SEKILAS PINTAS TENTANG TEATER
( SENI PERTUNJUKAN/DRAMA/SENI
PERAN )
SATU
Kata Teater (yang
di-Indonesiakan) pada awalnya berasal dari bahasa
Yunani yaitu “ Theatron “ yang menurut asal pengertiannya adalah
tempat melakukan Upacara Ritual Keagamaan dan Adat Tradisi bangsa Yunani;
dimana merupakan suatu tempat yang sakral dan upacara tersebut dihadiri oleh
seluruh penguasa dan rakyat bangsa Yunani pada saat itu, sehingga terkesan
seperti sebuah pertunjukan budaya. Dalam perkembangannya upacara ritual
dan adat tradisi ini semakin diminati bukan hanya dihadiri oleh bangsa Yunani,
tetapi juga bangsa lain yang datang ke Yunani turut menyaksikan upacara
tersebut. Kemudian upacara ritual tradisi ini berkembang menjadi pertunjukan
budaya dan merupakan asset bangsa Yunani.
Sedangkan kata “ Teater “ (yang
di-Indonesiakan itu) di negara barat yang menurut kosa kata bahasa Inggris
yaitu “ Theatre “ yang berarti “ Tempat Pertunjukan “ (di dalam kamus bahasa
Inggris berarti Tempat Pertunjukan Film alias Bioskop), namun pada
perkembangannya Theatre disebut sebagai tempat pertunjukan, baik Film, Opera,
Drama dan sebagainya. Sebagai contoh ada “ Theatre Of Broadway “ sebuah tempat
pertunjukan drama yang eksklusif yang kapasitas penontonnya tidak lebih dari 50
orang. Di Indonesia kita mengenal “ Jakarta Theatre “ yaitu
tempat pertunjukan Film alias Bioskop,
atau “ TIM 21 Theatre “ dan di Jepang juga ada “
Theatre of Kabuki “ sebuah tempat pertunjukan drama tradisional Jepang yang
disebut Kabuki, atau sebelum terjadi pembongkaran dan pengembangan di Taman
Ismail Marzuki ada yang disebut “ Teater Arena dan Teater Tertutup atau
Teater Halaman “ nah dari contoh diatas ini jelas bahwa “ Teater “ memiliki
makna “ Tempat Pertunjukan “.
Sejalan dengan perkembangan zaman,
maka kata “ teater “ ( yang di Indonesiakan ), menjadi sebuah sebutan dalam
kesenian, yang kemudian diartikan sebagai pertunjukan. Selanjutnya yang terjadi
di Indonesia, kata “ teater “ telah divonis untuk disudutkan menjadi
sebuah sinonim atau sama dengan apa yang disebut drama. Yang mana drama pada
hakikatnya adalah seni peran. Kesalah kapahan ini menjadi berlarut-larut,
diabaikan penelusuran arti sebenarnya, bahkan dikaburkan dan telah diabadikan
bahwa teater adalah seni drama/seni peran seperti yang kita kenal.
Padahal yang namanya seni drama/seni
peran merupakan salah satu dari sebuah pertunjukan kesenian, baru pada
abad 21 oleh sementara orang dan atau oleh sebuah komunitas kesenian
disebut-sebut sebagai seni pertunjukan.
DUA
Apabila sebutan teater mempunyai makna sebagai pertunjukan
maka tentunya akan memiliki sebuah persyaratan, apakah persyaratan itu ?, yaitu
1). Ada Tempat Pertunjukan, 2). Ada yang melakukan pertunjukan/yang
mempertunjukkan, 3). Ada yang menonton pertunjukannya. Ketiga syarat inilah
yang perlu dipahami, apabila salah satu syaratnya tidak terpenuhi apakah itu
disebut pertunjukan ?, tentu saja perlu kajian yang baik terhadap hal ini. Jadi
bahwa teater yang sekarang kita anut di Indonesia, sebenarnya di Negara Barat
dikenal sebagai drama (seni drama/peran), yang pada zamannya di Indonesia pun
dahulu orang menyebutnya drama atau sandiwara atau tonil.
Nah, kita kupas sejenak saja
tentang drama, mengapa itu disebut drama ?, karena didalamnya dipertunjukkan
sebuah dramatisasi gerak, dialog, adegan sampai dramatisasi musik serta
pendukung lainnya seperti pada make up, kostum, pencahayaan dan sebagainya.
Demikianlah di Indonesia ini telah
cukup banyak kesalah kaprahan alias kesimpang siuran sebuah informasi atau sebutan,
dan anehnya itu semua menjadi sah-sah saja, lalu diabadikan apabila semua orang
telah mengakuinya sebagai sebuah keberadaan.
Oleh karenanya kita harus lebih
cerdas dan arif menyikapi semua itu, untuk kemudian menelaah serta mengkajinya
lebih dalam hakikat maknanya. Kita harus lebih berhati-hati menentukan suatu
sebutan atau istilah dalam dunia kebudayaan yang berasal baik dari dalam maupun
dari luar negeri.
Namun demikian kalau kita mau ikut arus saja ya bolehlah
menyebut teater sebagai seni drama, tapi lalu apakah hal ini tidak perlu
diluruskan ? Kiranya kita harus memberikan pandangan yang jelas dan tegas
terhadap hal seperti ini.
Jadi untuk meluruskannya alangkah
lebih baiknya kita sepakat dan lebih bijak bahwa yang disebut “ Teater “ itu
adalah Tempat Pertunjukan, apabila kita akan mengidentifikasi lebih luas dan
sarat, maka boleh kita sebut bahwa
“ Teater “ adalah
Pertunjukan (Seni Pertunjukan) atau bisa pula kita sebut bahwa “ Teater “
merupakan Tempat berkumpulnya sekelompok Orang yang berprofesi dan melakukan
pertunjukan seni drama/seni peran
(sebagai
contoh Teater Bulungan jadi maknanya adalah tempat berkumpulnya / kelompok
orang yang melakukan kegiatan pertunjukan seni drama/seni peran dengan nama
Bulungan).
TIGA
Di Negara Barat seni pertunjukan drama yang berkembang
adalah drama panggung, lalu Opera, Operette, Preview dan sebagainya yang sudah
berkembang sejak abad ke 18. Selain itu pada hakikatnya yang disebut
Opera/Operette/Preview adalah drama musical yang diiringi dengan musik
Orkestra. Tokoh-tokoh seni drama/seni peran yang terkenal / pernah kita dengar
dari Negara barat contohnya seperti Growtovsky, Stanislavsky,
Shakespeare, Bernard Shaw, Anton P. Chekov, Nikolaj Gogol, Molliere dan
sebagainya.
Sedangkan di Indonesia, pertunjukan drama / seni peran sudah
ada sejak zaman kerajaan. Pada masa itu kelompok-kelompok kesenian tersebut
berasal dari rakyat biasa, namun mereka sering dipanggil untuk menghibur di
lingkungan kerajaan. Dan apabila kerajaan mempunyai hajat besar semua rakyat di
kerajaan tersebut boleh hadir untuk menyaksikan pertunjukan kesenian dimaksud,
oleh karena itu dikenallah kelompok kesenian itu dengan sebutan Teater Rakyat /
Pertunjukan Kesenian Rakyat, karena dilakukan oleh rakyat untuk rakyat.
Jenis-jenis Kesenian Rakyat yang dikenal sampai saat ini
antara lain; di Jawa Tengah dan Jawa Timur ada Kethoprak, Ludruk, Wayang (kulit
atau Wong/Orang), Penthul dan sebagainya. Di Jawa Barat ada Longser, Wayang
Golek, Topeng Cirebon, Sintren dan sebagainya, di Bali ada Topeng Pajegan,
Wayang Kulit Bali dan sebagainya, di Jakarta (Betawi) ada Lenong, Topeng
Jantuk, Samrah dan sebagainya di Sumatera Barat ada Randai dan sebagainya dan
banyak lagi.
Barulah pada abad ke 20, teater
modern dari Negara barat diperkenalkan secara aktif di Indonesia begitu pula
naskah - naskahnya seperti naskah karya – karya Shakespeare, Bernard Shaw,
Bertold Brech, Anton P. Chekov, Nikolaj Gogol dan sebagainya.
Kemudian oleh tokoh-tokoh seniman
seni pertunjukan dikembangkan bahkan dari mereka ada yang naskahnya dipengaruhi
oleh Anton Chekov atau Molliere. Tokoh-tokoh teater/seni pertunjukan/drama/seni
peran dari Indonesia yang terkenal antara lain seperti Rendra, Putu Widjaya, D.
Djayakusuma (Alm), Wahyu Sihombing (Alm), Roedjito (Alm), Motinggo Boesye,
Saini K.M., N. Riantiarno, Aldisar Syafar, Adi Kurdi dan sebagainya. Mereka
inilah yang memperjuangkan supaya seni drama/peran/ pertunjukan/teater dapat
eksis di tengah masyarakat Indonesia.
EMPAT
Sebagai seni pertunjukan seni drama/peran
(yang oleh banyak orang disebut “ teater “ itu) di dalamnya memiliki berbagai
komponen dan jenis kesenian, mengapa demikian karena ia mempunyai berbagai
hubungan dengan komponen dan jenis kesenian lain, yaitu seperti; Seni Sastra
(dalam naskah/scenario), Seni Gerak (dalam pemanfaatan tubuh), Seni Musik
(dalam Illustrasi atau bunyi yang mengangkat suasana dramatic), Seni Rupa
(dalam Kostum, Tata Rias, Artistik, Sett dekorasi, Tata Cahaya dsb).
Jadi secara lebih luas “ teater “
dapat juga disebut “ Suatu tempat pertunjukan yang didalamnya
disajikan/ditampilkan komponen-komponen dan atau jenis-jenis kesenian yang
dikolaborasi/dikemas menjadi suatu kesatuan sebagai sebuah lakon pertunjukan,
oleh sekelompok orang yang mempertunjukkan seni budaya dan dihadiri/disaksikan
oleh orang-orang yang menonton pertunjukan dimaksud baik dalam bentuk upacara
maupun hiburan belaka.
Disamping itu yang diperkenalkan di
Indonesia dalam dunia seni pertunjukan/peran/ drama ada 2 (dua) kelompok yaitu;
Tradisional dan Modern. Yang tradisional itu adalah seperti Lenong, Wayang,
Ludruk, Kethoprak, Topeng dan lain-lain, Yang Modern (di Indonesia) adalah
Drama Modern, Opera, Preview dsb.
Contoh perbedaan antara Drama
(“teater”) Tradisional dengan Drama (“teater”) Modern antara lain;
TRADISIONAL
|
MODERN
|
1.
Naskah merupakan plot-plot cerita/lakon/ adegan selebihnya adalah permainan
dialog improvisasi
2.
Peran yang dimainkan biasanya adalah tokoh pahlawan terkenal di suatu
wilayah/daerah yang dikenal dan akrab dengan masyarakat daerah itu, atau nama
nama pribadi masing-masing.
3.
Tempat pertunjukan biasanya berbentuk arena, melingkar, atau tapal kuda, yang
pada perkembangannya sekarang dapat pula dipertunjukkan di panggung
proscenium.
4. Iringan musik biasanya
menggunakan jenis musik tradisional seperti gamelan, gambang kromong,
kentrung dsb.
5. dsb.
|
1.
Naskah merupakan bentuk naskah utuh yang berisikan dialog pada setiap peng
adeganan, yang dilengkapi scenario bloking, moving, adegan serta petunjuk set
dekorasinya.
2.
Peran biasanya lebih luas, baik yang ada pada tradisional maupun kehidupan
sehari-hari, dengan nama-nama orang yang sering didengar di masyarakat.
3.
Tempat pertunjukan lebih banyak meng gunakan panggung proscenium atau arena
bentuk tapal kuda.
4.
Iringan musik pun lebih luas, bisa jenis musik modern, tradisional atau benda
– benda yang menghasilkan bunyi, atau bunyi-bunyian utuh seperti yang ber
kesan bunyi pada alam semesta ini.
5.
dsb.
|
LIMA
Hubungan seni
Peran/Drama/”Teater” dengan disiplin seni yang lain
Seni Peran/Drama/”Teater” memiliki
hubungan yang sangat erat dengan disiplin seni yang lainnya, dan merupakan sebuah
kesatuan apabila telah dikemas menjadi sebuah pertunjukan, adapun hubungan
tersebut antara lain;
2. Hubungan
dengan Seni Rupa : Dalam hal Set Dekor, Tata Busana, Tata
Rias dan Tata Cahaya , merupakan hasil karya seni rupa yang sangat berbobot
sehingga dapat dinikmati dengan kasat mata oleh penonton, dimana terdapat warna-warna
dan hasil karya seni rupa baik tiga dimensi maupun dua dimensi yang disajikan
dalam sebuah kesatuan pertunjukan.
3. Hubungan
dengan Seni Musik : Dalam hal ilustrasi musik yang dikemas dalam
suatu pengadeganan, merupakan hasil karya seni musik yang dikemas apik dan
selaras untuk mendukung suasana dalam pengadeganan. Bahkan didalam Opera seni
musik menjadi faktor utama dalam pertunjukan tersebut dan pemain harus
menguasai seni musik guna menyanyikan dialog-dialog dalam pertunjukannya.
5. Hubungan
dengan Seni Pertunjukan Media Layar Lebar/Kaca (Film/TV) : Seni
Peran/ ”Teater” sangat berperan dalam Film dan TV, karena pada dasarnya sebelum
adanya film dan TV seni pertunjukan/Peran/Drama/Teater itu sudah ada lebih
dulu. Untuk berperan didalam Film / TV memerlukan orang-orang atau pelatihan
dengan dasar-dasar Teater yang kuat sehingga pertunjukan Film/TV akan menjadi
lebih hidup dan berkualitas, bahkan seorang presenter perlu melakukan pelatihan
dasar seni teater seperti improvisasi, vocal, konsentrasi, mimik, dan banyak
lagi yang dapat mendukung penampilannya.
Oleh karenanya jelas sudah bahwa “
teater “ merupakan seni pertunjukan karena semua unsur ada didalamnya. Dari
uraian di atas mudah-mudahan akan memberikan motivasi kepada saudara untuk
lebih kreatif, aktif, dan berkualitas dalam melakukan pelatihan seni
pertunjukan (Seni Peran/Drama/ “ Teater “). Selanjutnya terserah anda.
Tanpa mengurangi rasa hormat saya
kepada anda, mari kita bertukar pikiran dan membangun semangat melakukan
pengembangan dan pelestarian bagi dunia teater di masa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar