RINGKASAN MODUL 1
Tandiyo Pradekso, M. Bayu Widagdo, Melani Hapsari
(2013)
Buku Materi Pokok Produksi Media
Jakarta: Universitas Terbuka.
Modul 1.
Kompetensi
Khusus:
Mahasiswa
dapat menjelaskan: karakteristik media audiovisual, era konvergensi dalam
media
audiovisual, bahasa audiovisual, karakter penonton media audiovisual.
Kegiatan
Belajar 1: Audiovisual sebagai Media Komunikasi Massa
Medium
komunikasi mengalami proses cyclic (berulang), walau tidak sama. Dulu orang
menggunakan oral/auditory dan visual secara langsung dan bersama
saat berkomunikasi. Kemudian dengan menggunakan medium goresan, misalnya pada
batu, kayu, dll. Kemudian menggunakan media cetak yang mudah didistribusikan ke
lintas daerah. Kemudian dengan menggunakan alat elektronik: pengeras
suara. Kemudian dengan radio, alat perekam suara, telepon, sehingga pesan dapat
ditransmisikan melintas wilayah dengan hampir tak terbatasi jarak dan waktu.
Ketika
gambar dan suara dapat direkam bersama dan ditransmisikan (misalnya televisi),
manusia seolah kembali ke masa di mana orang berkomunikai dengan oral/auditory
dan visual secara langsung dan bersama. Tetapi bedanya, komunikasi sekarang
dapat dilakukan lintas ruang dan waktu.
A.
Karakteristik Media Audiovisual
Perkembangan
medium audiovisual sekarang ini tidak lepas dari media perekam visual
(kamera foto), atau dengan kata lain medium audiovisual mengadopsi cara kerja
mesin fotografi. Teknologi audiovisual merujuk pada audio dan visual.
Medium
film banyak digunakan untuk media audiovisual film bioskup dan iklan/acara
televisi. Film dikatakan medium audiovisual yang baik (Jim Stinson-2002):
1. Peralatan film relatif portable, sehingga lokasi produksi
lebih praktis,
2. Kemampuan untuk memproduksi gambar hitam putih atau warna sangat
tinggi,
3. Gambar dan suara direkam pada jalur yang terpisah dalam
film, sehingga memberikan peluang untuk melakukan improvisasi dalam editing
lebih leluasa.
Medium televisi sekarang memiliki karakteristik:
1. Ukuran kamera lebih kecil dan portable,
2. Fitur kamera (gambar dan suara) semakin lengkap dan
terintegrasi, dan memiliki ketajaman gambar dan warga dengan kualitas yang
sangat tinggi,
3. Sistem perekaman telah disempurnakan, sehingga sinyal
televisi dapat direkam dan diedit secara elektronik.
Film
dan televisi seolah bersaing dalam memproduksi gambar. Namun perbedaan
mendasar, film tetap menggunakan medium yang sama (pita seluloid), sedangkan
televisi dengan format video. Film dikatakan lebih kaya warna jika dibandingkan
dengan video. Video dipandang masih kurang jernih gambarnya dan kasar karena
resolusinya rendah. Produksi film mahal dan panjang, sedang video ratusan kali
lebih murah dan sederhana. Film sangat sensitif terhadap pencahayaan, maka
proses lebih rumit, demikian juga proses perekaman suaranya karena dilakukan
pada jalur yang berbeda. Film lebih komplek, utamanya pada color balancing,
penambahan efek transisi dan editing.
B.
Era Konvergensi
Teknologi
komunikasi terkini membuat penyatuan keunggulan dan menutup kekurangan produksi
film dan video. High-definition video (HDV) mampu merekam gambar hampir sama
dengan film, sedangkan film mengakomodasi modus perekaman gambar secara
elektronik. Proses konvergensi (penyatuan) ini melahirkan medium visual hybrid
antara format film dan video. Iklan, direkam dalam format film, lalu ditransfer
ke videotape, kemudian ke proses video. Pada film bioskup, special effects
dibuat secara elektronik dan kemudian ditrasfer ke film. Pembuatan
special effects sendiri dengan komputer termasuk proses digitalisasi film
dengan mentransfer per film frame dan mengkonversi ke pola pixels.
Proses
selanjutnya adalah digitalisasi khususnya untuk tata suara pada film dan video.
Dalam hal ini diperlukan software dan multiplayer sound tracks.
Konvergensi
dan perkembangan teknologi media audiovisual membawa dampak:
1. Perluasan ragam produksi program video, pemanfaatan modus
distribusi televisi siaran, televisi kabel, televisi satelit, dan internet,
2. Meluasnya penggunaan video ke berbagai kehidupan, misalnya:
kedokteran, pendidikan, industri, penegakan hukum, dsb.,
3. Munculnya peluang karier di bidang video,
4. Media audio, grafis, dan audiovisual telah bertransformasi
dengan sinyal digital melalui WiFi, WiMax, atau dengan sistem distribusi
nirkabel lainnya.
5. Mendorong perubahan dalam sistem produksi media,
konsep-konsep dan teori-teori, teknologi dan sistem distribusi, dan sistem
ekonomi dan cara menghasilkan keuntungan,
6. Terjadinya perubahan sistem dan jenis penyimpanan video,
audio, dan data (digital), munculnya perkembangan permainan digital (games)
melalui internet.
Contoh
konkrit: dulunya penjualan lagu melalui pita kaset, CD, sekarang melalui nada
dering telepon seluler atau internet. Streaming video melalui internet juga
akan ditingkatkan kualitasnya.
Kegiatan
Belajar 2: Seni dan Komunikasi Video
Komunikasi
yang baik tidak lepas dari seni berkomunikasi. Oleh karena itu, untuk menjadi
komunikator, analis, perencana komunikasi, seseorang harus memahami seni
berkomunikasi.
A.
Bahasa Audiovisual
Jika
seseorang melihat film atau video, seolah-olah orang tersebut mengalami
sendiri. Komunikasi video menggunakan bahasa visual, bahasa yang memiliki
kaidah seperti tatabahasa tulis. Image dapat diibaratkan sebagai suatu kata,
sebuah shot seperti kalimat lengkap, sedangkan adegan (scene) adalah
sebuah alinea, dan sekuen seperti bab. Bahasa visual dalam vodeo mempunyai
kekuatan sosial yang sangat penting, karena akan menyampaikan pesan kepada khalayak.
Pada
tingkatan dasar, video memiliki tatabahasa yang setara dengan subyek, kata
kerja, predikat, atau aturan waktu. Pada tingkatan yang lebih tinggi, video
memiliki semacamg kesusasteraannya sendiri, yang merupakan teknik untuk
menciptakan cara berekspresi yang spesifik: komposisi dna gerak kamera,
kontinuitas gambar, dan pengendalian ritme program video.
Untuk
memberikan makna pada konten film diperlukan kombinasi dari: penggunaan
perangkat teknik dan penyelarasan dengan suara dan nilai-nilai kultur atau
norma dan konvensi yang berkaitan dengan aksi, peristiwa, dan adegan yang ada
dalam film tersebut.
Tiga
proses yang menentukan bahasa audiovisual:
1. Overlapping practices (aktivitas yang saling tumpang
tindih). Hal ini terjadi saat pengolahan data digital dengan komputer.
2. Memudarnya batas-batas konseptual mengenai potensi makna.
Hal ini dikarenakan berubahnya pola distribusi film: penerapan siaran
televisi digital, home cinema, home theater. Ini dapat memunculkan sistem
berlangganan, pay-as-you-go, film/video-on-demand,
3. Munculnya berbagai hybrid practices yang baru.
Orang tidak sekedar menonton, tapi dengan perangkat yang ada orang tersebut
dapat melakukan interaktif, bahkan mengendalikan keadaan.
B.
Memahami Karakter Penonton
Memahami
karakter penonton atau spectator adalah penting guna untuk mengetahui selera
apa yang disukai, agar karya video mendapatkan apresiasi.
Karakter
penonton:
1. Kemampuan
menduga adegan selanjutnya dan ingin membuktikan dugaannya pada adegan
berikutnya,
2. Memiliki
kecenderungan menurut terhadap alur cerita atau informasi yang diberikan oleh
produser, walau kadang tersembunyi. Jika interpretasi salah, penonton akan
menganggap suatu surprise.
3. Cenderung
tertarik pada tokoh yang baik atau memiliki kemampuan hebat (protagonis)
kemudian Mengikat diri kepada tokoh yang disukai,
4. Menghitung
alur pemecahan masalah, pemecahan masalah jangan terlalu ringan atau terlalu
berat,
Dalam
produksi audiovisual perlu mempertimbangkan/menganalisa aspek distribusi dan
demografis.
Dalam
konteks pemasaran, aspek estimasi: jumlah khalayak, komposisi demografinya,
kebutuhan dan seleranya adalah yang yang sangat mendasar dan penting.
RINGKASAN MODUL 2
Tandiyo Pradekso, M. Bayu Widagdo, Melani Hapsari
(2013)
Buku Materi Pokok Produksi Media
Jakarta: Universitas Terbuka.
Modul 2.
Kompetensi
Khusus:
Mahasiswa
dapat menjelaskan fungsi dan tujuan desain komunikasi visual, unsur dasar
desain grafis, produk-produk desain grafis, pesan visual dalam desain grafis.
Dalam
kehidupan, manusia tidak lepas dari produk-produk seni desain. Semua yang
tampak di sekitar merupakan merupakan hasil produk desain. Dalam bidang
komunikasi, khususnya aspek visualnya, berkembang pesat dan bersinergi dengan
dunia desain, sehingga menghasilkan desain komunikasi visual.
Kegiatan
Belajar 1: Desain Grafis dan Komunikasi Visual
A.
Desain Grafis
1.
Seni Desain dan Komunikasi Visual
Untuk
menghasilkan desain grafis diperlukan perangkat lunak komputer, teori seni dan
desain, serta ilmu komunikasi. Perangkat lunak merupakan sarana untuk
menghasilkan seni desain. Seni desain diperlukan guna keteraturan dan keindahan
ketika mendesain publikasi, sedangkan ilmu komunikasi untuk memposisikan
desainer sebagai komunikator yang sedang menyusun yang akan disampaikan kepada
sasaran. Oleh karena itu, desainer grafis harus memadukan skill, soul, dan
touch. Dengan penggunakaan perangkat lunak komputer, penataan letak yang tepat,
dan dengan konsep seni, maka pesan akan efektif diterima sasaran. Konsep desain
grafis: kesederhanaan, keseimbangan, kesatuan, penekanan dan repetisi.
Sedangkan elemen-elemen yang digunakan dalam desain grafis: garis, bentuk,
ruang, tekstur, dan warna guna menghasilkan nilai estetis dan nilai
ekstra.
2.
Fungsi dan Tujuan Desain Komunikasi Visual
Fungsi
desain komunikasi visual antara lain: mengarahkan interpretasi, memberi
inspirasi, informasi dan menggerakkan untuk beraksi. Adapun tujuan desain
komunikasi visual antara lain: identifikasi (mengarahkan pada pengenalan
identitas), informasi (memberikan pengetahuan baru), promosi
(provokasi/hasutan), persuasi ajakan, propaganda (berhubungan dengan
pencitraan), serta ambience (pengggarapan lingkungan).
3.
Unsur Dasar Desain Grafis
Garis,
berfungsi sebagai pemisah elemen garis yang satu dengan yang lainnya dalam satu
bidang halaman, memisahkan antara dua bagian publikasi yang
dibedakan/ditekankan, dan terdiri dari: vertikal, horisontal, diagonal, kurva.
Bentuk,
terjadi karena adanya batasan sebuah kontur (garis), batasan yang dibedakan
oleh warna, atau adanya arsiran.
Ruang,
(white space/ruang kosong), berfungsi: sebagai jeda yang memberikan peluang
bagi mata yang memandang untuk istirahat sejenak agar tidak lelah; sebagai
pemisah antar kolom dalam surat kabar atau majalah; untuk memberi kesan desain
yang lapang dan rapi.
Tekstur,
merupakan sifat dan kualitas fisik permukaan suatu bahan: kasam, mengkilap,
pudar, kusam.
Warna,
warna yang sama akan diterima secara berbeda oleh orang lain. Warna suatu objek
ditentukan
oleh cahaya yang jatuh pada objek tersebut kemudian dipantulkan ke retina
mata.
Warna
objek dapat ditentukan oleh perbedaan cahaya yang jatuh. Warna digolongkan: hue
(warna dasar: merah, kuning, hijau), saturation (kadar kecemerlangan warna
hue), lightness (tingkat gelap-terang warna).
4.
Produk-produk Desain Grafis
Produk
desain grafis (sitepu, 2009:23-24):
a. Dokumen yang bersifat persuasif: undangan, iklan, poster,
selebaran, prospektus, brosur, permohonan undangan, dll.
b. Dokumen yang menunjukkan identitas: kartu nama, srtifikat,
ijasah, dll.
c. Dokumen yang memberikan informasi: proposal, jadwal, daftar
produk, program, dll.
d. Publikasi berkala: surat kabar, majalah, laporan penelitian,
jurnal, dll.
e. Dokumen yang menghendaki jawaban: daftar isian riwayat
hidup, formulir, lembar soal, dll.
f. Dokumen yang memberikan referensi: kalender, direktori, buku
telepon, buku alamat, dll.
g. Dokumen yang menunjukkan suatu proses: kurikulum, manual
kerja, manual latihan, resep makanan, dll.
5.
Pesan Visual Dalam Desain
Agar
pesan visual dapat dipahami oleh sasaran sesuai dengan kemauan komunikator,
maka diperlukan tahapan-tahapan yang terstruktur. Tahapan dalam merumuskan
pesan:
• Melahirkan pesan, dengan pendekatan: berkomunikasi dengan
sasaran, memperhatikan saran tim kerja, menggunakan beberapa kerangka kerja
deduktif formal. Jenis pesan: rasional, moral, emosional.
• Mengevaluasi pesan: pesan dapat menimbulkan keinginan
(menggerakkan keinginan maupun aksi), pesan mempunyai sifat eksklusif (mudah
dipahami), mempunyai sifat dapat dipercaya (masuk akal).
• Memilih pesan, apa yang akan disampaikan.
• Menyampaikan pesan, bagaimana cara menyampaikan, gaya dan
pendekatan visualisasi.
B.
Komunikasi Visual
Media
komunikasi bergerak dari yang sangat tradisional ke modern dengan pemanfaatan
media teknologi. Komunikasi visual merupakan penguatan dari pesan yang
disampaikan melalui komunikasi lisan.
1. Media Komunkasi Visual, merupakan media yang membawa
pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan. Media komunikasi visual
merupakan media produk desain grafis.
2. Delapan Aspek atau Perspektif Untuk Analisis Citra Visual:
etis, historis, kultural, personal, kritikal, estetik, pragmatis, dan nilai
tambah.
Kegiatan
Belajar 2: Prinsip-prinsip Estetika dalam Organisasi Desain Visual dan Proses
Desain Komunikasi Visual
A.
Prinsip-prinsip Estetika Dalam Organisasi Desain Visual
Dalam
desaian visual diperlukan kualitas estetika, karena pesan visual yang ada di
dalamnya akan dimaknai, dinilai dan diinterpretasikan oleh masing-masing
individul. Untuk itu diperlukan:
1. Proporsi, guna: menciptakan harmoni, bentuk lebih menarik,
meningkatkan fungsi, menciptakan kesan.
2. Geometri dan Rasio, berguna untuk menyederhanakan hubungan
visual yang kompleks.
3. Golden Section (hubungan proporsional antara dua bagian
garis/line atau dua dimensi dari figur: pendek: panjang), yang berguna untuk
menciptakan keindahan dan harmoni.
B.
Persepsi Figur dan Bentuk
Merupakan
kajian berkenaan dengan aturan dan prinsip persepsi visual, kualitas figur dan
bentuk, preferensi, fungsi/manfaat bentuk objek-objek visual, serta apa yang
dapat dipahami dari hubungan/kombinasi antara objek visual yang satu dengan
yang lain sehingga membuat pemahaman baru (Safanayong, 2006: 41).
1.
Persepsi Bentuk Dua dan Tiga Dimensional
Persepsi
yang berbenda terhadap bentuk dua dan tiga demensi yang dilakukan oleh
anak dan orang dewasa. Persepsi yang berbeda ini didasarkan pada pengalaman,
sehingga orang dewasapun akan menghasilkan persepsi yang berbeda. Proses
persepsi bersifat kompleks: memahami garis luar (contur), kemudian warna,
value, dan tekstur. Setelah itu, menerima informasi visual, kemudian
menggolongkan dan mengenali image, menghubungkan dengan bentuk dengan objek
yang lain yang dipahami/dikenal sebelumnya. Jika objek belum dikenal, maka akan
memerlukan waktu yang lama. Kemudian timbul menggambarkan objek tersebut.
Identifikasi akan lebih dalam apabila digabungkan dengan pengalaman masa lalu
(terhadap image yang telah dipahami).
2.
Persepsi Bentuk Dua Dimensi
Bentuk
dua demensi yang sederhana akan mudah dipersepsikan jika dibandingkan dengan
bentuk dua demensi yang kompleks. Oleh karena itu, dalam desain grafis
diperlukan desain yang mudah diidentifikasi, dan mudah diingat.
C.
Gestalt dan Persepsi Visual
Gestalt
(bahasa Jerman: bentukÆ utuh, konfigurasi). Dalam teori Gestalt dijelaskan ada
keterkaitan persepsi visual, memori, dan asosiasi pikiran dengan pengetahuan,
psikologi sosial, dan psikologi seni.
Konfigurasi
bentuk akan dipersepsi jika ada bentuk lain berdekatan. Persepsi bentuk dimulai
yang paling sederhana, terbaik, paling tepat, objek tidak tunggal, dan
menyesuaikan apa yang dipikirkan.
Komposisi
seni visual: kemiripan (similarity), kedekatan (proximitry), penutupan
(closure), kontinuitas (continuity), figur latar (figure ground). Sedangkan
komposisi/organisasi visual: keseimbangan, keserasian, repetisi, irama,
kontras, gerak, kedalaman, arah, dominasi/penekanan.
D.
Sifat Tanda
Tanda
merupakan sesuatu yang bersifat fisik dan dapat diterima oleh indera manusia
yang menggambarkan atau menandakan sesuatu kepada seseorang (interpreter) dalam
beberapa konteks.
Tanda
yang diciptakan oleh komunikator berguna untuk menyampaikan pesan (message) dan
makna (meaning) sebuah sign. Sign yang sama akan dapat dimaknai berbeda oleh
orang yang berbeda. Sifat tanda: primer (eksplisit, tersurat,
denotatif/lugas/sebenarnya), konkrit, langsung, sekunder (implisit, tersirat,
konotatif, abstrak, tidak langsung). Sign akan efektif jika bentunya lazim
(common) baik bagi pengirim maupun penerima.
E.
Pengertian Makna (The Meaning of Meaning)
“Makna”
bersifat subyektif, merupakan respon internal, diperoleh untuk menstimulir
sikap, ekspresi atau perilaku eksternal. Makna dalam desain grafis merupakan
pemikiran/gagasan yang dipersepsikan atau sebagai reaksi untuk
mempengaruhi/membangkitkan rangsangan kepada seseorang dalam bentuk tanda
visual.
F.
Signal, Sign dan Symbol
Sign
dibedakan: signal (sinyal yang berhubungan secara sebab-akibat: orang pintar
minum…..), sign (apa yang digambarkan dan ditandakan memiliki konteks
kebudayaan yang sama: logo polo yang menggambarkan olahraga bagi kelas
tinggi/bangsawan Inggris), symbol (bila yang digambarkan dan ditandakan tidak
memiliki hubungan: lingkaran hijau pada kemasan obat, sebagai tanda obat
bebas).
G.
Bahasa Perlambangan (Figuratif)
Empat
bentuk bahasa perlambangan sebagai pendekatan visualisasi: simile
(istilah perbandingan), metaphor (menggunakan kiasan), allegory
(merupakan mengembangan dari metaphor), symbolisme (menggunakan simbol
untuk mengekspresikan arti yang kompleks).
RINGKASAN
MODUL 3
Tandiyo
Pradekso, M. Bayu Widagdo, Melani Hapsari (2013)
Buku
Materi Pokok Produksi Media
Jakarta:
Universitas Terbuka.
Modul
3.
Kompetensi Khusus:
Mahasiswa dapat menjelaskan: prinsip
dan proses layout, elemen layout, penerapan layout dalam media grafis.
Tata letak (layout) dipahami sebagai
tata letak elemen-elemen desain terhadap suatu bidang dalam media tertentu
untuk mendukung konsep/pesan yang dibawanya, dan merupakan salahsatu
proses/tahapan kerja desain.
Kegiatan Belajar 1: Prinsip dan
Proses Layout
A. Prinsip Layout
1. Sequence/Urutan,
juga disebut hirarki/flow/aliran, desainer membuat prioritas dan mengurutkan
dari yang harus dibaca pertama kali sampai ke yang dibaca belakangan. Dengan
demikian pembaca dapat menangkap pesan secara berurutan.
2. Emphasis/Penekanan,
untuk menggiring perhatian pembaca agar mencerna informasi secara runtut.
Penekanan dapat diciptakan melalui: pembedaan ukuran huruf, huruf yang berbeda,
warna yang kontras, menentukan letak/posisi yang strategis dan menarik
perhatian, mencari bentuk atau style yang berbeda dengan sekitarnya.
3. Balance/Keseimbangan,
merupakan pembagian berat yang merata pada suatu bidang layout. Merata bukan
berarti dipenuhi semua, tetapi menghasilkan kesan seimbang.
4. Unity/Kesatuan,
dengan prinsip kesatuan (saling berkaitan) antara elemen-elemen desain.
B. Proses Layout
1. Membuat
Konsep, perlu belajar dengan menggunakan pensil dan kertas. Pertanyaan
mendasar: apa tujuan mendesain?, audience?, apa pesannya?, bagaimana pesan
disampaikan?, di mana?, media apa?, kapan bisa dilihat?
2. Memilih
Media dan Spesifikasinya, hal ini erat hubungannya antara pengamat, jenis dan
cara membaca media, jarak media dan durasi membaca, sehingga dalam pemilihan
mempertimbangkan: media yang cocok, bahan, ukuran, posisi, kapan. Langkah
berikutnya membuat sketsa.
3. Membuat
Thumbnails dan Dummy, merupakan perencanaan pengorganisasian layout sehingga
menjadi sketsa yang dituangkan dalam bentuk mini. Thumbnails berguna untuk
menentukan urutan dan pengaturan halaman. Setelah thumbnails kemudian dibuat
dummy atau mock up, yang merupakan contoh desain (sampel).
4. Merancang
Desain Menggunakan Desktop Publishing, merupakan proses eksekusi (desain secara
keseluruhan) dengan menggunakan media software komputer, namun perlu
mengecek ulang untuk memastikan tidak ada kesalahan desain, meng-convert warna,
mengumpulkan font yang akan dipakai oleh percetakan, memberi penanda bagian
yang akan dipotong/dilipat pada akhir produksi.
5. Menentukan
Teknik Percetakan: offset, flexografi/cetak tinggi, rorogravure, sablon/cetak
saring/screen printing, digital.
Kegiatan Belajar 2: Element Layout
A. Elemen Teks
1. Judul/Head/Heading/Headline:
beberapa kata singkat yang mengawali artikel, ukuran lebih besar.
2. Deck/Blurb/Standfirst:
gambaran singkat tentang topik yang dibahas dalam bodytext, terletak biasanya
antara judul dan bodytext dan berfungsi sebagai pengantar untuk masuk ke
bodytext.
3. Byline/Credit
Line/Writer’s Credit: berisi nama penulis, jabatan dan letaknya sebelum
bodytext, dapat juga di akhir naskah.
4. Bodytext/Bodycopy/Copy/Copytext:
isi/naskah/artikel.
5. Subjudul/Subhead/Crosshead:
berfungsi sebagai judul segmen-segmen dalam artikel yang panjang.
6. Pull
Quotes/Lifeouts: satu kalimat atau lebih yang mengandung informasi yang penting
yang akan ditekankan. Kalimat ini bisa diambil dari bodytext, dan biasanya
menggunakan tanda buka tutup petik (“).
7. Caption:
merupakan keterangan singkat yang menyertai elemen visual dan inzet.
8. Callouts:
seperti caption, tetapi menyertai elemen visual yang memiliki lebih dari satu
keterangan.
9. Kickers/Eyebrows:
satu atau beberapa kata pendek yang terletak di atas judul. Bisa juga
kickers ini dalam ujud warna atau gambar.
10. Initial
Caps: huruf awal yang berukuran besar dari kata pertama dalam paragraf.
11. Indent:
baris pertama paragraf menjorok ke dalam. Hanging indent: kebalikan dari
indent.
12. Lead Line:
beberapa kata pertama atau seluruh kata pada awal paragraf dibedakan hurufnya.
13. Spasi
Antarparagraf: guna membedakan paragraf yang satu dengan yang lainnya.
14. Gabungan
Beberapa Cara: untuk membedakan paragraf yang satu dengan paragraf yang lain.
15. Header
& Footer: header dan footer dapat berisi running head (judul yang muncul
pada setiap halaman), catatatan kaki, nomor halaman dan informasi lain.
16. Running
Head/Running Headline/Running Title/Running Feet/Runners:
17. Catatan
Kaki/Footnote/Referense/Sumber/Resource: berisi detail informasi dari sebagian
tulisan tertentu di dalam naskah.
18. Nomor
Halaman/Page Number
19. Jumps/Jumlines/Continuation
Lines: berupa teks singkat yang menunjukkan sebuah artikel merupakan sambungan
dari halaman-halaman sebelumnya.
20. Signature/Mandatory:
berisi informasi identitas seseorang yang dapat dihubungi.
21. Name
Plate: nama terbitan yang ditempatkan di bagian depan terbitan dan dibuat
dengan cetakan lebih besar.
22. Mashead:
area dari sebuah terbitan yang berisi informasi tentang penerbitnya (nama staf,
kontributor, cara berlangganan,
alamat & logo penerbit, dll.)
B. Elemen Visual
1. Foto:
untuk kredibilitas dalam pemberian kesan dengan foto berwarna.
2. Artworks:
karya seni atau ilustrasi agar lebih akurat dalam menggambarkan sesuatu pesan.
3. Informational
Graphics/Infographics: agar tidak membosankan, maka fakta dan data disajikan
dalam bentuk grafik, tabel, diagram, bagan, peta, dll.
4. Garis/Rules:
untuk memberikan kesan estetis, membagi suatu aren, penyeimbang berat dan
pengikat kesatuan desain.
5. Kontak/Box/Bingkai/Frame:
agar elemen visual lebih tampak rapi.
6. Inzet/Insert/Inline
Graphics: elemen yang lebih kecil dari elemen visual dan berfungsi untuk
memberi informasi pendukung.
7. Point/Bullets:
untuk memberi poin-poin penjelasan suatu daftar/list.
C. Invisible Element
Invisible elements merupakan fondasi
atau kerangka yang berfungsi sebagai acuan penempatan semua elemen layout
lainnya. Elemen ini dirancang lebih dulu, baru kemudian elemen teks dan visual,
namun elemen ini tidak tampak dalam cetakan. Elemen ini berfungsi sebagai
pembentuk unity dari seseluruhan layout.
1. Margin:
untuk menentukan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan ditempati
oleh elemen-elemen layout agar estetika terjaga.
2. Grid:
merupakan kolom dengan garis-garis vertikal dan horizontal yang berfungsi untuk
1. mempermudah
dalam menentukan letak elemen layout dan mempertahankan konsistensi dan
kesatuan layout.
Kegiatan Belajar 3: Penerapan Layout
Dalam Media Cetak
A. Ukuran Kertas Internasional
& Produk Desain Grafis
Media dengan ukuran dan bentuk
berbeda membutuhkan cara penerapan layout yang berbeda.
1. Kartu
Nama/Business Card/Name Card. Standar ukuran kertas, kecuali Amerika, Kanada
dan Indonesia, dengan ISO 216 yang terdiri dari seri A, B dan C. Ukuran
kartu nama: 5,5 x 9 cm. dengan usur-unsur: logo, nama, jabatan, alamat,
telepon, fax, email atau website.
2. Kertas
Surat/Kop Surat/Letterhead, umumnya berukuran 21 x 29,7 cm (A4) dengan
unsur-unsur: logo, alamat, telepon, fax, email atau website.
3. Amplop/Envelope,
berukuran 11 x 23 cm dengan unsur-unsur: logo, alamat, telepon, fax, email atau
website.
4. Amplop
Besar/Envelope, berukuran di atas 8,5 x 13 inchi dengan unsur-unsur: logo,
alamat, telepon, fax, email atau website. Isi dalam amplop besar tidak perlu
dilipat.
5. Flier/Flyer/Handbill/Brosur
Tanpa Lipatan/Selebaran, berukuran A4, A5, atau A4 dibagi 3 dan berfungsi
sebagai media untuk publisitas suatu produk/service/acara/jasa kuliner.
6. Brosur/Broschure/Leaflet,
bisa berbentuk lipatan atau tidak dan berukuran lebih besar dari flier. Elemen
yang ada seperti dalam flier, namun membutuhkan desain layout yang lebih
beragam.
7. Poster/Plakat/Placard,
berukuran variasi: A4, A3, A2 (24 x 36 inchi), A1 atau lebih. Dalam Poster,
elemen teks lebih utama.
8. Booklet,
merupakan media publikasi yang dapat menampung cukup banyak informasi, karena
memiliki beberapa halaman. Booklet dapat diartikan sebagai buku kecil, ada yang
menyamakan sebagai leaflet, brosur, flier.
9. Buku,
berfungsi sebagai penyampai informasi, berupa ceritera, pengetahuan, laporan,
dll., dengan ukuran A6, A5, A4, A3, B6, B5.
10. Majalah, berfungsi sebagai penyampai
informasi, menjual produk, menyebarkan paham,
11. pendidikan, dll., dengan ukuran
sekitar A4.
12. Surat Kabar/Koran/Tabloid, berfungsi
sebagai penyaji berita-berita aktual, media periklanan, dll. Dengan ukuran
lebar 13,5 atau 11,5 inchi.
B. Tripografi Dalam Layout
1. Memilih
Jenis Huruf dan Ukurannya, jenis huruf yang berbeda memiliki ukuran yang
berbeda, sehingga ada yang menyarankan pada bagian naskah digunakan 9-12 point,
di bawah 9 point untuk caption. Jika perlu dalam membuat disain harus dimulai
dengan membuat dummy dengan mencetak judul, isi, caption dan elemen lain
melalui printer.
2. Menentukan
Letter Spacing, World Spacing, dan Leading. Letter spacing merupakan jarak
antar huruf/karakter guna meningkatkan keterbacaan. World spacing merupakan
jarak antar kata. Leading merupakan jarak atar baris (yang terpenting adalah
jangan sampai ekor huruf menjulur ke bagian baris bawahnya atau
sebaliknya).
3. Tips
Penerapan Ukuran Huruf, untuk leading bodytext dengan menambahkan 2 point dari
huruf yang dipakai dalam dalam naskah.
4. Lebar
Paragraf. Lebar paragraf akan memberikan kenyamanan dalam membaca. Lebar
paragaf akan ditentukan oleh ukuran huruf. Huruf yang kecil dapat diguunakan
ukuran paragraf yang sempit, sedangkan jika memakai huruf yang besar, lebar
paragraf harus ditambah (8-12 kata per baris atau 50-80 karakter per baris, ada
yang memberikan saran 7-10 kata per baris, 35-45 karakter per baris.
RINGKASAN
MODUL 4
Tandiyo
Pradekso, M. Bayu Widagdo, Melani Hapsari (2013)
Buku
Materi Pokok Produksi Media
Jakarta: Universitas Terbuka.
JENIS PRODUK AUDIO
Kompetensi
Khusus:
Mahasiswa dapat
menjelasakan: program berita, program non berita dan iklan radio.
Radio merupakan
media massa audio yang memiliki berbagai produk audio atau format acara.
Kegiatan
Belajar 1: Program Berita
A.
Program Berita dan Informasi
1.
Pengertian Berita Radio, merupakan keterangan mengenai kejadian atau
peristiwa yang hangat, kabar, laporan, pemberitahuan, dan pengumuman. Berita
radio untuk menyajikan kejadian yang sekarang terjadi, dan yang akan segera
terjadi.
2.
Unsur-unsur Berita Radio: mengandung informasi yang baru (new), memiliki makna
penting
(significant),
relevan dan berpengaruh/berdampak luas, dan menarik. Karakteristik berita
radio:
selintas,
imajinatif, deskriptif, personal, anti detail, dan lokal emosional. Ciri khas
berita: ada insert (sisipan suara narasumber), laporan reporter (bisa live).
3. Bentuk
Berita Radio
a. Berita
tulis (writing news/ad libs/sopt news): berita pendek yang bersumber pada media
lain
dengan ditulis
ulang.
b. Berita
bersisipan (news with insert): berita yang digabungkan dengan suara narasumber.
c. Phone
in news: berita laporan langsung reporter melalui telepon.
d.
Buletin berita (news bulletine): kumpulan berita pendek yang disajikan satu
waktu.
e.
Jurnalisme interaktif (news interactives): berita yang melibatkan masyarakat
melalui telepon.
f. News
Break/Stop Press: berita terkini/hangat yang berupa informasi awal suatu
peristiwa dan
bersifat
langsung (straight news)
g. Air
Magazine: uraian fakta dan pendapat, tetapi nilai beritanya kurang kuat.
h. Phone
in Program: berita yang melibatkan suara narasumber dalam memberikan
opini/informasi
melalui telepon.
i.
Interactive Program: program interaktif dengan narasumber (dialog) dan
pendengar.
j. Radio
Talk-Show: dialog dengan narasumber yang dilakukan di studio dan diselingi
hiburan.
4. Proses
Pencarian Berita. Reporter dapat mencari berita melalui kantor berita, media
lain, kontak pribadi, fact finding atau pencarian fakta-fakta, investigasi, dan
hasil wawancara. Setelah data terkumpul yang dilengkapi dengan data dari studi
pustaka, kemudian disiarkan langsung ataupun direkam, diedit untuk disiarkan
kemudian.
5. Berita
Radio Yang Menarik. Merupakan berita yang menyangkut kepentingan pendengar,
memiliki dampak langsung, dan berhubungan dengan pendengar. Bila perlu
memberikan
sentuhan/membandingkan
kondisi lokal yang menarik.
6. Asas
Penulisan Untuk Radio: diucapkan, sekarang/langsung, antar orang/pendengar
tunggal,
terdengar hanya
sekali dan diberitakan dengan jelas, hanya bunyi.
7.
Persiapan Menulis Berita. Naskah untuk berita radio seperti bertutur, sehingga
telinga pendengar yang diperhatikan, menghindari fakta terlalu detail dan
terlalu banyak. Hal-hal yang perlu dalam naskah berita radio:
a. lead
(teras berita): inti berita berisi fakta sesungguhnya, keunikan yang
menarik; ringkas
dengan satu
atau dua ide; diawali dengan who, what, when, where, whay, dan how; attention
getter (penarik
perhatian pendengar)
b. sound bite/insert:
sisipan suara narasumber
c.
piramida terbalik: disusun dengan urutan paling penting Æ penting Æ agak
penting.
d. Yang
perlu diperhatian dalam pembuatan berita: asas praduka tak bersalah, privacy,
fitnah, UU
dan peratuan
yang berlaku.
e. Mempertimbangkan
pendengar: keterbatasan waktunya, tidak sanggup menyerap banyak
informasi,
perhatiannya terbagi, sikapnya yang mudah berubah, bukan orang jenius/orang
bodoh.
8. Kiat
Menulis Berita Radio: cermati materi dengan seksama, gunakan bahasa tutur,
kalimat KISS, kalimat yang enak didengar, yang paling penting, berita menarik,
dsb.
9.
Tahap-tahap Produksi Berita (Rekaman): tetapkan jenis berita, editing suara
narasumber, rekam
suara reporter,
siapkan hasil rekaman narasumber dan reporter, mixing suara reporter,
narasumber
dan musik
Kegiatan
Belajar 2: Program Non Berita
A.
Program Non Berita
1.
Features, merupakan keterangan yang bersifat khas, kreatif, subyektif yang dimaksudkan
untuk mengibur
dan memberi informasi kepada pendengar tentang keadaan, kejadian, atau
aspek kehidupan
dengan bercerita, melukiskan suatu objek dengan kata-kata, menarik minat,
dan
menghidupkan imajinasi pendengar. Features bersifat santai, namun berdasar
fakta dan
tidak khayalan.
Thema dalam features pada hal-hal human interest: tempat wisata, makanan
khas, ceritera
tentang anak, kejadian alam legenda, fenomena sosial. Features dibatasi durasi
antara 3 menit
sampai1 jam. Features sering menggunakan bahasa yang puitis, kiasan, dan
alur pikiran
yang urut.
2.
Dokumentaria, merupakan produski siaran radio dengan satu pokok pembicaraan
yang menekankan pada kejadian nyata, suara dari TKP, dan melibatkan orang-orang
yang sesungguhnya. Dokumentaria lebih condong ke sejarah, kondisi sosial, dan
biografi seseorang. Dokumentaria dapat berbentuk narasi, wawancara, diskusi,
vox pops (suara masyarakat), dialog dramatis, pendapat orang yang bersangkutan,
saksi mata, dsb. dan dikemas dengan sound effects dan musik. Jenis
dokumentaria: dukumentaria jurnalisme (pendalaman suatu kasus yang sedang
hangat), potret, dukumentaria saksi mata, dukumentaria sejarah, sound picture
(menonjolkan suara-suara yang menggambarkan semua tempat, suasana, ceritera,
suasana bathin.
3. Air
Magazine, berita ringan yang berisi berbagai topik dengan tujuan untuk
memberikan informasi dan menghibur.
4.
Wawancara Radio, merupakan proses bertanya yang dilakukan oleh reporter untuk
mendapatkan jawaban dari narasumber, sehingga terjadi kegiatan bertutur dan
saling mendengarkan. Proses wawancara ini dapat dilakukan secara langsung
bertatap muka maupun dengan telepon.
5. Talk
Show (pertujukan/gelaran obrolan), bersifat dinamis, topik beragam, dapat
disiarkan secara beragam (karena direkam terlebih dahulu).
6. Vox
Pops (suara masyarakat) dengan pertanyaan yang sama dan tertutup untuk
mendapatkan
opini
masyarakat.
7.
Program Musik, dapat disajikan secara live maupun rekaman, baik harian dan
berkala.
8.
Bertutur Interaktif, untuk menghibur dan mendidik pendengar dengan cara memberi
ruang untuk berinteraksi langsung: curhat, request lagu, bincang bebas,
permainan, opini. Ini dapat dilakukan melalui surat, telepon, SMS, komentar,
wawancara, dsb.
9.
Diskusi Publik, guna menyampaikan gagasan dan kritik melalui program taklshow.
Dalam acara ini bisa terjadi perdebatan tentang topik yang sedang aktual.
10. Drama
Radio, sifatnya untuk menghibur pendengar dengan dialog. Dialog dalam drama
mampu meningkatkan perhatian, memanusiawikan suatu kondisi/keadaan, melibatkan
emosi pendengar, mendekatkan dengan pendengar, menirukan kondisi nyata. Drama
dapat digunakan untuk pendidikan publik, menyadarkan publik atas fakta,
kondisi, isu, dan mampu mendorong perubahan perilaku. Aspek drama radio: naskah,
penokohan, musik, sound effects. Jenis drama: story telling, gaya aktualitas,
drama motivasi, drama spot, fantasi, drama komedi,
drama hiburan,
drama musikal.
Kegiatan
Belajar 3: Iklan Radio
Iklan merupakan
salahsatu strategi promosi barang, jasa, perusahaan dan ide yang dibeayai oleh
sponsor.
A. Ragam
Iklan Radio: iklan komersial promosi yang menyangkut profil produk
dan jasa dari
perusahaan
tertentu), iklan layanan masyarakat (iklan yang bersifat
himbauan/informasi bagi
masyarakat dan
tidak bersifat komersial), dan radio expose (iklan untuk mengiklankan
radio).
Radio juga
memproduksi iklan ad-libs (iklan berbentuk naskah yang dibacakan secara
langsung
oleh penyiar),
iklan spot (naskah iklan yang digabungkan dengan efek suara, suara narasumber,
narator, musik,
dengan durasi 30-60 detik), blocking time (radio memberi waktu
khusus untuk
berpromosi) dan
outside broadcasting (siaran langsung dengan beriklan di luar studio).
B. Iklan
Radio Yang Efektif, yang harus diperhatikan: memilih radio dengan segmentasi
pendengar yang tepat, perencanaan iklan yang matang, penyiaran iklan dengan
jumlah yang cukup dan
bentuk iklan
yang menarik. Untuk membuat iklan: ketahui kebutuhan pendengar, pelajari
produk/jasa,
beri sesuatu yang beda, mengetahui segmentasi, buat informasi plus, tentukan
pesan
utama, tangkap
ide untuk menyusun alur ceritera, tentukan personil.
C.
Membuat Iklan Radio, dengan pendekatan: provokatif, informatif, dan sugestif.
Bentuk iklan Spot: monolog/narasi, dialog, kombinasi dialog dan narasi. Langkah
produksi iklan: siapkan data
produk, siapkan
story board, siapkan rundown lengkap dengan materi iklan, musik, testimoni,
insert dan hitung durasinya. Naskah iklan: lead (kalimat pertama harus kuat dan
menarik), batang tubuh (berisi keunggulan, ciri, keunikan produk dan jasa),
akhir (bisa dengan menggunakan kalimat lucu, dramatis, jargon agar mudah
diingat dan terkesan).
D.
Jingle, merupakan promo radio dengan durasi 5-30 detik guna membentuk citra
radio yang berupa
gabungan musik
dan materi kata yang memunjukkan radio. Jenis jingle: radio expose
(mempromosikan
radio), program expose (mempromosikan acara), announcer expose
(mempromosikan
penyiar). Pembuatan jingle: identifikasi jingle, siapkan materi kata,
siapkan
sound effects,
materi bisa diucapkan atau bentuk lagu, rekam, editing mixing, finishing.
RINGKASAN
MODUL 5
Tandiyo
Pradekso, M. Bayu Widagdo, Melani Hapsari (2013)
Buku
Materi Pokok Produksi Media
Jakarta:
Universitas Terbuka.
JENIS PRODUK AUDIO
Kompetensi
Khusus:
Mahasiswa dapat
menjelasakan: program berita, program non berita dan iklan radio.
Radio merupakan
media massa audio yang memiliki berbagai produk audio atau format acara.
Kegiatan
Belajar 1: Program Berita
A.
Program Berita dan Informasi
1.
Pengertian Berita Radio, merupakan keterangan mengenai kejadian atau
peristiwa yang hangat, kabar, laporan, pemberitahuan, dan pengumuman. Berita
radio untuk menyajikan kejadian yang sekarang terjadi, dan yang akan segera
terjadi.
2.
Unsur-unsur Berita Radio: mengandung informasi yang baru (new), memiliki makna
penting
(significant),
relevan dan berpengaruh/berdampak luas, dan menarik. Karakteristik berita
radio:
selintas,
imajinatif, deskriptif, personal, anti detail, dan lokal emosional. Ciri khas
berita: ada insert (sisipan suara narasumber), laporan reporter (bisa live).
3. Bentuk
Berita Radio
a. Berita
tulis (writing news/ad libs/sopt news): berita pendek yang bersumber pada media
lain
dengan ditulis
ulang.
b. Berita
bersisipan (news with insert): berita yang digabungkan dengan suara narasumber.
c. Phone
in news: berita laporan langsung reporter melalui telepon.
d.
Buletin berita (news bulletine): kumpulan berita pendek yang disajikan satu
waktu.
e.
Jurnalisme interaktif (news interactives): berita yang melibatkan masyarakat
melalui telepon.
f. News
Break/Stop Press: berita terkini/hangat yang berupa informasi awal suatu
peristiwa dan
bersifat
langsung (straight news)
g. Air
Magazine: uraian fakta dan pendapat, tetapi nilai beritanya kurang kuat.
h. Phone
in Program: berita yang melibatkan suara narasumber dalam memberikan
opini/informasi
melalui telepon.
i.
Interactive Program: program interaktif dengan narasumber (dialog) dan
pendengar.
j. Radio
Talk-Show: dialog dengan narasumber yang dilakukan di studio dan diselingi
hiburan.
4. Proses
Pencarian Berita. Reporter dapat mencari berita melalui kantor berita, media
lain, kontak pribadi, fact finding atau pencarian fakta-fakta, investigasi, dan
hasil wawancara. Setelah data terkumpul yang dilengkapi dengan data dari studi
pustaka, kemudian disiarkan langsung ataupun direkam, diedit untuk disiarkan
kemudian.
5. Berita
Radio Yang Menarik. Merupakan berita yang menyangkut kepentingan pendengar,
memiliki dampak langsung, dan berhubungan dengan pendengar. Bila perlu
memberikan
sentuhan/membandingkan
kondisi lokal yang menarik.
6. Asas
Penulisan Untuk Radio: diucapkan, sekarang/langsung, antar orang/pendengar
tunggal,
terdengar hanya
sekali dan diberitakan dengan jelas, hanya bunyi.
7.
Persiapan Menulis Berita. Naskah untuk berita radio seperti bertutur, sehingga
telinga pendengar yang diperhatikan, menghindari fakta terlalu detail dan
terlalu banyak. Hal-hal yang perlu dalam naskah berita radio:
a. lead
(teras berita): inti berita berisi fakta sesungguhnya, keunikan yang
menarik; ringkas
dengan satu
atau dua ide; diawali dengan who, what, when, where, whay, dan how; attention
getter (penarik
perhatian pendengar)
b. sound bite/insert:
sisipan suara narasumber
c.
piramida terbalik: disusun dengan urutan paling penting Æ penting Æ agak
penting.
d. Yang
perlu diperhatian dalam pembuatan berita: asas praduka tak bersalah, privacy,
fitnah, UU
dan peratuan
yang berlaku.
e. Mempertimbangkan
pendengar: keterbatasan waktunya, tidak sanggup menyerap banyak
informasi,
perhatiannya terbagi, sikapnya yang mudah berubah, bukan orang jenius/orang
bodoh.
8. Kiat
Menulis Berita Radio: cermati materi dengan seksama, gunakan bahasa tutur,
kalimat KISS, kalimat yang enak didengar, yang paling penting, berita menarik,
dsb.
9.
Tahap-tahap Produksi Berita (Rekaman): tetapkan jenis berita, editing suara
narasumber, rekam
suara reporter,
siapkan hasil rekaman narasumber dan reporter, mixing suara reporter,
narasumber
dan musik
Kegiatan
Belajar 2: Program Non Berita
A.
Program Non Berita
1.
Features, merupakan keterangan yang bersifat khas, kreatif, subyektif yang dimaksudkan
untuk mengibur
dan memberi informasi kepada pendengar tentang keadaan, kejadian, atau
aspek kehidupan
dengan bercerita, melukiskan suatu objek dengan kata-kata, menarik minat,
dan
menghidupkan imajinasi pendengar. Features bersifat santai, namun berdasar
fakta dan
tidak khayalan.
Thema dalam features pada hal-hal human interest: tempat wisata, makanan
khas, ceritera
tentang anak, kejadian alam legenda, fenomena sosial. Features dibatasi durasi
antara 3 menit
sampai1 jam. Features sering menggunakan bahasa yang puitis, kiasan, dan
alur pikiran
yang urut.
2.
Dokumentaria, merupakan produski siaran radio dengan satu pokok pembicaraan
yang menekankan pada kejadian nyata, suara dari TKP, dan melibatkan orang-orang
yang sesungguhnya. Dokumentaria lebih condong ke sejarah, kondisi sosial, dan
biografi seseorang. Dokumentaria dapat berbentuk narasi, wawancara, diskusi,
vox pops (suara masyarakat), dialog dramatis, pendapat orang yang bersangkutan,
saksi mata, dsb. dan dikemas dengan sound effects dan musik. Jenis
dokumentaria: dukumentaria jurnalisme (pendalaman suatu kasus yang sedang
hangat), potret, dukumentaria saksi mata, dukumentaria sejarah, sound picture
(menonjolkan suara-suara yang menggambarkan semua tempat, suasana, ceritera,
suasana bathin.
3. Air
Magazine, berita ringan yang berisi berbagai topik dengan tujuan untuk
memberikan informasi dan menghibur.
4.
Wawancara Radio, merupakan proses bertanya yang dilakukan oleh reporter untuk
mendapatkan jawaban dari narasumber, sehingga terjadi kegiatan bertutur dan
saling mendengarkan. Proses wawancara ini dapat dilakukan secara langsung
bertatap muka maupun dengan telepon.
5. Talk
Show (pertujukan/gelaran obrolan), bersifat dinamis, topik beragam, dapat
disiarkan secara beragam (karena direkam terlebih dahulu).
6. Vox
Pops (suara masyarakat) dengan pertanyaan yang sama dan tertutup untuk
mendapatkan
opini
masyarakat.
7.
Program Musik, dapat disajikan secara live maupun rekaman, baik harian dan
berkala.
8.
Bertutur Interaktif, untuk menghibur dan mendidik pendengar dengan cara memberi
ruang untuk berinteraksi langsung: curhat, request lagu, bincang bebas,
permainan, opini. Ini dapat dilakukan melalui surat, telepon, SMS, komentar,
wawancara, dsb.
9.
Diskusi Publik, guna menyampaikan gagasan dan kritik melalui program taklshow.
Dalam acara ini bisa terjadi perdebatan tentang topik yang sedang aktual.
10. Drama
Radio, sifatnya untuk menghibur pendengar dengan dialog. Dialog dalam drama
mampu meningkatkan perhatian, memanusiawikan suatu kondisi/keadaan, melibatkan
emosi pendengar, mendekatkan dengan pendengar, menirukan kondisi nyata. Drama
dapat digunakan untuk pendidikan publik, menyadarkan publik atas fakta,
kondisi, isu, dan mampu mendorong perubahan perilaku. Aspek drama radio: naskah,
penokohan, musik, sound effects. Jenis drama: story telling, gaya aktualitas,
drama motivasi, drama spot, fantasi, drama komedi, drama hiburan, drama
musikal.
Kegiatan
Belajar 3: Iklan Radio
Iklan merupakan
salahsatu strategi promosi barang, jasa, perusahaan dan ide yang dibeayai oleh
sponsor.
A. Ragam
Iklan Radio: iklan komersial promosi yang menyangkut profil produk
dan jasa dari perusahaan tertentu), iklan layanan masyarakat (iklan yang
bersifat himbauan/informasi bagi masyarakat dan tidak bersifat komersial), dan
radio expose (iklan untuk mengiklankan radio).
Radio juga memproduksi iklan ad-libs (iklan
berbentuk naskah yang dibacakan secara langsung oleh penyiar), iklan spot
(naskah iklan yang digabungkan dengan efek suara, suara narasumber, narator,
musik, dengan durasi 30-60 detik), blocking time (radio memberi
waktu khusus untuk berpromosi) dan outside broadcasting (siaran langsung dengan
beriklan di luar studio).
B. Iklan
Radio Yang Efektif, yang harus diperhatikan: memilih radio dengan segmentasi
pendengar yang tepat, perencanaan iklan yang matang, penyiaran iklan dengan
jumlah yang cukup dan bentuk iklan yang menarik. Untuk membuat iklan: ketahui
kebutuhan pendengar, pelajari produk/jasa, beri sesuatu yang beda, mengetahui
segmentasi, buat informasi plus, tentukan pesan utama, tangkap ide untuk
menyusun alur ceritera, tentukan personil.
C.
Membuat Iklan Radio, dengan pendekatan: provokatif, informatif, dan sugestif.
Bentuk iklan Spot: monolog/narasi, dialog, kombinasi dialog dan narasi. Langkah
produksi iklan: siapkan data
produk, siapkan
story board, siapkan rundown lengkap dengan materi iklan, musik, testimoni,
insert dan hitung durasinya. Naskah iklan: lead (kalimat pertama harus kuat dan
menarik), batang tubuh (berisi keunggulan, ciri, keunikan produk dan jasa),
akhir (bisa dengan menggunakan kalimat lucu, dramatis, jargon agar mudah
diingat dan terkesan).
D.
Jingle, merupakan promo radio dengan durasi 5-30 detik guna membentuk citra
radio yang berupa gabungan musik dan materi kata yang memunjukkan radio.
Jenis jingle: radio expose (mempromosikan radio), program expose
(mempromosikan acara), announcer expose (mempromosikan penyiar).
Pembuatan jingle: identifikasi jingle, siapkan materi kata, siapkan sound
effects, materi bisa diucapkan atau bentuk lagu, rekam, editing mixing,
finishing.
RINGKASAN
MODUL 6
Tandiyo
Pradekso, M. Bayu Widagdo, Melani Hapsari (2013)
Buku
Materi Pokok Produksi Media
Jakarta: Universitas Terbuka.
PRA PRODUKSI DAN BENTUK-BENTUK MEDIA
AUDIOVISUAL
Kompetensi
Khusus:
Mahasiswa dapat
menjelaskan: bentuk-bentuk karya audiovisual fiksi, bentuk-bentuk karya
audiovisual non fiksi, pra produksi karya audiovisual.
Media
audiovisual terbagi menjadi audiovisual fiksi dan audiovisual non fiksi.
Kegiatan
Belajar 1: Bentuk-bentuk Karya Audiovisual Fiksi
A.
Film, dengan
ragam: film bisu,film mandarin, film kartun, film noir (film dengan muatan
tindakan-tindakan sadis), dan film populer. Kategori film: film
indie (hiburan, media ekspresi/komunikasi, tema bebas), film propaganda/film
iklan (dibuat untuk kepentingan institusi tertentu), film layar lebar
(untuk hiburan, komersial), film imax (hiburan, pendidikan dan
keniagaan-beaya mahal karena terkait proses, bahan, distribusi).
B.
Video Musik,
dikategorikan fiksi karena pada dasarnya video klip merupakan ilustrasi dari
sebuah musik/lagu yang sifatnya auditif dan kemudian untuk menayangkan materi
lagu. Pada awalnya video musik dimaksudkan untuk ilustrasi lagu, yang kemudian
menjadi media iklan/promosi album dan artisnya.
C.
Iklan,
harus unik dan menarik dengan melibatkan artis; menggunakan bahasa
hiperbolis (bersifat berlebihan), metafora (perumpamaan - pemakaian kata bukan
dengan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan); bermain dengan durasi
(harus dipertimbangkan dengan muatan pesan yang proporsional); brand
repertoire (produk yang selalu diingat); ikon yang mudah dipahami
dan dikenal; riset untuk mendapatkan karakter audience. Kategori iklan: Iklan
Layanan Masyarakat (memberi informasi masyarakat, sosialisasi program, ajakan,
bujukan/kampanye), Iklan Niaga/Komersial (dibuat untuk kepentingan promosi
penjualan).
Kegiatan
Belajar 2: Bentuk-bentuk Karya Audiovisual Non Fiksi
A. Profil
(Profile), dibuat untuk mengkomunikasikan sebuah perusahaan atau tokoh kepada
khalayak: Institution/Company Profile (iklan untuk memperkenalkan
institusi/perusahaan), Biografi/Personal Profile (untuk memperkenalkan
seseorang).
B.
Dokumenter (film yang dibuat berdasarkan atas sekumpulan fakta otentik
tentang sebuah objek yang akan diexpose, disertai argumentasi opini yang ingin
disampaikan yang kemudian disajikan secara runtut. Hal yang perlu dalam
pembuatan film dokumenter adalah: riset topik, riset lokasi, riset tokoh,
mengetahui apa yang harus dilakukan setelah riset, dan menyusun konsep
produksi. Kategori film dokumenter: dokumenter film (karya dokumenter dengan
standar penayangan film/bioskup dengan penyampaian tanpa interupsi), dokumenter
televisi (penyampaiannya di televisi dan diinterupsi oleh iklan dan program
lain).
C.
Berita, pada awalnya mengadopsi koran, kemudian televisi membuat program berita
sendiri
dengan tujuan
memberi informasi penting kejadian-kejadian. Kemudian muncul beberapa segmen
berita: berita
kriminal, berita olahraga, berita musik, berita kehidupan
selebriti/infotainment.
D.
Variety Show, program menghibur dan tak banyak informasi yang diberikan.
E.
Talkshow, mengetengahkan program bincang-bincang/diskusi di suatu ruang untuk
membahas
suatu
wacana/isu,namun bisa juga diproduksi di luar ruangan.
F.
Reality Show, program tayangan drama kehidupan yang dibuat di lapangan
produksi, namun
sekarang konsep
awal telah berubah menjadi reality show yang diskenariokan, artinya sudah tidak
nyata lagi.
G. Music
Show/Konser Musik, tayangan televisi berupa pementasan musik yang dulunya
diproduksi di studio dengan durasi waktu paling panjang, namun sekarang
disiarkan secara live untuk lebih mendekat kepada audience dengan durasi
panjang juga.
H.
Dokumentasi, karya dokumentasi yang hanya dibuat dan ditujukan untuk
megabadikan momen atau peristiwa, misalnya laporan perusahaan, kenang-kenangan,
dan stock shot yang kemudian menjadi profile perusahaan.
Kegiatan
Belajar 3: Pra Produksi
Ada tiga kategori orang yang terlibat dalam
produksi film: conceptor (merangcang bangun film dari embrio sampai cetak
biru produksi/siap untuk direkam), worker (tidak dapat diajak bicara
merancang film, tetapi bekerja karena adanya cetak biru sesuai perintah conceptor),
victim (merupakan kepanjangan worker dan bekerja di lapangan).
A.
Manajemen Pra Produksi. Dalam produksi film diperlukan producer, manajer
produksi, manajer unit. Mereka bertanggungjawab mulai dari persiapan, film
disyuting, sampai pasca produksi.
Producer
bertugas mulai awal persiapan (pengembangan ide sampai skrip/skenario jadi),
persiapan produksi, tahapan produksi dan pasca produksi. Manajer produksi
bertugas: mengkoordinasi, menyediakan fasilitas, dan mengawasi jalannya
produksi, membuat lembar bedah skenario dan jadwal syuting, menyusun dan
mengawasi anggaran, melakukan tawar-menawar upah kerja dengan kru, beaya
pengadaan peralatan, menjadi supervisor pemilihan lokasi, terlibat dalam
keputusan kreatif harian, melakukan perubahan jadwal, mengatur urusan logistik,
alat dukung pengambilan gambar, mengatur penginapan dan konsumsi, mengurus
asuransi produksi dan kru, urusan sewa-menyewa, menyusun laporan produksi
harian. Manajer unit bertugas: sesuai dengan bidang masing-masing, (misalnya:
unit location manager dengan tugas: menjadi tangan kanan/asisten location
manager di lapangan; unit marketing/promo: melaksanakan marketing/promo film/TV
dengan banyak relasi, kreatif dan inisiatif tinggi).
B.
Merancang Produksi, agar pembuatan film dapat berjalan dengan efektif, oleh
karena itu harus
mengefektifkan
kerja antar kru produksi. Persiapan produksi: pengembangan skenario,
penjadwalan, membedah skenario, membuat rancangan anggaran.
C.
Hunting Lokasi, Melengkapi Perizinan, dan Lokasi: yang harus diperhatikan
adalah untuk
kelancaran,
penghematan dan kelangsungan produksi, sehingga visi sutradara harus dikuasai,
memahami
wilayah, menjalin komunikasi dengan orang di sekitar lokasi, membawa peralatan
pendokumentasi,
meriset fasilitas apa saja yang ada di lokasi.
D.
Memesan Logistik, Transportasi, dan Konsumsi: logistik antara lain: alat
pengambilan gambar, tata lampu, tata artistik, editing, dsb.; sedangkan
transportasi harus lengkap dengan pengemudinya yang menguasai medan; konsumsi
perlu untuk semua kru dan selama produksi.
E.
Merekrut Tim Produksi, tim harus dipersiapkan oleh produser atau manajer
produksi dengan tim inti: manajer produksi, asisten produksi, senematrografer
director od photography (DOP), perekam suara, pengarah artistik, dan
penyunting.
F.
Mengadakan Casting, Reading, dan Rehearsal Talent: sutradara perlu menyediakan
latihan bagi para pemainnya, namun sutradara perlu memberikan kepercayaan
kepada pemain supaya memberikan penampilan yang terbaik.
G.
Sutradara di Tahap Pra Produksi: tugas produser, tugas penulis skenario, tugas
sutradara harus
sinkron.
Sutradara harus berfikir dari aspek, emosi, teknis hingga estetis untuk
menghidupkan
skenario film
yang digarapnya. Tugas yang paling utama sutradara adalah mewujudkan gagasan
yang tertuang
dalam skenario menjadi rekaman audiovisual sehingga dapat dinikmati penonton.
RINGKASAN MODUL 7
Tandiyo Pradekso, M. Bayu Widagdo, Melani Hapsari (2013)
Buku Materi Pokok Produksi Media
Jakarta: Universitas Terbuka.
PRODUKSI
MEDIA AUDIOVISUAL
Kompetensi Khusus:
Mahasiswa dapat menjelaskan:
manajemen produksi, unsur dasar desain grafis, produkproduk
desain desain grafis, pesan visual
dalam desain grafis. Media audiovisual sebagai sarana komunikasi
harus terpola, mempunyai maksud/arti, konteks, sehingga dari bahasa gambar dan
suara, penonton mampu penangkap apa yang disampaikan lewatproduk tersebut.
Kegiatan Belajar
1: Manajemen Produksi
Manajer produksi bertanggungjawab dalam
mengelola jalannya produksi media audiovisual dari persiapan hingga film
selesai disunting.
A. Prinsip Kerja
Manajemen Produksi
1. Merekrut Kru Produksi.
Memilih kru produksi (sutradara, producer,
script writer, camera person, lighting person, editor) adalah sangat penting,
karena produksi akan melibatkan orangorang dengan keahlian yang berbeda namun
harus saling mendukung.
2. Mengelola Kru Produksi.
Yang diperlukan dalam
mengelola kru produksi adalah mood, adaptasi dan kemampuan bekerja dalam satu
tim. Setiap tim akan bekerjasama dengan tim yang lain. Oleh karena itu, manajer
produksi harus menyatukan kerja tim-tim yang ada. Manajer produksi harus mampu sebagai
penengah jika terjadi perselisihan di antara tim.
3.
Mengelola Logistik dan Peralatan Produksi.
Pengelolaan
logistic dan peralatan di sini mulai pra proses hingga cara memanfaatkan
audiovisual menggunakan teknologi, baik digital maupun analog dari berbagai
jenis dengan keunggulan dan kelemahannya. Peralatan tersebut harus mendapat
perhatian, baik operasional amaupun perawatannya.
4. Menentukan Lokasi.
Memilih
lokasi yang disesuaikan dengan anggaran dan desain produksi, melaporkan dan
memberi pertimbangan tentang lokasi merupakan tugas manajer produksi di
lapangan.
B.
Prosedur Kerja Manajemen Produksi. Tugas utama manajer produksi adalah mengawal
dan memastikan proses produksi berjalan dengan lancar dan baik sesuai dengan
desain produksi, yaitu: terprogram, rinci, akurat sesuai dengan desain dan
jadwal produksi.
1. Tanyakan Yang Meragunakan,
guna memastikan semuanya sesuai yang
diharapkan, baik terknis dan non teknis: ijin, logistik, hardwares, lokasi, kru
produksi, sumberdaya listrik, cuaca, dsb.
2. Pastikan Proses Produksi Tanpa Asumsi,
ini berarti bahwa, manajer produksi tidak
boleh bekerja hanya dengan mengandalkan asumsi, dugaan, dan kira-kira tanpa
mengetahui secara pasti. Prediksi dimungkinkan, tetapi harus berdasarkan data
dan kemungkinan-kemungkinan peluang atau kendala.
3.
Re-check Produksi Lagi dan Lagi,
hal ini bisa terjadi karena jadwal dan
segala kelengkapan yang sudah ditata dan disiapkan dimungkinkan tidak akan
terlaksana seperti yang diharapkan. Oleh karena itu,
manajer produksi harus melakukan re-check sebagai akibat dari perubahan:
jadwal, lokasi, teknik pengambilan gambar, jumlah kru
dan talent.
C.
Manajer Produksi Menerjemahkan Skenario. Dua pendekatan dalam menerjemahkan
desain produksi:
1. Waktu, di sini
terkait dengan penjadwalan yang dipersiapkan. Artinya bahwa, tidak lagi kapan
produksi dilaksanakan, melainkan berapa lama produksi dilaksanakan.
2. Uang, semua
kegiatan produksi sampai editing akan selalu dikaitkan dengan uang, karena
penundaan atau penambahan waktu shooting berarti penambahan honor, ongkos sewa
peralatan, beaya hidup kru, dsb.
D.
Pertimbangkan Manajer Produksi Merancang Jadwal. Jadwal disusun untuk
mempermudah mengatur adegan/materi yang harus diambil.
1.
Lokasi, berfungsi sebagai setting, menggambarkan tempat itu sendiri, latar lain
yang
dipresentasikan, latar antah berantah. Bisa
jadi lokasi akan dipakai beberapa kali dengan setting yang berbeda. Oleh karena
itu, pemakaian lokasi yang sama harus dihabiskan shooting-nya, sehingga harus
dihindari kembali ke lokasi yang sama.
2. Cuaca,
Suhu, dan Kelembaban Udara. Pengambilan gambar biasanya pada waktu kemarau,
karena musim penghujan kurang bersahabat dengan kondisi alam maupun kru
produksi dan pemain. Pengambilan gambar di dalam maupun di luar ruang juga
menjadi pertimbangan produksi. Pengambilan gambar di luar harus didahulukan,
karena lebih sulit diprediksi dan dikendalikan.
3. Waktu
dan Perubahan Waktu Skenario. Manajer produksi harus membuat urutan shooting
secara kronologis/runut, hal ini untuk pengembangan emosi pemain,
kontinuitas/kesinambungan, dsb.
4.
Pemain. Pemain adalah orang yang in frame di depan kamera, sehingga harus
diadaptasi dengan jadwal produksi. Sebelum mengontrak pemain, harus
dipertimbangkan tentang kontrak pemain dengan pihak lain, atau
kesibukan/aktivitas lain. Perlu juga mempertimbangan kesibukan jadwal antar
pemain, sehingga dapat disamakan.
5. Teknik
dan Perangkat Produksi. Hal ini akan menyangkut harga sewa per hari/per paket
produksi dan penyediaan sparepart-nya.
6.
Faktor-faktor Tak Terduga. Manajer produksi harus menghafal jadwal produksi,
sehingga bila sewaktu-waktu terjadi perubahan akan mudah dikontrol.
Kegiatan Belajar 2:
Formulir Produksi dan Penyutradaraan
A.
Formulir Produksi. Merupakan formulir kerja tertulis yang digunakan untuk
menyiapkan produksi secara baik, memantau jalannya produksi, perjanjian dengan
kru produksi dan perijinan.
1.
Working Schedule, merupakan form untuk penjadwalan kerja, memantau kemajuan
produksi, langkah aktivitas produksi, siapa penanggungjawabnya. Form ini
terbuka untuk ditambah.
2. Script
Breadown Sheet, yaitu formulir proses pembedahan scenario, guna
melihat/membedah secara rinci kebutuhan apa yang harus disediakan di lapangan
untuk setiap adegan.
3. Script
Breakdown, formulir produksi untuk mengumpulkan informasi utama, yang berfungsi
untuk mengaitkan adegan ke adegan.
4. Run
Down atau Shooting Schedule, formulir mirip dengan Script Breakdown, tetapi
tidak runut, diolah sedemikian rupa untuk keperluan pengambilan gambar dalam
sehari.
5.
Breakdown Budget, berisi rincian anggaran produksi dari pra produksi sampai
pasca produksi, di mana rincian anggaran ini diperoleh setelah adanya kepastian
jadwal.
6. Total
Budget, merupakan pengelompokan rancangan pengeluaran untuk produksi.
7. Story
Board, merupakan aplikasi atau terjemahan visual dari scenario yang mirip
dengan komik tanpa dialog dan berfungsi memberi panduan para kru visual.
8. Floor
Plan, merupakan blocking/penempatan perangkat produksi tampak atas.
9. Camera
Report, merupakan laporan pengambilan gambar oleh camera person, yang kemudian
digunakan oleh editor untuk memilah dan memilih gambar yang baik untuk
digunakan.
10. Call
Sheet, berfungsi sebagai pengorganisasi kru dan tugasnya, sehingga dapat
digunakan untuk mengatur/mengkomunikasikan atau menginformasikan masing-masing
kru untuk dating ke tempat pengambilan gambar sesuai posisinya.
11. Daily
Production Report, berfungsi sebagai alat pengontrol dan pengevaluasi proses
produksi dari hari per hari, serta untuk mengetahui kendala yang muncul.
B.
Penyutradaraan. Sutradara berperan penting dalam produksi media audiovisual.
Oleh karenanya, sutradara harus memahami cara kerja, prinsip dasar dan prosedur
kerja produksi.
1.
Langkah-langkah Penyutradaraan. Sutradara harus mengkoordinir kru produksi.
Untuk itu, sutradara harus memposisikan diri sebagai: director’s treatment
(pengembangan scenario sebagai proses supervise sutradara), decoupage
(pemecahan scenario menjadi shot-shot), shot list (daftar urutan adegan), story
board (visualisasi setiap shot), floor plan (denah lokasi peralatan).
2.
Pengadegan. Sutradara harus membuat editorial thingking (gambaran rangkaian
ceritera secara runut) dan diusahakan agar tidak terlalu melebar dari scenario
(attitude of the meaning). Sutradara harus memahami komposisi framing (memahami bahasa gambar dan mampu berbicara dengan bahasa gambar),
lighting, make-up,
movement perangkat produksi, sound dan editing.
RINGKASAN MODUL 8
Tandiyo Pradekso, M. Bayu Widagdo, Melani Hapsari (2013)
Buku
Materi Pokok Produksi Media
Jakarta: Universitas Terbuka.
Tata Kamera, Tata Cahaya
Dan Artistik
Kompetensi Khusus:
Mahasiswa dapat menjelaskan: tata kamera, sudut pandang kamera,
tata cahaya artistik.
Proses pengambilan gambar atau eksekusi produksi di lapangan
dibutuhkan peralatan untuk
merekam/mengabadikan gambar gerak yaitu kamera video sebagai
piranti utama yang dibantu dengan
peralatan penunjang: lighting set atau tata cahaya.
Kegiatan
Belajar 1: Tata Kamera
Dua kategori kamera: berbahan dasar film seluloid dan kaset video
(talent image). Kamera memiliki
fungsi vital dalam produksi audiovisual. Agar saat pengambilan
gambar tidak terjadi guncangan dan
juga untuk mendapatkan gambar gerak yang smooth moving, maka harus
didukung peralatan, seperti:
tripod, filter lensa, scaffolding, dolly, flag, butterfly,
clapper, dsb.
1. Pergerakan Kamera Video. Dua kategori pergerakan kamera:
gerakan kamera berada di atas
penopang (tripod) dan gerakan kamera dengan body-nya. Pergerakan
kamera dimaksudkan agar
mendapatkan dinamisasi, yaitu komposisi frame yang dapat diatur
sesuai konsep produksi
sehingga gambar yang dihasilkan kaya ragam.
1. Gerakan kamera di atas penopang (tripod): panning (gerakan kamera video secara
mendatar/horizontal ke arah kiri maupun kanan), tilting (gerakan kamera video secara vertikal
ke arah atas dan ke bawah).
2. Gerakan kamera video dengan body-nya: tracking (gerakan kamera yang menggunakan alat
bantu dolly-alat yang digunakan sebagai penyangga tripod kamera
yang memungkinkan
kamera bergerak leluasa dan halus di atas rel), craning (gerakan kamera secara vertikal ke
atas maupun ke bawah guna membantu pergerakan kamera secara
optimal yang tak mungkin
dilakukan oleh camera operator dengan hand held maupun dolly
dengan menggunakan
jimmyjip).
2. Framing. Framing merupakan pemberian marking atau batasan area
setting dari obyek yang
terekam kamera saat pengambilan gambar berlangsung.
1.
Komposisi Framing, merupakan pengaturan tata
letak subyek pengambilan gambar
menggunakan kamera. Komposisi framing diperlukan untuk mendapatkan
gambar yang baik,
dapat berbicara, mempunyai makna, lebih hidup, dan mewujudkan
visual film agar tidak
monoton. Selain itu komposisi framing bertujuan untuk memberi
informasi aksi maupun
interaksi subyek dan mengarahkan fokus penonton kepada subyek yang
sedang direkam
dengan aksinya tersebut.
2. Type
of Shot (tipe ukuran frame dan mengacu
pada tubuh manusia):
a. Close Shot/Komposisi Padat: merekam bagian badan subyek secara
padat/penuh.
b. Medium Shot/Middle Shot/Komposisi Tengahan: merekam subyek
setengah badan.
c. Long Shot/Komposisi Lebar: merekam subyek secara penuh dengan
batas atas head
room hingga kaki.
d. EDU (Extreme Close Up): merekam penuh/padat dan lebih terpusat
pada satu bagain
subyek.
e. BCU (Big Close UP): merekam padat/wajah subyek.
2
f. CU (Close Up): merekam padat batas atas sampai batas bawah siku
lengan bahu.
g. MCU (Medium Close Up): merekam dengan batas atas subyek sampai
batas bawah
sejajar perut.
h. MFS (Medium Full Shot/Knee Shot): merekam batas atas subyek
sampai atas lutut
sebagai batas bawah.
i. Full Shot/Shot Lebar: merekam subyek secara utuh dan diberi
sedikit ruang untuk head
room.
j. LS (Long Shot): merekam subyek secara utuh dari jarak jauh dan
interaksinya dengan
lingkungan sekitar.
k. ELS (Extreme Long Shot): merekam subyek secara utuh dari jauh
(melebihi long shot) dan
interaksinya dengan sekitar
Kegiatan
Belajar 2: Sudut Pandang Kamera (Camera Angle)
Camera angel merupakan teknik pengambilan gambar dari sudut
pandang tertentu untuk
mengekspose aksi subyek. Camera angel harus didukung oleh
blocking, pergerakan kamera dan tata
letak lampu.
A. High Angle, Top Angle, Bird Eye View: High angle (merekam dari
sudut atas subyek hingga bagian
atas subyek lebih terespose), top angle (merekam subyek tepat dari
sudut atas), bird eye view
(merekam subyek lebih dramatis dan dinamis, misalnya merekam mata
burung dari atas).
B. Eye Level, Profil Shot: eye level (merekam subyek sejajar
dengan tinggi camera shooter), profil
shot (merekam subyek sejajar dengan tinggi camera shooter namun
sedikit dimiringkan).
C. Low Angle, Frog Eye Level: low angel (merekam subyek dari sudut
bawah), frog eye level
(merekam subyek dari sudut bawah namun kamere disetting setinggi
kaki).
D. Over Shoulder: merekam subyek dari sudot pandang belakang
subyek/punggung.
E. Walking Shot, Fast Road Effect: walking shot (menempatkan
subyek lebih berat di sebelah kiri atau
kanan berlawanan arah gerakannya), fast road effect (efek kamera
secara cepat merekam gerak
subyek sehingga memunculkan efek blur).
F. Artificial Shot: untuk memperindah shot dengan nuansa estetis,
biasanya di alam terbuka dengan
insert, misalnya dedaunan di depan kamera.
G. Reflection Shot: pengambilan gambar di mana subyek berada di
depan cermin.
H. Tripod Transition: pengambilan gambar melalui pergerakan kamera
on tripod dengan framing yang
terbatas namun dengan area yang luas, sehingga kamera secara aktif
mengarah pada kedudukan
subyek.
I. Back Light Shot: pengambilan gambar dengan posisi kamera
menghadap pada sumber cahaya.
J. Single Shot, 2 shot, Group Shot: single shot (gambar satu
subyek), 2 shot (gambar dua subyek),
group shot (gambar sekelompok subyek).
K. Follow Sheet: shot yang dihasilkan dari pengambilan mengikuti
pergerakan subyek.
L. Establishing Shoot: shot yang menggambarkan latar peristiwa.
M. Zooming: merupakan pergerakan lensa kamera untuk menghasilkan
shot dengan pengambilan
gambar dari jarah jauh.
N. Head Room: ruang jeda semu di atas kepala subyek.
O. Blur: gambar tampak buram/tidak fokus.
P. Fading: tampilan gambar yang muncul atau menghilang secara
perlahan pada layar yang berfungsi
sebagai pengakhir babak atau peringkas waktu untuk menghilangkan
adegan yang tidak perlu.
Q. White Balance: standarisasi warna sebagai akibat dari cahaya
yang tertangkap lensa kamera.
Cahaya yang tertangkap saat pengambilan gambar di ruang akan
berbeda dengan saat
pengambilan di luar ruang.
R. Garis Imajiner: garis khayal yang membatasi arah pandang kamera
untuk menjaga posisi subyek
antar frame.
3
S. Kontinuitas Gambar Dalam Film: bisa saja saat pengambilan
gambar telah dilakukan lengkap
dengan segala stock shot. Namun, ternyata setelah hasil masuk ke
editing masih ada yang
janggal/tidak wajar. Oleh karena itu, dalam proses editing harus
memperhatikan gambar-gambar
yang telah didapat dari shot harus membentuk bangunan ceritera
(alur ceritera) yang jelas.
Kegiatan
Belajar 3: Sudut Tata Cahaya dan Artistik
Fungsi tata cahaya dalam secara teknis adalah membangun kesan
suasana pada karya audiovisual,
membangun harmonisasi sehigga rasionya tidak kontras, dan membantu
kamera menangkap kesan
subyek yang diterangi.
A. Sumber Cahaya
1. Available Light, merupakan cahaya alam: matahari (daylight),
cahaya bulan, cahaya bintang,
cahaya dari api, binatang yang mengeluarkan cahaya, dsb. yang
dapat memberi kesan lebih
alami. Cahaya alam memiliki kelemahan: intensitanya tidak dapat
ditentukan, waktu
berpengaruh pada intensitas cahaya sehingga akan perpengaruh terhadap
hasil gambar, dan
kondisi alam (berawan) juga akan berpengaruh pada intensitas
cahaya. Cahaya yang
tertangkap kamera video bisa jadi akan berbeda dengan cahaya yang
tertangkap oleh mata
manusia. Oleh karena itu, camera operator harus mengenali kepekaan
kamera.
2. Artificial Light, merupakan cahaya yang dihasilkan dari
rekaan/buatan manusia: cahaya lampu.
Contoh jenis lighting set: blonde, black head, red head, kino
flow, barsdoor, dsb.
B. Tata Cahaya Dasar. Empat lighting set yang digunakan dalam tata
cahaya dasar adalah:
1. Key Light, cahaya utama yang berfungsi sebagai penerang utama
pada subyek.
2. Fill Light, cahaya tambahan untuk mengisi bagian lain yang
berlawanan dengan key light dan
berfungsi untuk mengimbangi key light.
3. Back Light, cahaya tambahan yang mengarah di bagian belakang
subyek guna menciptakan
kesan ruang 3 dimensi.
4. Available Light, cahaya pendukung yang berfungsi sebagai
penegas suasana, misalnya untuk
mendunkung suasana mistis, suasana siang hari.
C. Tata Cahaya Di Lapangan Produksi. Tata cahaya harus dikonsep
secara serius sebelum pra
produksi, sehingga akan dapat ditentukan jumlah lampu guna
menciptakan mood dan harmonisasi.
Hal lain dalam tata cahaya: arah lampu, derajat sudut lampu,
intensitas lampu yang dapat diatur,
komposisi warna, rasio cahaya, bounching (cahaya yang dipantulkan
dengan reflektor), dan
perbandingan antara hi-light (bagian yang terang) dan shade
(bagian yang paling gelap), serta
standar warna dasar (white balance). Dalam rekaman in-door
concept, perlu survei terlebih dahulu,
menempatkan lampu dengan posisi eye level dan menggunakan kerangka
dari besi (rigging).
D. Artistik. Art director harus memiliki keahlian: menciptakan
rekayasa bentuk, mengatur tata letak,
memahami tata warna, tata cahaya, komposisi framing dan
pengadegan, sehingga tercipta:
kreativitas seni, simulasi ruang, estetika interior, dan
piranti-piranti. Hasil kreativitas seni akan
dikaitkan dengan: waktu, tempat dan karakter.
1. Konstruksi Bentuk. Dalam hal ini, yang harus diperhatikan
adalah:
a. keselarasan warna (warna natural - warna yang muncl dari
benda-benda alami - dan
artificial – warna yang dihasilkan dari campur tangan manusia),
b. bentuk property (bisa bulat, segitiga, kotak, kurva, titik dan
garis, atau 2 dimensi dan 3
dimensi, atau kombinasi bentuk),
c. bahan dasar material (natural dan artificial) yang berfungsi
sebagai memperindah setting
artistik), dan
d. pencahayaan (untuk menghasilkan kepekaan benda-benda atau
property yang tampak
pada frame).
