Pemantun itu cerdas
Pemantun cerdas artinya mampu untuk menyederhanakan berbagai
hal yang nampaknya sulit bagi orang lain. Pemantun datap membuat kata dan
kalimat sehingga menyusun bait pantun yang sulit bagi orang lain ternyata dapat
menjadi mudah
CERDAS merupakan
singkatan dari:
C erdik (menggunakan
kata yang membentuk kalimat dalam bait pantun)
E fektif (menggunakan kata yang membentuk kalimat dalam bait pantun)
R ealistis (dalam kata yang membentuk kalimat dalam bait pantun)
D apat mencapai tujuan dari pantun yang dibuat
A kurat ( pantun yang dibuat )
S pesifik (pantun yang dibuat)
E fektif (menggunakan kata yang membentuk kalimat dalam bait pantun)
R ealistis (dalam kata yang membentuk kalimat dalam bait pantun)
D apat mencapai tujuan dari pantun yang dibuat
A kurat ( pantun yang dibuat )
S pesifik (pantun yang dibuat)
Pemantun selalu memberdayakan dirinya tentang segala hal
sehingga dapat membuat pantun dalam keadan apapun dan dimanapun.walaupun ia
tidak hidup dalam lingkungan tersebut seorang pemantun dengan sendirinya
mencoba mengerti dengan hal itu jikapun ia belum mengetahui atau masih ragu
dengan hal itu ia dapat merubah kalimatnya untuk menyamakan rima akhir dengan
tidak merubah makna dari pantun baik sampiran ataupun isinya.
Banyak orang
bilang bahwa berpantun itu susah, padahal tidak. Ala bisa karena
terbiasa, mau berlatih dan mau bertanya. Banyak-banyaklah membaca buku-buku
pantun yang dibikin oleh orang lain. Jangan pernah menganggap hanya pantun kita
yang paling baik. Dengan membaca pantun orang lain akan terjadi pertalian atau
pertukaran. Dengan cara itulah kita membangkitkan ruh pantun.
Kayu jati pelampung pukat
Buluh perindu tidak berdahan
Jantung hati kemari dekat
Hatiku rindu tidak tertahan
Buluh perindu tidak berdahan
Jantung hati kemari dekat
Hatiku rindu tidak tertahan
(Pantun klasik),
Pada bait pantun
tersebut ada dua hal yang menarik, yaitu kayu jati pelampung pukat dan buluh
perindu tidak berdahan. Memang kayu jati bisa digunakan untuk pelampung pukat,
tetapi apa hubungannya dengan buluh perindu tidak berdahan. Antara kayu jati dan buluh perindu tidak ada hubungannya sama sekali. Buluh
perindu itu tidak ada orang yang menanam, dan hanya sekedar khayalan, oleh
karenanya tidak mungkin disambung dengan kayu jati. Dengan kata lain, baris pertama dan kedua pantun klasik seringkali tidak
ada hubungan sama sekali. Walau pun pantun diatas dikategorikan pantun klasik
tapi beberapa peneliti menuliskan bahwa antara baris satu dan dua (sampiran)
saling berkaitan atau satu rangkaian cerita. Dan baris ke tiga dan ke empat
(isi) juga merupakan satu rangkaian.
Air laut beralas pasir
ombang bergulung sampai ketepi
tidak takut sampai terusir
langit mendung terasa sepi
ombang bergulung sampai ketepi
tidak takut sampai terusir
langit mendung terasa sepi
Kalau pergi ke laut,
tanpa melihat kita akan tau air laut hanya beralaskan pasir. dan ombak
bergulung sampai ketepi ditiup angin. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui
bahwa ada hubungan antara baris pertama dan kedua.
pantun tersebut untuk mengatasi kata-kata Air laut
deras mengalir dan ombang bergulung
sampai ketepi untuk menyampaikan pesan tidak takut sampai terusir dan langit
mendung terasa sepi. mengapa, karena air laut tentunya kurang tepat kalau
di katakan mengalir , atau kurang memahami isi laut yang luas. Yang tahu dan
selalu terlihat adalah Air laut beralas
pasir dan ombang bergulung sampai
ketepi.
Selain itu pantun diatas juga
menyimpan makna lain menurut penulis pantun yang dirangkai memiliki makna
Air laut beralas pasir
Ombak bergulung sampai ketepi
Maknanya : suatu tempat (Air laut) biarpun
sederhana hanya beralaskan pasir tapi dapat menjadi tempat bernaungnya
kehidupan lain dan mengantarkannya ketujuan.
tidak takut sampai terusir
langit mendung terasa sepi
langit mendung terasa sepi
Maknanya : tidak takut sampai terusir merupakan makna sebenarnya
menyatakan sikap berani walaupun akhirnya akan teringkirkan.Namun pada kalimat langit mendung terasa sepi menyakan bahwa dengan
terusirnya itu suasana akan berubah jadi sepi dan kehadirannya akan selalu di
rindukan untuk mengembalikan suasana.
Untuk menyamakan bunyi ( Rima) pantun dan jumlah kata dalam
kalimat sampiran dan isi pantun , Pemantun juga dapat mengurangi kalimat sebenarnya
atau merubah letaknya agar dalam mengucapkannya lebih indah didengar.
Misal :
Batang sukun bibit diakar
tanpa akar batangpun roboh
tanpa akar batangpun roboh
Para pemantun memanglah pintar
Walau pintar merasa
bodoh
Atau pantun berikut
Tanam buah kelapa pohon
Tanah subur banyak humusnya
Dengan ramah kami memohon
Agar makmur apa rumusnya
Pada pantun kedua jelas terlihat Tanam buah kelapa pohon untuk menyampaikan
maksud dari isi Dengan ramah kami
memohon pemantun meletakkan kata
pohon di akhir kalimat. Sedangkan Agar
makmur apa rumusnya. Dalam keseharian sering di ucapkan Agar makmur apa kuncinya
Ini dilakukan karena ingin menyamakan bunyi rima Tanah subur banyak humusnya. Tentu pula ini terjadi dalam pantun
lisan lain halnya jika pantun terlebih dahulu dikarang pemantun lewat tulisan
mungkin pemantun akan memilih kalimat lain yang lebih lazim.