Senin, 23 Juli 2012

TRADISI MENYAMBUT BULAN RAMADHAN DI BANGKA BELITUNG ( Mandi Belimau Dusun Limbung Besa Jada Bahrin kec. Merawang )


TRADISI MENYAMBUT  BULAN RAMADHAN DI BANGKA BELITUNG
( Mandi Belimau Dusun Limbung Besa Jada Bahrin kec. Merawang )


Bagi umat islam,bulan ramadhan merupakan bulan yang special. Pada bulan ini Allah menjanjikan pahala yang berlipat-lipat dan pengampunan yang tidak terbatas kepada semua mahluk-Nya.Sebagian Umat muslim melakukan persiapan-persiapan khusus untuk menyambut datangnya bulan yang penuh barokah ini. Dibangka Belitung tradisi menyambut bulan ramadha dilaksanakan masyarakat untuk berziarah ke pemakaman, sedekah ruah dan mandi belimau yang dilaksanakan oleh masyarakat dusun limbung desa jada bahrin kecamatan merawang .
Tradisi ziarah kubur atau daerah lain menyebutnya NYEKAR tidak jauh berbeda dengan daerah lain, dan juga sedekah ruah yang dilaksanakan pada bulan Ruwahan atau sedekah ruwah merupakan tradisi penyambutan bulan suci Ramadhan. Ruwahan dilakukan pada bulan Sya`ban sehingga sering disebut dengan Nisfu Sya`ban, pada bulan ini masyarakat biasanya melakukan acara bersih kubur dan ziarah ke makam keluarga masing masing.
Pada pekan pekan pertengahan bulan Sya`ban masyarakat melaksanakan acara sedekah ruah dengan menyiapkan makanan,
"Tradisi ini merupakan bentuk penghormatan terhadap arwah orang yang sudah meninggal dan merupakan warisan dari Hinduisme,"
Ritual mandi belimau yang jarang dilaksanakan oleh umat muslim dibangka atau bahkan dunia. Hanya ddusun limbung jada bahrin saja yang melaksanakan ritual ini di Bangka Belitung.Bagi masyarakat didaerah ini, ramadhan merupakan bulan dimana mereka harus bertaubat sekaligus berharap keselamatan dan mendapat berkah.dengan cara mandi dengan air jeruk nipis atau penduduk asli menyebutnya mandi belimau upacara ini dilaksanakan dipinggir sungai limbung perbatasan desa jada bahrin dan desa kimak kecamatan merawang.mereka meyakini dengan mengadakan upacar ini ibadah puasa akan berjalan lancer derta akan tercapai keinginannya. Biasanya Mandi belimau dilaksanakan 1 minggu sebelum bulan ramadhan
Pelaksanaan ritual mandi belimau secara khusus memiliki tujuan :
1.       Mencari keinginan : keinginan untuk mendekatkan diri dengan Allah (dzikir),keinginan mendekatkan diri dengan Nabi Muhammad( Shalawat dan Sunah)keinginan malaikat (Tahmiad,Takbir,Tasbih)dan keinginan manusia (Doa terkabul)
2.       Meninggkatkan perbuatan mandi taubat serta sembahyang sunah taubat
3.       Meningkatkan ibadah Fadhu dan Sunah serta meningkatkan ibadah silaturahiml.namun ada juga masyarakat yang mengikuti upacara ini karena mengharapkan kesembuahan dari penyakit,limpahan rezeki kepandaian hingga dalam urusan jodoh.


Menurut kepercayaan masyarakat didaerah ini tradisi mandi belimau pertama kali diperkenalkan oleh Depati Bahrein,Seorang bangsawan keturunan Mataram,Yogyakarta yang melarikan diri bersama pasukan pengawalnya ke pulau Bangka  sekitar tahun 1700 dari kejaran pasukan belanda. Pada saat itulah depati bahrein melakukan ritual Mandi belimau.
Dalam pelestarian upacara adat ini Pemerintah daerah Bangka melalui dinas PARSENIBUD mengembangkan upacara adat ini tidak hanya untuk masyarakat limbung jada bahrin atau desa kimak saja.tetapi masyarakat dipulau Bangka banyak juga datang untuk mengikuti ritual ini atau sekedar menyaksikan pelaksanaan ritual.ada juga yang dating ke dusun limbung sekedar memenuhi undangan dari kerabatnya yang tinggal di dusun tersebut. Karena selain pelaksanaan ritual  di sungai masyarakat juga menjamu pendatang dengan hidangan nganggung di masjid atau menyediakan makanan dirumah mereka layaknya perayaan hari raya idulfitri.Kondisi ini jika tidak disikapi secara arif dan bijaksana makna nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi ini akan memudar sekedar seremonial budaya saja.

Sebagai sebuah Ritual

Kegiatan Mandi Belimau diawali dengan berziarah ke Makam Depati Bahrein yang terletak di wilayah Lubuk Bunter sekitar kurang lebih 8 km dari Desa Kimak. Dalam melakukan ziarah diisi dengan kegiatan membaca Surah Yasin serta memanjatkan do'a, dipandu oleh tokoh agama setempat.
Setelah selesai melakukan ziarah ke Makam Depati Bahrein, selanjutnya menuju ke Dermaga Lubuk Bunter kurang lebih 3 km dari lokasi makam. untuk menyeberangi Sungai Jada yang banyak di tumbuhi dengan pohon bakau, menggunakan perahu kayu untuk sampai ke Dusun Limbung tempat dilaksanakannya upacara adat Mandi Belimau.Seorang laki-laki bersorban membacakan doa yang di depannya terdapat kendi yang berisi air. Sementara lima laki-laki dengan mengenakan kain hijau, merah, kuning, hitam dan kelabu berdiri di belakangnya. Setelah itu, air yang di dalam kendi disiram kepada warga.
Ritual adat Mandi Belimau dimulai dari pengutaraan niat disertai doa yang dipimpin keturunan kelima Depati Bahrin (Haji Ilyasak) yang sekarang adalah pemuka adat Kecamatan Merawang. Dalam upacara ini Haji Ilyasak sebagai pemimpin mengenakan kain putih, sementara lima pemuka adat lainnya yang membantunya mengenakan kain berwarna hijau, merah, kuning, hitam dan kelabu. Tidak disebutkan apa makna yang tersirat dari perbedaan lima warna kain yang dikenakan oleh yang membantu ritual itu dan yang mempimpin. Sedangkan pelaksanaan mandinya sendiri dilakukan di depan Sungai Limbung, yang dimulai dari membasahi telapak tangan dari yang kanan, lalu telapak kiri, kemudian kaki kanan dan kiri yang diteruskan membasahi ubun-ubun dan seluruh anggota tubuh dengan guyuran air yang dicampur dengan jeruk limau.
Di sekitar tempat pelaksanaan upacara adat Mandi Belimau terdapat 5 (lima) macam kain berwarna yang bermakna :
1         .BIRU yang berarti Pemberani - Isroil Istana Jantung Tulang Ali.
2         MERAH yang berarti Panglima - Isrofil Istana Jantung Daging Usman.
3         KUNING yang berarti Pengrajin - Mikail Istana Urat Umar.
4         HITAM yang berarti Sabar Penyimpan Rahasia, Bersatu Jihad - Jibroil Istana Lidah Darah Abu Bakar
5         PUTIH yang berarti Kesucian - Titis Nur Muhamad SAW Al Ulama Miswhatul Mursyid

Air yang digunakan untuk pelaksanaan upacara adat Mandi Taubat yaitu air yang di ambil dari sumur kampung yang telah dibacakan mantera dan dicampur dengan :

1. Jeruk nipis 7 buah, syarat kode kain merah tanda panglima menguasai ilmu sakti. (Akek Pok )
2. Pinang 7 butir, syarat kode kain putih tanda kesucian batin pendekar (Depati Bahrein)
3. Bonglai kering, 76 iris, syarat kode kain hitau tanda pemberani , pemberantas jin dan iblis (Akek Jok) ahli ilmu politik.
4. Kunyit 7 mata, syarat kode kain kuning rajin bekerja, orang yang rajin musuhnya iblis, orang malas kawannya iblis (Akek Sak)
5. Mata mukot 7 jumput, bawang merah 7 biji, kode kain kelabu orang suka penurut. (Akek Daek)
6. Arang usang, kode kain hitam tanda sabar men­yimpan rahasia tanda bersatu jihad fisabillillah (Akek Dung)
sebelum pelaksanaan upacara mandi belimau,masyarakat melakukan ziarah kemakam depati Bahrin yang berada di lubuk bunter desa kimak,membacakan surat yasin dan membacakan doa yang dipandu oleh tokoh agama setempat.(ziarah ini sebagai pembuka acara mandi belimau semula dilaksanakan satu hari sebelum mandi belimau mengingat sekarang banyak diikuti oleh masyarakat yang dating dari luar juga oleh pembesar di provinsi Babel zizrah ke makam Depati bahrin dilaksanakan pagi hari sebelum mandi belimau pada hari yang sama )
Pada akhir pelaksanaan upacara adat Mandi Belimau dilaksanakanlah suatu tradisi adat Sepintu Sedulang yang di sebut "Nganggung", yaitu membawa makanan secara bergotong-royong ke suatu tempat untuk di nikmati bersama-sama (dalam hal ini Mesjid Dusun Limbung)
dalam kegiatan Mandi Belimau terdapat beberapa nilai yang dapat diambil
Nilai Keagamaan :
  Dapat dilihat dari tujuan awal dari upacara ini yaitu sebagai media penyucian diri untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan dapat juga dilihat dari pembacaan surat yasin ketika melakukan ziarah ke makam Depati Bahrein.
Nilai budaya dalam tradisi :
 terdapat pada penggunaan ramuan-ramuan,pementasa tarian, dan pantun yang dibacakan pembawa acara serta pembacaan mantra.Nilai ini juuga dilihat dari adanya keyakinan dari sebagian pengunjung bahwa mandi pada  upacara ini dapat mendatangkan jodoh.
Nilai Penghormatan kepada leluhur :
  dapat dilihat dengan pelaksanaan ziarah kemakan Depati Bahrein dan menggunakan pakaian dengan warna-warna yang diasosiasikan Depati Bahrein dan pengawalnya.dengan harapan agar para leluhur dapat membantu tercapainya tujuan baik yang dilandasi spirit keagamaan atau pribadi.
Nilai Sosial :
dapat dilihat pada acara penutup mandi belimau, yaitu sepintu sedulang,pada proses ini masyarakat dari segala lapisan masyarakat membawa makanan yang kemudian dimakan secara bersama-sama.
Nilai Hiburan : Sebenarnya nilai ini merupakan konsekuensi dan penetrasi dari kepariwisataan ketika acara tersebut ditambah dengan penampilan kesenian daerah setempat.

Kegiatan menyambut bualan Ramadan di dusun limbung desa jada bahrin ini sebagian dari kegiatan masyarakat menyambut datangnya bulan Ramadhan mungkin masih banyak lagi yang belum perpantau oleh penulis dengan demikian penulis mengharapkan dukungan dan partisipasi dari seluruh kalangan agar tradisi kita dapat diketahui oleh khalayak minimal di daerah kita sendiri.

Sumber : H. ILyasak (Sesepuh kampong)
                Usman ( kades Desa Jada)
                Masyarakat desa jada dan dusun limbung
                Masyarakat yang mengikuti acara ritual

Berbagai tulisan di media cetak dan elektonik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar