PEMBERDAYAAN PERPUSTAKAAN DAN GEMAR MEMBACA.
Dinas Pendidikan berperan dan bertanggungjawab dalam hal pendidikan formal, dan kantor arsip dan perpustakaan berperan di dalam pendidikan non formal melalui penyediaan dan pelayanan bahan pustaka," kedua lembaga yang mengurusi pendidikan ini dapat bersinerji, sehingga pengembangan masyarakat Bangka yang berbudaya baca tinggi dapat terwujud. Indonesia berada di bawah Vietnam dalam Human Development Index, karena memang kita tertinggal jauh dalam pemanfaatan informasi melalui buku bacaan. dengan pengembangan perpustakaan dan gemar membaca ini dapat menjawab kekurangan dalam memanfaatkan sumber informasi seperti perpustakaan
Pemberdayaan Perpustakaan dan gemar membaca tidak terlepas dari peran pemerintah daerah Bupati Seperti halnya kabupaten/kota lainnya yang berhasil mengembangkan perpustakaan dan meningkatkan gemar membaca, karena kepedulian yang tinggi dari pimpinan daerahnya masing-masing. Upaya menumbuhkan minat baca bukannya tidak dilakukan. Pemerintah melalui lembaga yang relevan telah mencanangkan program minat baca. Hanya saja yang dilakukan oleh pemerintah maupun institusi swasta untuk menumbuhkan minat baca belum optimal. Oleh karena itu kita berikan aplaus kepada pemerintah yang telah membangun dan mengembangkan perpustakaan hingga di kecamatan, kelurahan/desa, perpustakaan masjid, perpustakaan gereja dan lainnya, sehingga Undang-undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan, Gerakan Membaca Nasional, GPMB, UU Nomor 4 Tahun 1990 tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam, dan informasi-informasi lainnya yang aktual dapat terlaksana.
Masalah minat baca sampai saat ini masih menjadi tema yang cukup aktual. Tema ini sering dijadikan topik pertemuan ilmiah dan diskusi oleh para pemerhati dan para pakar yang peduli terhadap perkembangan minat baca di Indonesia.Namun hasil dari pertemuan-pertemuan ilmiah tersebut belum memberikan suatu rekomendasi yang tepat bagi perkembangan yang signifikan terhadap minat baca masyarakat. Permasalahan yang dirasakan oleh bangsa Indonesia sampai saat ini adalah adanya data berdasarkan temuan penelitian dan pengamatan yang menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia relatif masih sangat rendah. Ada beberapa indikator yang menunjukkan masih rendahnya
minat baca masyarakat Indonesia. Rendahnya budaya membaca ini juga dirasakan pada pelajar dan mahasiswa. Perpustakaan di sekolah/kampus yang ada jarang dimanfaatkan secara optimal oleh siswa/mahasiswa. Demikian pula perpustakaan umum yang ada di setiap kota/kabupaten yang tersebar di nusantara ini, pengunjungnya relatif tidak begitu banyak. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia belum mempunyai budaya membaca. Sehingga wajar apabila Indeks Sumber Daya Manusia bangsa Indonesia juga rendah. minat baca masyarakat Indonesia, khususnya anak-anak relatif rendah. Mereka lebih senang mencari hiburan pada acara di TV, warnet, mall, play station atau tempat hiburan lainnya di banding membaca buku di perpustakaan.minat baca perlu ditumbuhkan sejak anak usia dini. Sejak mereka telah bisa membaca. sekolah dan guru belum membudayakan siswa untuk menggunakan perpustakaan sebagai salah satu sumber belajar. Sehingga siswa sangat rendah apresiasinya terhadap karya sastra maupun buku maupun karya tulis lainnya.minimnya koleksi buku-buku di perpustakaan. Di samping itu, perpustakaan yang ada tidak dikelola secara profesional. jumlah perpustakaan tidak sepadan dengan jumlah penduduk di Indonesia. Sebagai contoh tidak semua kota/kabupaten di Indonesia memiliki perpustakaan. Sekarang kita baru memiliki 261 perpustakaan dari sekitar 450 kabupaten/kota se-Indonesia, ini berarti masih banyak kabupaten/kota yang belum memiliki perpustakaan.
Berdasarkan tersebut di atas, maka dapatlah dikemu-kakan saran-saran untuk menumbuhkan minat baca sejak anak usia dini sebagai berikut ini.
perlu digalakkan event-event yang dapat menumbuhkan minat baca di masyarakat luas, seperti acara-acara yang mengangkat dunia literasi sudah diselenggarakan di Indonesia, diantaranya ada 'Hari Buku Nasional', 'Hari Kunjungan Perpustakaan' sampai berbagai pameran dan bazar buku (book fair) di tingkat lokal maupun nasional. Seiring dengan adanya globalisasi informasi dan perkembangan ilmu pengetahuan, sudah saatnya kita melebarkan aktivitas kita dalam dunia perbukuan dengan ikut berpartisipasi melakukan perayaan buku berskala internasional agar lebih menggaungkan buku dan literasi di tengah masyarakat Indonesia. perlunya partisipasi organisasi-organisasi non-pemerintah seperti Forum Indonesia Membaca (FIM), sebuah organisasi sosial kemasyarakatan yang berkonsentrasi di aktivitas literasi, dengan berupaya membuka ruang partisipasi seluas-luasnya kepada masyarakat dalam penguatan budaya baca. Upaya Forum Indonesia Membaca, dengan mengambil tema 'Buku untuk Perubahan', berusaha merealisasikan kembali pelaksanaan World Book Day di Indonesia menjadi sebuah tradisi festival yang tujuannya untuk merayakan buku dan literasi, dimana acara World Book Day membuka partisipasi masyarakat sebesar-besarnya dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya buku dan membaca, serta mengapresiasi dunia perbukuan itu sendiri, baik itu terlibat sebagai pembicara, pengisi acara, peserta,maupun sebagai pengunjung. orang tua dapat menjadi contoh di rumah dengan membiasakan membaca apa saja (koran, majalah, tabloid,buku, dsb.), menyediakan bahan-bahan bacaan yang menarik dan mendidik, mengajak anak berkunjung ke pameran buku sesering mungkin dan memasukkan anak menjadi anggota perpustakaan.memperbanyak jumlah perpustakaan secara merata di setiap kota/kabupaten di Indonesia dengan koleksi bahan pustaka yang mencukupi untuk kebutuhan masyarakat umum, pelajar dan mahasiswa.perlu partisipasi semua semua lapisan mamsyarakat, pemerintah, LSM, masyarakat pecinta buku, Depdiknas serta asosiasi penerbit, pustakawan, toko buku dan para pemerhati masalah buku dan minat baca untuk menyelenggarakan kegiatan yang dapat menggugah gairah minat baca masyarakat. Sehingga budaya membaca menjadi sebagian budaya masyarakat Indonesia. Contoh kegiatan ini adalah pameran buku, lomba bercerita, lomba menulis/mengarang karya ilmiah, dsbnya. Lomba bercerita bagi anak-anak SD dinilai cukup efektif sebagai upaya meningkatkan minat baca, karena dilihat dari penampilan peserta cukup bagus dan lancar, karena disamping membaca peserta juga langsung bercerita.
Minimnya minat baca dikalangan pelajar juga tampak pada peserta lomba bercerita tingkat sekolah dasar/MI yang diselenggarakan Oleh Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bangka 26-27 juni 2012 lalu. Dari sekian banyak sekolah dasar/MI sekabupaten bangka hanya 11 sekolah saja yang mengirimkan wakilnya.itupun belum semua peserta dapat menceritakan kembali cerita dari buku yang bacanya. Apalagi dengan cerita yang berasal dari daerah kita sendiri seharusnya pelajar lebih bersemangat untuk menceritakannya.hal ini menandakan bahwa belum optimalnya peran Perpustakaan sekolah baik dalam pengadaan buku pustaka atau arahan untuk mengunjungi perpustakaan sekolah itu sendiri.padahal kegiatan lomba bercerita ini akan berlanjut sampai ketingkat nasional.
Perpustakaan sebagaimana yang ada dan berkembang sekarang dipergunakan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa serta berbagai jasa lainnya. Peran dan tujuan dari perpustakaan adalah sebagai wahana untuk mencerdaskan bangsa supaya tercapai masyarakat yang terdidik. Keberadaan perpustakaan dapat diartikan juga sebagai pemenuhan kebutuhan yang diakui masyarakat, kebutuhan ini menentukan bentuk, tujuan, fungsi, program dan jasa perpustakaan. Dalam mengoptimalkan peran tersebut, pengorganisasian informasi perlu dilakukan untuk memudahkan pengguna perpustakaan dalam menemukan informasi yang dibutuhkan secara cepat dan tepat. Oleh karena itu, layanan yang dilakukan selalu berorientasi pada masyarakat, sebagai pengguna informasi. Kepuasan pengguna merupakan petunjuk utama bagi pelaksana pengorganisasian informasi.
Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia dapat mengejar kemajuan yang telah dicapai oleh negara-negara tetangga, perlu menumbuhkan minat baca sejak dini. Sejak mereka mulai dapat membaca.Dengan menumbuhkan minat baca sejak anak-anak masih dini, diharapkan budaya membaca masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan.Bacaan yang kurang memikat dan minimnya sarana perpustakaan sekolah menjadi faktor utama penyebab minat baca siswa rendah. Sementara itu, sekolah tidak selalu mampu menumbuhkan kebiasaan membaca bagi para siswanya. Dengan kondisi kualitas buku pelajaran yang memprihatinkan, padatnya kurikulum, dan metode pembelajaran yang menekankan hafalan materi justru 'membunuh' minat membaca. Menurut Prof. Dr. Riris K. Toha Sarumpaet, Guru besar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia ini melihat, sekolah tidak memadai sebagai tempat untuk menumbuhkan minat baca anak didik. Hal ini, menurut dia, tidak terlepas dari kurikulum pendidikan. Kurikulum yang terlalu padat membuat siswa tidak punya waktu untuk membaca. Riris mengemukakan bahwa siswa terlalu sibuk dengan pelajaran yang harus diikuti tiap hari. Belum lagi harus mengerjakan PR.(www.republika.co.id., diakses 24 Desember 2007). Oleh karena itu, solusi terbaik dalam membuka jalan pikiran seorang siswa agar mereka mempunyai wawasan yang luas, adalah dengan cara membaca. Agar siswa dapat membaca buku secara ajeg, maka kepada mereka perlu disediakan bahan bacaan yang cukup koleksinya. Oleh karena itu, perpustakaan merupakan wacana baca yang mampu menyediakan beragam buku baik fiksi nonfiksi, referensi, atau nonbuku seperti majalah, koran, kaset serta alat peraga, wajib dimiliki setiap sekolah.
Mestinya kita banyak belajar dari negara tetangga kita, Malaysia misalnya mengapa Malaysia begitu maju, padahal dulu Malaysia mendatangkan guru-guru dari Indonesia, tetapi saat ini sudah jauh lebih maju meninggalkan kita. Jawabannya sangat sederhana, yaitu negara jiran itu menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama untuk mencerdaskan bangsa. "Mereka menerapkan program wajib baca yang disebut NILAM (Nadi Ilmu Amalan Membaca), dengan program tersebut diwajibkan kepada setiap siswa/anak didik membaca selama 30 menit sebelum masuk kelas yang diawasi oleh guru-guru atau mentor," Gerakan Bangka Gemar Membaca perlu dicanangkan di kabupaten ini tetapi bukan hanya dicanangkan lalu kemudian dilupakan, tetapi kembangkan terus semangat membaca, tingkatkan terus kegemaran dan kecintaan membaca, dan juga kita berdayakan perpustakaan yang kita miliki saat ini.
Perpustakaan seperti kita ketahui adalah merupakan salah satu penyedia dan penyalur informasi yang fungsi dan peranannya cukup berarti di dunia informasi. Tantangan baru di dunia perpustakaan pada abad informasi ini adalah penyaluran informasi menggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer dengan cepat, tepat dan global. Salah satu solusi untuk menjawab tantangan tersebut adalah dengan membangun perpustakaan digital.
Perpustakaan digital adalah suatu perpustakaan yang menyimpan data baik itu buku (tulisan), gambar, suara dalam bentuk elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer. Istillah perpustakaan digital atau digital library sendiri mengandung pengertian sama dengan electronic library dan virtual library. Sedangkan istilah yang sering digunakan dewasa ini adalah digital library, hal ini bisa kita lihat dengan adanya workshop, simposium, atau konferensi dengan memakai nama digital library.
Perpustakaan, dengan fungsinya sebagai penyedia informasi memiliki peranan yang besar dalam pemerataan pendidikan. Perpustakaan adalah salah satu komponen penting dalam menunjang terselenggaranya pendidikan yang berkualitas. Untuk mencapai hal itu, perpustakaan perlu menjalin kerjasama dan berbagai informasi antara satu dengan yang lainnya untuk memperluas jangkauan akses pengguna.
Dalam transformasinya di tengah kemajuan ilmu pengetahuan termasuk teknologi informasi dan komunikasi, perpustakaan harus mampu memberikan nilai tambah pada informasi melalui streamlining, ekspansi dan inovasi. Selain mempermudah dan memperluas akses, perpustakaan hendaknya mampu melakukan manajemen pengetahuan secara maksimal dan diharapkan lebih memfokuskan diri sebagai community information intermediary, yaitu institusi yang dapat memahami dan berempati terhadap komunitas pengguna, memiliki pemahaman yang mendalam terhadap dunia informasi dan organisasinya serta dengan aktif selalu mengembangkan dan meningkatkan mekanisme yang menghubungkan keduanya. Pemberdayaan perpustakaan dan pustakawan dalam paradigma baru harus disesuaikan dan ditingkatkan seiring dengan perubahan tuntutan pengguna, yaitu akses informasi secara lebih luas, cepat dan tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar