruh Timbal Balik melalui Saluran Delegatif, dan Model
Penggunaan Medium Tidak Langsung.
Kegiatan Belajar 2: Unsur-unsur dalam Komunikasi Persuasif
Rangkuman
Menurut Aristoteles, komunikasi dibangun oleh tiga unsur yang fundamental, yakni orang yang berbicara, materi pembicaraan yang dihasilkannya, dan orang yang mendengarkannya. Aspek yang pertama disebut komunikator atau persuader, yang merupakan sumber komunikasi, aspek yang kedua adalah pesan, dan aspek yang ketiga disebut komunikan atau persuadee, yang merupakan penerima komunikasi.
Rangkuman
Menurut Aristoteles, komunikasi dibangun oleh tiga unsur yang fundamental, yakni orang yang berbicara, materi pembicaraan yang dihasilkannya, dan orang yang mendengarkannya. Aspek yang pertama disebut komunikator atau persuader, yang merupakan sumber komunikasi, aspek yang kedua adalah pesan, dan aspek yang ketiga disebut komunikan atau persuadee, yang merupakan penerima komunikasi.
Persuader
adalah orang dan atau sekelompok orang yang menyampaikan pesan dengan tujuan
untuk mempengaruhi sikap, pendapat, dan perilaku orang lain baik secara verbal
maupun nonverbal. Dalam komunikasi persuasif, eksistensi persuader benar-benar
diper-taruhkan. Oleh karena itu, ia harus memiliki ethos yang tinggi. Ethos
adalah nilai diri seseorang yang merupakan paduan dan aspek kognisi, afeksi,
dan konasi.
Seorang
persuader yang memiliki ethos tinggi, dicirikan oleh kesiapan, kesungguhan,
ketulusan, kepercayaan, ketenangan, keramah-an, dan kesederhanaan. Jika
komunikasi persuasif ingin berhasil seorang persuader harus memiliki sikap
reseptif, selektif, digestif, asimilatif, dan transitif.
Persuadee
adalah orang dan atau sekelompok orang yang menjadi tujuan pesan itu
disampaikan dan disalurkan oleh persuader baik secara verbal maupun nonverbal.
Variabel
kepribadian dan ego yang rumit merupakan dua kelompok konsep yang berpengaruh
terhadap penerimaan persuadee terhadap komunikasi, termasuk juga faktor
persepsi dan pengalaman.
Pesan
adalah segala sesuatu yang memberikan pengertian kepada penerima. Pesan bisa
berbentuk verbal dan nonverbal. Pesan verbal terdiri dari pesan verbal yang
disengaja dan tak disengaja. Pesan nonverbal juga terdiri atas pesan nonverbal
disengaja dan tak disengaja.
Saluran
merupakan perantara, di antara orang-orang yang berkomunikasi. Bentuk saluran
tergantung pada jenis komunikasi yang dilakukan.
Umpan
balik adalah balasan atas perilaku yang diperbuat, umpan balik bisa berbentuk
internal dan eksternal. Umpan balik internal adalah reaksi persuader atas pesan
yang disampaikannya. Umpan balik eksternal adalah reaksi penerima (persuadee)
atas pesan yang disampaikannya. Umpan balik eksternal bisa bersifat langsung,
dapat pula tidak langsung.
Efek
komunikasi persuasif adalah perubahan yang terjadi pada diri persuader sebagai
akibat dan diterimanya pesan melalui proses komunikasi, efek yang bisa terjadi
berbentuk perubahan sikap pendapat dan tingkah laku.
Lingkungan
komunikasi persuasif adalah konteks situasional di mana proses komunikasi
persuasif ini terjadi. Hal itu bisa berupa konteks historis, konteks fisik
temporal, kejadian-kejadian kontemporer, impending events dan norma-norma
sosiokultural.
MODUL 3: Teori-teori
Komunikasi Persuasif
Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Sikap
Rangkuman
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, dan nilai, mempunyai daya pendorong atau motivasi, relatif menetap, mengandung aspek evaluatif, dan sikap timbul dari hasil pengalaman.
Rangkuman
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, dan nilai, mempunyai daya pendorong atau motivasi, relatif menetap, mengandung aspek evaluatif, dan sikap timbul dari hasil pengalaman.
Karakteristik
sikap adalah memiliki objek, memiliki arah, derajat, dan intensitas, dapat
dipelajari, dan bersifat stabil serta tahan lama.
Ada
tiga komponen sikap, yakni komponen kognitif, afektif, dan konatif atau
psikomotor. Komponen kognitif berkaitan dengan kepercayaan tentang objek, ide
dan konsep. Komponen afektif berkaitan dengan perasaan yang menyangkut aspek
emosional. Komponen konatif merupakan kecenderungan seseorang untuk
berperilaku.
Manifestasi
sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu
sebagai tingkah laku yang masih tertutup. Ada tiga faktor utama yang
mempengaruhi pembentukan sikap seseorang, yakni pengaruh faal, kepribadian, dan
faktor eksternal. Pengaruh faal berkaitan dengan aspek biologis seseorang,
sedangkan faktor kepribadian menyangkut perpaduan antara mental dan neural.
Pengaruh eksternal berkaitan dengan faktor lingkungan, baik berupa situasi,
pengalaman maupun hambatan untuk terbentuknya sikap.
Sikap
merupakan aspek yang sangat strategis dalam kajian persuasi. Konsep sikap
sangat bermanfaat bagi persuader dalam memprediksi sikap persuadee sehingga ia
dapat melakukan komunikasinya secara efektif.
Kegiatan Belajar 2: Pendekatan Teori Belajar dalam Komunikasi
Persuasif
Rangkuman
Classical Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme memberikan respon terhadap suatu rangsangan yang sebelumnya tidak menimbulkan respon tersebut.
Rangkuman
Classical Conditioning adalah suatu bentuk belajar yang memungkinkan organisme memberikan respon terhadap suatu rangsangan yang sebelumnya tidak menimbulkan respon tersebut.
Unsur-unsur
Classical Conditioning meliputi Unconditional stimulus, unconditional respons,
dan conditioned stimulus. Konsep tersebut berkaitan dengan tahap-tahap
penelitian Pavlov, yang terdiri dari tahap latihan, terbentuknya pelaziman,
reinforce, dan spontaneous recovery.
Operant
Conditioning adalah penggunaan konsekuensi-konsekuensi yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan untuk mengubah perilaku individu.
Throndike
merumuskan konsep belajar, dengan prinsip utamanya yang terkenal law of effect.
Skinner mengembangkan law of effect dari Thorndike dengan menambahkan unsur
reinforcement atau penguatan.
Ada
lima konsep yang berkaitan dengan jadwal penguatan dan pengaruhnya terhadap
taraf respon dan taraf penghapusan, yakni penguatan kontinu, penguatan
rasio-tetap, penguatan selang-tetap, penguatan rasio-berubah, dan penguatan
selang-berubah.
Skinner
membedakan tingkah laku menjadi dua jenis, yakni tingkah laku responden dan
tingkah laku operant.
McGuire
mengembangkan teori inokulasi (theory of inoculation) dengan menganalogikan proses
penggunaan imunisasi untuk jenis penyakit tertentu.
Melalui
pendekatan inokulasi, seseorang akan menolak persuasi dengan cara
mempertahankan posisinya, sehingga ia menjadi tidak peka terhadap pesan-pesan
persuasi yang datang dari orang lain.
Persuasi
dapat dipandang sebagai suatu cara belajar. Manusia dapat belajar tentang
fenomena-fenomena yang ada di hadapannya. Manusia dapat mengubah respon yang
berkaitan dengan sikapnya. Belajar persuasi merupakan suatu gabungan produk
pesan yang diterima individu dan mengantarai berbagai kekuatan di dalam
individu yang bertindak berdasarkan pesan-pesan tersebut agar menghasilkan
pesan-pesan persuasif.
Kegiatan Belajar 3: Pendekatan Teori Konsistensi Kognitif, Teori
Social Judgment, dan Teori Fungsional dalam Komunikasi Persuasif
Rangkuman
Asumsi dasar Teori Konsistensi Kognitif adalah bahwa kognisi (perasaan, kepercayaan, pikiran, imajinasi, dan lain-lain) tentang orang atau kejadian cenderung diorganisasikan atau distrukturkan ke dalam pengertian secara keseluruhan.
Rangkuman
Asumsi dasar Teori Konsistensi Kognitif adalah bahwa kognisi (perasaan, kepercayaan, pikiran, imajinasi, dan lain-lain) tentang orang atau kejadian cenderung diorganisasikan atau distrukturkan ke dalam pengertian secara keseluruhan.
Asumsi
dasar Teori Congruity adalah apabila ada suatu perubahan evaluasi atau sikap,
maka arah perubahan itu selalu menuju pada persamaan atau harmoni dengan frame
of reference yang dimenangkan atau diatasi.
Apabila
antara komponen kognitif dan komponen afektif bersifat konsisten satu sama
lain, maka sikap seseorang akan berada dalam kondisi yang stabil. Sebaliknya,
jika menunjukkan ketidakkonsistenan, maka sikap orang berada dalam kondisi
labil. Kondisi labil akan membawa pada aktivitas reorganisasi yang spontan
menuju pada kondisi tercapainya konsistensi afektif-kognitif atau menempatkan
inkonsistensi yang tidak terselesaikan tersebut di luar batas kesadaran aktif.
Teori
Disonansi Kognitif membahas tentang ketidakkonsistenan secara psikologis
mengenai apa yang diketahui seseorang, bagaimana mereka bertindak, serta
bagaimana mereka memperlakukan ketidak-konsistenan tersebut.
Asumsi
dasar Teori Social Judgment adalah bahwa orang membentuk situasi yang penting
buat dirinya, dan tidak ditentukan oleh situasi. Teori tersebut memfokuskan
dirinya dalam mempelajari proses psikologik yang mendasari pernyataan sikap dan
perubahan sikap melalui komunikasi. Konsep utama Teori Social Judgment adalah
pembentukan skala penilaian, norma-norma, penolakan, penerimaan, serta wilayah
dari tingkat menerima atau menolak.
Ada
tiga faktor yang dapat digunakan untuk mengubah pertahanan diri, yaitu
penghilangan ancaman, katarsis, dan membantu individu dalam memperoleh wawasan
dalam pertahanan mekanisme dirinya.
Nilai
ekspresif berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan refleksi dari nurani
manusia. Dalam fungsi ini, sikap merupakan "layar" bagi segala
ungkapan diri individu yang dapat dibaca dan dilihat.
Melalui
fungsi ekspresi nilai, individu dapat mengembangkan sikap tertentu untuk
memperoleh kepuasan dalam menyatakan nilai yang dianutnya, sesuai dengan
penilaian pribadi dan konsep dirinya.
Sikap
dapat berfungsi sebagai penerima objek dan ilmu pengetahuan serta dapat
memberikan arti dan makna terhadap objek tertentu. Sikap dapat berfungsi
sebagai alat evaluasi terhadap fenomena yang ada dan melalui sikap tersebut,
diorganisasikan.
Komunikasi
dapat mendekatkan sikap individu dengan sikap individu lainnya, dan bisa pula
menjauhkannya. Hal ini tergantung pada posisi awal individu tersebut dengan
individu yang lainnya. Strategi komunikasi persuasi yang baik, tidak bisa
dikembangkan sampai seseorang mengetahui apakah sikap tertentu yang dilakukan
oleh seorang persuadee membantu dalam penyesuaian, pertahanan ego, pengekspresian
nilai, dan sebuah fungsi pengetahuan.
Dasar
dari teori fungsional adalah perubahan sikap seseorang tergantung pada
kebutuhannya.
Fungsi
utilitarian menyatakan bahwa individu dengan sikapnya, berusaha untuk
memaksimalkan hal-hal yang diinginkan dan meminimalkan aspek-aspek yang tidak
disukainya.
Fungsi
pertahanan ego berarti bahwa sikap yang dibentuk oleh individu, digunakan untuk
melindungi dirinya dari ancaman dunia luar.
Ada
tiga faktor yang dapat digunakan untuk mengubah pertahanan diri, yaitu penghilangan
ancaman, katarsis, dan membantu individu dalam memperoleh wawasan dalam
pertahanan mekanisme dirinya.
Nilai
ekspresif berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan refleksi dari nurani
manusia. Dalam fungsi ini, sikap merupakan "layar" bagi segala ungkapan
diri individu yang dapat dibaca dan dilihat.
Melalui
fungsi ekspresi nilai, individu dapat mengembangkan sikap tertentu untuk
memperoleh kepuasan dalam menyatakan nilai yang dianutnya, sesuai dengan
penilaian pribadi dan konsep dirinya.
Sikap
dapat berfungsi sebagai penerima objek dan ilmu pengetahuan serta dapat
memberikan arti dan makna terhadap objek tertentu. Sikap dapat berfungsi
sebagai alat evaluasi terhadap fenomena yang ada dan melalui sikap tersebut
diorganisasikan.
Strategi
komunikasi persuasi yang baik, tidak bisa dikembangkan sampai seseorang
mengetahui apakah sikap tertentu yang dilakukan oleh seorang persuadee membantu
dalam penyesuaian terhadap pertahanan ego, pengekspresian nilai, dan sebuah
fungsi pengetahuan.
MODUL 4: Faktor-faktor
Sumber dalam Komunikasi Persuasif
Kegiatan Belajar 1: Prinsip-prinsip Kredibilitas
Rangkuman
Kredibilitas adalah persepsi persuadee tentang diri persuader yang berkaitan dengan tingkat keahlian, dapat dipercaya, kompetensi, dinamisme, sosiabilitas, dan karismatik. Secara garis besar, komponen kredibilitas terdiri atas keahlian dan dapat dipercaya. Namun demikian ada beberapa komponen lain yang masih terkait, yakni rasa aman, kualifikasi, dinamisme, dan sosiabilitas.
Rangkuman
Kredibilitas adalah persepsi persuadee tentang diri persuader yang berkaitan dengan tingkat keahlian, dapat dipercaya, kompetensi, dinamisme, sosiabilitas, dan karismatik. Secara garis besar, komponen kredibilitas terdiri atas keahlian dan dapat dipercaya. Namun demikian ada beberapa komponen lain yang masih terkait, yakni rasa aman, kualifikasi, dinamisme, dan sosiabilitas.
Keahlian
merupakan kesan yang dibentuk persuadee tentang sumber komunikasi persuasif
berkaitan dengan topik yang dibicarakan. Dapat dipercaya adalah kesan yang
dibentuk persuadee tentang sumber komunikasi persuasif berkaitan dengan
wataknya, seperti kejujuran, ketulusan, kebermoralan, bersifat adil, bersikap
sopan, berperilaku etis, atau sebaliknya.
Untuk
memprediksi penilaian persuadee terhadap tingkat dapat dipercaya si persuader,
dapat dilakukan dengan analisis atribusional, yakni penilaian yang didasarkan
pada pertalian dengan alasan pernyataan persuader. Dalam analisis atribusional
terdapat tiga pertalian, yakni, apa yang dikemukakan merefleksikan kebenaran,
bias pengetahuan, dan bias pernyataan.
Kredibilitas
sumber komunikasi persuasif dapat diukur dengan mengembangkan konstruk semantic
differential (perbedaan semantik). Sifat bipolar dalam semantic differential
mencakup tiga sifat, yakni evaluasi, potensi, dan kegiatan.
Pengaruh
kredibilitas sumber pada penerima, dalam jangka waktu yang lama akan memudar.
Keadaan demikian disebut dengan sleeper effect. Saluran komunikasi yang
dirancang dengan baik dan disajikan dengan tepat, ternyata dapat meningkatkan
kredibilitas sumber.
Faktor-faktor
vokalik, seperti nilai pembicaraan, variasi titinada, kualitas vokal, dan
artikulasi dapat berpengaruh terhadap kredibilitas sumber. Hal ini akan dilihat
dari nonfluencies yang terdiri atas vocalized pause, repetition, sentence
corrections, stuttering, dan slip-tongue correction. Self reference dan
prestige reference merupakan dua aspek yang berkaitan dengan artistic proof.
Kedua aspek tersebut sangat penting untuk meningkatkan kredibilitas.
Kegiatan Belajar 2: Prinsip Kesamaan dan Identifikasi Persuader
Rangkuman
Identifikasi merupakan konsep psikologi yang berkaitan dengan cara-cara yang dilakukan oleh individu dalam mengatasi konflik, frustrasi, serta berbagai kecemasan yang dihadapinya. Pada mulanya, konsep identifikasi dikemukakan oleh Sigmund Freud untuk menjelaskan konsep peran kelamin anak-anak (sex-role identification).
Rangkuman
Identifikasi merupakan konsep psikologi yang berkaitan dengan cara-cara yang dilakukan oleh individu dalam mengatasi konflik, frustrasi, serta berbagai kecemasan yang dihadapinya. Pada mulanya, konsep identifikasi dikemukakan oleh Sigmund Freud untuk menjelaskan konsep peran kelamin anak-anak (sex-role identification).
Dalam
proses identifikasi, peniruan yang dilakukan oleh individu terhadap sesuatu
objek bersifat mantap dan membekas dalam kepribadian seseorang. Identifikasi
didefinisikan sebagai pengenalan, verifikasi pada orang tertentu, tindakan atau
proses yang menanggapi suatu keadaan yang diperkirakan atau dianggap
seakan-akan sama yang pernah dialami sebelumnya, tindakan atau proses
menghubungkan atau menyesuaikan diri dengan orang, kelompok atau nilai-nilai
yang diterima dan maksud-maksud orang lain terhadap dirinya.
Untuk
mempersuasi, sumber komunikasi persuasi melakukan manipulasi bahasa dengan
berbagai cara, sehingga ia memperoleh isyarat kebersamaan antara sumber dan
penerima.
Faktor
kesamaan atau kemiripan merupakan dasar daya tarik untuk semua jenis hubungan
antarmanusia, termasuk komunikasi persuasif. Dalam batas-batas tertentu,
semakin mirip pihak-pihak yang berkomunikasi, maka akan semakin efektif pula
komunikasi di antara mereka.
Kesamaan
memegang peranan penting bagi hubungan antarmanusia, karena dapat mendatangkan
ganjaran dan mempertahankan keseimbangan sikap. Terdapat empat tipe dasar
tentang kesamaan sumber penerima, yaitu relevansi, tidak relevan, sikap, dan
keanggotaan kelompok.
Atraksi,
sangat memainkan peranan yang lebih besar dalam penilaian terhadap sumber
daripada keahlian dan kehandalan. Kesamaan yang relevan memberikan kontribusi
terhadap perubahan sikap dan keadaan sebaliknya terjadi pada kesamaan yang
tidak relevan.
Penerima
mempunyai dua tugas yakni menilai pesan-pesan yang disampaikan sumber dan
menilai posisi yang mendukung topik pembicaraan. Penilaian terhadap sumber
melibatkan determinasi kelayakan sumber yang khusus untuk pesan yang khusus.
MODUL 5: Faktor-faktor
Pesan dalam Komunikasi Persuasif
Kegiatan Belajar 1: Konsep Dasar Pesan dalam Komunikasi Persuasif
Rangkuman
Menurut Blake dan Haroldsen (1979) pesan merupakan simbol yang diarahkan secara selektif yang diperuntukkan dalam mengkomuni-kasikan informasi. Dalam proses komunikasi, pesan yang disampaikan dapat berupa verbal dapat pula nonverbal. Dapat disengaja (intentional), dapat pula tak disengaja (unintentional). Pesan verbal merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam keberhasilan komunikasi persuasif. Di dalamnya terdapat aspek rangsangan wicara dan penggunaan kata-kata.
Rangkuman
Menurut Blake dan Haroldsen (1979) pesan merupakan simbol yang diarahkan secara selektif yang diperuntukkan dalam mengkomuni-kasikan informasi. Dalam proses komunikasi, pesan yang disampaikan dapat berupa verbal dapat pula nonverbal. Dapat disengaja (intentional), dapat pula tak disengaja (unintentional). Pesan verbal merupakan salah satu faktor yang paling menentukan dalam keberhasilan komunikasi persuasif. Di dalamnya terdapat aspek rangsangan wicara dan penggunaan kata-kata.
Tidak
setiap rangsangan wicara dapat diterima langsung oleh sasaran, paling tidak hal
ini tergantung pada sistem penginderaan, persepsi, perhatian, memori, dan
berpikir.
Pesan
nonverbal terdiri atas body notion or kinesics behavior, paralanguage,
proxemics, olfaction, skin sensitivity to touch and temperatur, dan use the
artifacts. Suatu pesan dikatakan efektif bila makna pesan yang dikirim
persuader berkaitan erat dengan makna pesan yang diterima atau ditangkap serta
dipahami oleh sasaran.
Kegiatan Belajar 2: Bahasa dan Makna dalam Komunikasi Persuasif
Rangkuman
Pesan merupakan hasil dari usaha manusia di dalam menyandikan gagasan-gagasannya. Arti atau makna tidak ada di dalam pesan. Arti bukanlah sesuatu yang didapatkan. Arti ada di dalam diri orang, dan merupakan respon yang tidak tampak. Kita memperoleh "arti" dari dunia pada awalnya berdasarkan proses "pembiasaan" atau conditioning. Kita memperoleh "arti" dari pengalaman kita.
Rangkuman
Pesan merupakan hasil dari usaha manusia di dalam menyandikan gagasan-gagasannya. Arti atau makna tidak ada di dalam pesan. Arti bukanlah sesuatu yang didapatkan. Arti ada di dalam diri orang, dan merupakan respon yang tidak tampak. Kita memperoleh "arti" dari dunia pada awalnya berdasarkan proses "pembiasaan" atau conditioning. Kita memperoleh "arti" dari pengalaman kita.
Tiga
prinsip hipotesis berperantara (mediation hypotesis) mengemukakan bahwa kita
cenderung memisahkan (a) respon yang tidak menuntut banyak usaha atau tenaga,
(b) respon yang tidak menghambat respon yang kita buat untuk stimulus distal
pada permulaannya, dan (c) respon yang dapat membedakan stimulus tersebut dari
stimulus lainnya. Arti denotatif menyatakan suatu hubungan, yang memerlukan
hadirnya baik tanda kata maupun bendanya. Jadi arti denotatif dapat ditunjukkan
dengan mengacu pada objek yang dimaksudkan. Kawasan arti denotatif adalah
realitas fisik.
Arti
struktural dapat diperoleh ketika suatu tanda (simbol) kata membantu kita untuk
meramalkan tanda-tanda lain atau bilamana urutan dari dua tanda kata
menceritakan sesuatu mengenai hubungannya yang tidak diperoleh dari
masing-masing kata itu sendiri. Arti struktural adalah suatu hubungan antara
tanda dengan tanda. Adapun arti kontekstual bersifat "cangkokan" dan
melalui arti ini kita akan memperoleh kejelasan tentang istilah-istilah
tertentu yang seb
Tidak ada komentar:
Posting Komentar