2. Menata Ruang Artistik secara Lapisan/Layering, berfungsi untuk
menata properti. Penata
layering: melingkar dan mendatar/melebar. Layering ini untuk
pencocokan, harmonisasi, dan
penonjolan properti.
4
E. Wardrobe dan Make-up
1. Wardrobe, merupakan segala macam kostum dan atribut yang dipersiapkan
untuk keperluan
produksi dan berfungsi sebagai informasi penting penunjang
karakter, membangun suasana,
dan estetika.
2. Make-up, berkaitan dengan karakter dan berfungsi untuk
peneguhan karakter seorang talent.
Make-up diharapkan senatural mungkin, tidak berlebihan namun
membantu penonton
memahami karakter.
RINGKASAN MODUL 9
Tandiyo Pradekso, M. Bayu Widagdo, Melani Hapsari (2013)
Buku
Materi Pokok Produksi Media
Jakarta: Universitas Terbuka.
EDITING PRODUKSI MEDIA AUDIOVISUAL
Kompetensi Khusus:
Mahasiswa dapat menjelaskan: periodisasi dan berbagai pengaruh pada
editing, teknik editing,
persiapan editing, aplikasi digital editing.
Editing pada prinsipnya merupakan penyuntingan hasil gambar dan
suara yang telah diambil pada
proses produksi yang menuntut kedisiplinan, kesabaran, memiliki
cita rasa seni dan kemampuan teknis
mengoperasikan peralatan editing.
Kegiatan
Belajar 1: Periodisasi dan Berbagai Pengaruh Pada Editing dan Teknik Editing
Dengan didasari pemahaman kepada bahwa, gambar bergerak akan
mempengaruhi psikologis
manusia, maka gerak gambar perlu ditana sehingga memiliki daya
pikat yang luar biasa.
A. Periodisasi Editing
1. Periode Diam/Bisu. Awalnya, film dikembangkan dari teknologi
fotografi yang menghasilkan
gambar diam. Dari gambar tersebut diberikan sentuan kinetik
mekanik secara konstan untuk
menghasilkan gambar yang bergerak dan selanjutknya diberikan
ilustrasi musik.
2. Periode Awal Film Suara. Pada periode ini, telah dipikirkan
cara memasukkan unsur suara
(dialog) ke dalam gambar, karena hal ini dipengaruhi oleh kajian
dan dikembangkannya seni
teater. Namun pada waktu itu, bahan baku belum mampu menghabungkan
anata gambar dan
suara, maka masih dambar dan suara masih direkam sendiri-sendiri
yang kemudian baru
dipadukan. Kemudian muncul camcorder yang dirancang untuk merekam
sekaligus gambar
dan suara.
B. Berbagai Pengaruh Terhadap Editing
1. Pengaruh Dokumenter. Film tidak hanya cerita, drama, suara
saja, tetapi melebar yang
mengedepankan wacana, fakta dan argumentasi yang disusun sangat
menarik yang kemudian
dinamakan dokumen. Dari film dokumenter ini berkembang program
reportasi dan investigasi
yang dikategorikan program berita.
2. Pengaruh Pop Art. Dlam hal ini dilakukan dengan pemahaman
kesederhanaan, ekspresi
alternative, eksperimental, manivestasi dari imajinasi bebas.
Dalam pop art ini dimasukkan halhal
yang bersifat baru dan lebih relevan.
3. Experimental Editing. Pada awalnya, editing hanyalah difahami
sebagai menyunting gambar,
dan mengurutkannya sesuai skenario. Dalam eksperimental ini dicoba
teknik-teknik baru,
misalnya menghilangkan dominasi warna merah yang dianggap menoton
dan membosankan.
4. Pengaruh Teknologi Digital. Dampak dari teknologi digital
terhadap editing, yatitu
menghasilkan bentuk-bentuk media audiovisual dan program-program
yang dikemas untuk
masuk ke dalam kanal-kanal sendiri.
C. Teknik Editing
1. Action: mengandalkan cerita dan menampilkan aksi sebagai
konflik. Film action merupakan
kecenderungan ketegangan, heroism, gerak bela diri atau
perlawanan/pertentangan yang
melibatkan fisik antar karakter.
2. Drama Berdialog: menonjolkan kekuatan cerita sebagai titik
perhatian editor.
2
3. Komedi: menitik beratkan pada kelucuan, kekonyolan, bahan
kebodohan, dan kesialan yang
digabungkan dengan karakter dan cerita.
4. Dokumenter: penataan gambar ke gambar dengan menguatkan narainya.
5. Berita: yang dititikberatkan adalah penyampain informasi.
6. Magazine: informasi penting yang terjadi dan dikemas dalam
berita non formal.
7. Investigatif: yang ditonjolkan runtutan kejadian selama
investigasi.
8. Video Music: yang ditonjolkan adalah video musiknya. Sedangkan
musiknya hanya sekedar
pengisi dari videonya, karena musik sudah tertata/teredit di
tempat lain.
9. Iklan: yang lebih ditonjolkan adalah durasinya.
Kegiatan
Belajar 2: Persiapan Editing dan Aplikasi Digital Editing
A. Perangkat
Digital Editing
1.
Comcoder atau DV Player,
berfungsi sebagai perangkat transfer data dari miniDV ke
komputer edit.
2. Computer Edit dan Fireware Card. Komputer edit berfungsi untuk memproses gambar dan
suara, sikronisasi, menambah effect, me-render (menyatukan
file-file) dan
membentuk/mengekspor menjadi data file baru (AVI, mpeg). Fireware
Card difungsikan untuk
transfer data dengan kecepatan tinggi, yang memungkinkan untuk
real time.
3. Sound System. Perangkat
ini berfungsi sebagai alat pengontrol, monitor sinkronisasi suara
atas visual yang tampak, tidak saja suara utama, melainkan juga
suara atmosfer.
B. Logika
Editing
1. File
Video dan Audio. Data dari kaset yang dibuat
melalui comcoder, yang berujud laten
image, ditransfer ke dalam komputer akan membuat dua buah files:
video dan audio. Hanya
komputerlah yang dapat membacan/menerjemahkan data tersebut.
2.
Editorial Thingking. Dalam proses editing, editor
akan berfungsi sebagai sutradara, sehingga
harus mengenal nuansa warna, pencahayaan, dan dramatik. Seorang
sutradara juga
diposisikan sebagai penceritera untuk mengemas ceritera yang runut
yang dibumbui efek-efek
tertentu agar sesuai dengan tujuan produksi. Konsep tentang tempo
gambar, ketebalan suara,
intensitas cahaya harus dirangkum dalam editorial thingking. Jadi,
editorial thinking merupakan
imajinasi yang ada dalam fikiran editor dalam proses penggarapan
editingnya. Editorial thingkin
merupakan kerangka kerja/apa yang harus dikerjakan oleh editor dan
dapat diwujudkan secara
tertulis.
3. Frame
per Second. Merupakan penetapan berapa
bingkai/gambar per detik. Pada awalnya 18
frame per second, sehingga menghasilkan gambar yang masih
terpatah-patah atau pecah.
Setelah adanya peralatan perekam dan pemutaran modern, 25 frame
per second atau 29,97
frame per second.
4. Analog Editing dan Digital Editing. Editing pada awalnya masih menggunakan cara-cara
analog dengan mesin yang relatif besar dan dilengkapi mesin
pemotong dan perekat kembali
bahan film dan tidak banyak menggunakan visual effect. Kerja analog
editing harus ekstra hatihati,
karena jika terjadi kesalahan edit, maka akan mengulang proses
edit lagi.
Digital editing memberikan kemudahan dan kecepatan dalam proses
editing. Digital editing
memungkinkan editor mengedit semua file sesuai adegan yang kemudian
dapat dilakukan
editing pada bagian-bagian tertentu. Digital editing dapat
dimanfaatkan untuk memanipulasi
gambar dan suara, karena dilengkapi dengan visual effect dan sound
effect.
Kegiatan
Belajar 3: Aplikasi Digital Editing
A.
Mengenal Jendela Utama. Jendela
utama software editing: Jendela project (untuk menajemen
file, sehingga data gambar dan suara yang telah dicapture/transfer
tersimpan secara terbuka,
sehingga editor dapat mengaturnya sesuai dengan adegan), jendela
monitor (berfungsi sebagai
visual dan sound processing, sehingga menghasilkan sequence yang
telah di-fix-kan tidak ada
3
gambar dan suara yang tidak diperlukan), dan jendela
time line (untuk mengolah, mengatur,
merunutkan, memindahkan, menghapus file yang tidak diperlukan
sekaligus rendering file
(menyatukan file). Pada timeline ini file video dan audio akan
dipisahkan, namun masih mempunyai
link.
B.
Langkah Editing
1. Mengawali edit: memahami dan menentukan file pada folder
tertentu.
2. Capturing: mentransfer data. File video dan audio harus
ditempatkan pada folder yang sama.
3. Logging: membuang dan memilih file yang benar-benar digunakan.
4. Trimming: proses mengontrol file untuk memperoleh
kejelasan/ketepatan file awal dan akhir
dengan perhitungan per frame perdetik.
5. Rought cut: menyusun urutan gambar sehingga membentuk ceritera.
C. Transisi. Merupakan
efek khusus yang disediakan pada timeline yang berfungsi menghubungkan
dua file video sehingga perpindahan file video tersebut tidak
langsung.
1. Transisi Video: cut to cut (perpindahan antar gambar dalam sebuah adegan atau
pergantian
gambar penceritaan secara langsung/serta-merta (mendadak berganti
gambar), di mana
transisi dalam adegan ini masih terkait dengan adegan sebelum dan
sesudahnya; dissolve
[perpindahan atar adegan di mana gambar tersebut berangsur-angsur
muncul dan menghilang:
fade in (munculnya gambar dari back screen menuju gambar
tersebut, fade out (masuk
atau
menghilangnya gambar yang memunjukkan akhir adegan di mana adegan
tidak terdapat kaitan
dengan adegan setelahnya)].
2. Transisi Audio: membuat akhiran file suara berangsung-angsur
secara konstan menghilang
atau muncul.
D.
Pemotongan File, untuk membuang sebagian file
guna memperpendek dengan menggunakan
razor tool.
E.
Mengimpor File, mengambil file yang sudah
ada di dalam komputer edit untuk dijadikan bagian
dalam file yang sedang diedit.
F. Fine
Cut, sentuhan estetika, efek
visual dan audio pada file yang sudah diurutkan.
G. Visual
Effect, penggunaan efek-efek
tertentu: warna, pencahayaan, intensitas ketebalan, gerak
maupun skala, antara satu file video dengan file video yang lain. Mengatur
Warna: untuk
keseragaman langgam atau konsistensi warna. Mengatur
Pencahayaan: untuk mendapatkan
intensitas gelap terang, tajam/kuat cahaya, fokus/tujuan cahaya,
kelembutan cahaya, dan pendar
(dof). Mengatur Gerak dan Skala: menyesuaikan gerakan gambar dan skala ukurannya.
Mengatur
Intensitas Ketebalan: untuk mengatur ketebalan
gambar atau video opacity, misalnya
membuat gambar kembar.
H. Sound
Effect: proses editing juga
memperhatikan sound yang difasilitasi oleh aplikasi editing.
Sound effect: mengatur perimbangan left & right control
sehingga seimbang, memberi tambahan
effek, dan mengubah suara.
I.
Membuat Teks: editing juga mengolah teks
yang perlu dijakan bagian dari audiovisual dengan
mendesain huruf dan mendesain gerak teks.
J. File
Rendering: langkah mengubah dan
memastikan file yang masih terlihat satu per satu menjadi
hanya dianggap satu file untuk hasil penyatuan.
K. File
Exporting: meng-convert- file hasil
editintg menjadi satu file lain atau menyimpan kembali
dalam bentuk file lain, apakah untuk: movie (file AVI), frame
(jpg, tift, targa), audio, DVD, tape.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar