Dunia Radio
Dunia Radio
Radio sebagai salah satu pilihan media hiburan dan informasi ternyata
tidak kalah pamor dengan media cetak maupun elektronik. Info kesehatan,
teknologi, gaya hidup, info seni, dan budaya, berita politik, ekonomi,
kriminalitas, agama, bahkan gossip artis bisa di dengar secara gratis
Dari subuh hingga tengah malam. Radio bisa menjadi ‘teman’ di mana saja,
kapan saja, dan apapun yang sedang anda lakukan. Dikamar tidur, di
ruang makan, atau di mobil. Pada pagi, siang, sore, atau malam hari.
Sambil tiduran , sambil belajar, sambil makan, bahkan sedang bekerja di
kantor, suara radio mengalun mengisi hari-hari.
Pengertian “Radio”
menurut ensiklopedi Indonesia yaitu penyampaian informasi dengan
pemanfaatan gelombang elektromagnetik bebas yang memiliki frequensi
kurang dari 300 GHz (panjang gelombang lebih besar dari 1 mm). Sedangkan
istilah “radio siaran” atau “siaran radio” berasal dari kata “radio
broadcast” (Inggris) atau “radio omroep” (Belanda) artinya yaitu
penyampaian informasi kepada khalayak berupa suara yang berjalan satu
arah dengan memanfaatkan gelombang radio sebagai media. Sedangkan
menurut Versi Undang-undang Penyiaran no 32/2002 : kegiatan
pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana
transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan
spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya
untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat
dengan perangkat penerima siaran, yang dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan.
Radio merupakan media massa auditif, yakni
dikonsumsi telinga atau pendengar sehingga isi siaran berifat sepintas
lalu dan tidak dapat di ulang. Pendengar tidak mungkin mengembalikan apa
yang sudah di bicarakan sang penyiar seperti membalikkan halaman Koran
atau majalah. Karena bersifat sepintas lalu, informasi yang disampaikan
penyiar radio harus jelas dengan bahasa yang mudah dicerna oleh
pendengar. Siaran radio bisa disimak oleh siapa saja, menembus
batas-batas geografis, demografis, suku, ras, agama, dan antar golongan,
juga kelas sosial. Hanya tunarungu yang tidak mampu menikmati siaran
radio. Bahasa yang digunakan bukan bahasa tulisan, tetapi gaya
percakapan sehari-hari. Tak heran bahasa-bahasa percakapan yang unik
muncul dari dunia radio yang diperkenalkan penyiar menjadi sesuatu yang
trend.
Radio identik dengan musik atau lagu sehingga dijadikan
media utama dalam memperdengarkan musik atau lagu. Umumnya, musik
merupakan kekuatan yang dimiliki sebuah stasiun radio untuk menyedot
pendengar. Misalnya, sebuah stasiun radio sengaja memilih format lagu
pop agar para penikmat musik satu itu menjadi pendengar setianya , radio
menghasilkan gambar dalam imajinasi pendengar dengan kekuatan kata dan
suara. Siaran radio merupakan seni memainkan imajinasi pendengar melalui
kata dan suara, yang disebut dengan Theater of Mind. Pendengar hanya
bisa membayangkan apa yang dikemukakan termasuk sosok sang penyiar
radio. Radio adalah alat yang akrab dengan pemiliknya. Jarang ada
sekelompok orang mendengarkan siaran radio di suatu tempat. Biasanya,
seseorang mendengar radio di kamar tidur, di dapur, atau di dalam mobil.
Radio begitu dekat dengan pendengarnya. Penyiar radio menyapa para
pendengar secara personal. Sang penyiar seakan berbicara dengan satu
orang pendengar, bukan banyak pendengar.
Paduan kata-kata, lagu, dan
efek suara dalam siaran radio begitu terasa hangat dan mampu
memengaruhi emosi pendengarnya, memberikan semangat hidup, menghibur
dikala sedih dengan lagu-lagu, betrindak seakan ‘teman baik’ bagi
pendengar.
Tingkat persaingan stasiun radio dewasa ini cukup tinggi
dalam merebut perhatian audien. Program radio harus dikemas sedemikian
rupa agar menarik perhatian dan dapat diikuti sebanyak mungkin orang.
Jumlah stasiun radio yang semakin banyak mengharuskan pengelola stasiun
untuk semakin jeli membidik audiennya. Setiap produksi program harus
mengacu pada kebutuhan audien yang menjadi target stasiun radio. Hal ini
pada akhirnya menentukan format stasiun penyiaran yang harus dipilih
.“The programming of most station is dominate by one principal content
element or sound known as format” (program sebagian besar stasiun radio
didominasi oleh satu elemen isi atau suara yang utama yang dikenal
dengan format). Dengan kalimat lain dapat dikatakan bahwa format adalah
peyajian program dan musik yang memiliki ciri-ciri tertentu oleh stasiun
radio. Secara lebih sederhana dapat dikatakan format stasiun penyiaran
atau format siaran radio dapat didefinisikan sebagai upaya pengelola
stasiun radio untuk memproduksi program siaran yang dapat memenuhi
kebutuhan audiennya.
Setiap program siaran harus mengacu pada
pilihan format siaran tertentu seiring makin banyaknya stasiun penyiaran
dan makin tersegmennya audien. Format siaran diwujudkan dalam bentuk
prinsip prinsip dasar tentang apa, untuk siapa, dan bagaimana proses
pengolahan suatu siaran hingga dapat diterima audiens. Ruang lingkup
format siaran tidak saja menentukan bagaimana mengelola program siaran
(programming) tetapi juga bagaimana memasarkan program siaran itu
(marketing). Format siaran dapat ditentukan dari berbagai aspek,
misalnya aspek demografis audien seperti kelompok umur, jenis kelamin,
profesi, hingga geografi. Berdasarkan pembagian tersebut, maka munculah
stasiun penyiaran berdasarkan kebutuhan kelompok tersebut.
Pada
stasiun penyiaran radio terdapat beberapa format, misalnya radio
anak-anak, remaja, muda, dewasa, dan tua. Berdasarkan profesi, perilaku,
atau gaya hidup ada radio berformat: professional, intelektual, petani,
buruh, mahasiswa, nelayan, dan sebagainya. Menurut Joseph Dominick
(2001) format stasiun penyiaran radio ketika diterjemahkan dalam kegitan
siaran harus tampil dalam empat wilayah,yaitu:
1. Kepribadian (personality) penyiar dan reporter;
2. Pilihan musik dan lagu;
3. Pilihan musik dan gaya bertutur (talk); dan
4. Spot atau kemasan iklan, jingle, dan bentuk bentuk promosi acara radio lainnya
Menurut Pringle-Star-McCavitt (1991) ”seluruh format stasiun radio itu
dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu: format musik,
format informasi, dan format khusus (speciality)”. Format siaran
diwujudkan ke dalam berbagai bentuk prinsip-prinsip dasar tentang apa,
untuk siapa, dan bagaimana proses pengolahan suatu siaran hingga dapat
diterima oleh audiens. Kemunculan format stasiun atau spesialisasi
siaran yang disebut narrowcasting, akibat dari banyak tumbuh
berkembangnya stasiun radio. Sejalan dengan perkembangan jaman yang
terus berubah, format stasiun justru sekarang menjadi salah satu
identitas sebuah stasiun radio. Selain itu, format bisa menjadikan suatu
radio diakui eksistensinya dan memiliki pendengar yang khas.
Program variety show adalah suatu program sajian yang terdiri dari
sejumlah kombinasi dari beragam format acara, yang dikemas secara
dinamis dan menarik dengan diselingi sisipan musik dan efek suara.
Program variety show terdiri dari beberapa segment berupa tips dan trik,
wawancara, kuis, permintaan lagu, info aktual, gossip, dialog
interaktif, dan lain-lain. Program variety show sejak memasuki 1990-an
hingga sekarang menjadi format program unggulan pada waktu siar pukul
06.00 – 10.00 (prime time)
Dalam upaya mengembangkan kreatifitas
program yang inovatif dan berorientasi kepada kualitas perlu adanya
kerjasama personil Radio yang membidangi tugas masing-masing. Sebagai
contoh pada penyelenggaraan siaran Pro 1 RRI perlu dibentuk “Tim Kreatif
Siaran”. Sekelompok orang dari berbagai peran dan status yang
ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada Kepala Satuan Kerja
masing-masing RRI untuk memantau, mengevaluasi dan merancang konten baru
serta pengemasan acara-acara yang diselenggarakan oleh Pro1 untuk kurun
waktu tertentu.. Tim Kreatif dapat bersifat permanen satu tahun atau
adhoc. Secara umum tugas pokok seksi Tim kreatif tersebut dapat meliputi
:
- Melaksanakan tugas pekerjaan secara kolektif, dipimpin seorang koordinator.
- Koordinator bertugas mendistribusi peran dan tanggungjawab seluruh anggotanya.
- Anggota tim kreatif melaksanakan tugas dari koordinator secara intensif.
- Bertugas memantau siaran Pro1 dan radio kompetitor lainnya yang
sejenis sebagai bahan masukan rancangan penyempurnaan siaran Pro1.
- Melakukan evaluasi pelaksanaan siaran masing-masing mata acara Pro1.
- Merancang gagasan, program dan penyajian bagi penyempurnaan siaran pro1.
Produser Pelaksana
- Bertugas dan bertanggung jawab atas keberlangsungan siaran pada waktu dinasnya (daypart) kepada KABID/KASIE siaran.
- Bertanggung jawab atas pelaksanaan produksi siaran sesuai dengan
format, karakter penyiar, dan pengemasan sesuai standar siaran Pro1.
- Memimpin dan mengarahkan Tim Produksi dalam penentuan dan pencarian
topik, narasumber, sudut pandang (angle), dan pemutaran musik/lagu
- Menyiapkan bahan-bahan referensi dan pendukung bagi pelaksanaan acara siaran.
- Hadir satu jam sebelum pelaksanaan jam dinasnya.
- Melakukan pencatatan dan pelaporan pelaksanaan tugas pada waktu dinasnya.
Pengarah Acara
- Bertugas dan bertanggung jawab atas keberlangsungan pelaksanaan acara siaran pada waktu dinasnya (daypart) kepada Produser.
- Bersama Produser terlibat dalam penentuan topik, narasumber, sudut pandang (angle), dan musik/lagu.
- Melakukan tugas sebagai traffic (penghubung dan penerima arus
komunikasi dari luar studio, terutama kepada narasumber dan reporter).
- Melakukan koordinasi teknis dengan presenter di studio dan operator siaran.
- Mengarahkan operator studio terkait pemutaran spot iklan/ILM.
- Hadir satu jam sebelum pelaksanaan tugasnya.
- Mengisi pelaksanaan Daftar Acara Siaran.
Presenter/Penyiar :
- Bertugas dan bertanggung jawab atas keberlangsungan pelaksanaan acara siaran pada waktu dinasnya (daypart) kepada Produser.
- Bersama Produser terlibat dalam penentuan topik, narasumber, sudut pandang (angle) dan musik/lagu.
- Melakukan tugas sebagai presenter kesinambungan siaran, presenter dialog, dan program acara lain pada jam dinasnya.
- Mengikuti arahan produser dan pengarah acara dalam melaksanakan tugasnya di dalam ruang studio.
- Menyiapkan referensi literatur dan materi penunjang siaran yang dibawakannya.
- Hadir satu satu jam sebelum jam dinasnya.
Gatekeeper:
- Satu orang atau lebih berdasarkan kebutuhan.
- Bertugas melakukan penggalian (pendalaman) informasi, melakukan
up-dating informasi siaran, membuat naskah berita yang baru diperoleh
dari narasumber (diluar berita yang dibuat tim redaksi).
- Dalam
siaran berita, mengontrol perkembangan hasil liputan reporter,
menginformasikan kepada reporter radio di lapangan berbagai kejadian
baru yang lepas dari pantauan reporter untuk segera diliput.
-
Menerima dan menyaring setiap pendengar yang akan berpatisipasi dalam
siaran interaktif, mengakses nara sumber baik yang sudah terprogram
maupun insidetil untuk pengembangan konten siaran.
Operator:
- Bertugas dan bertanggung jawab atas keberlangsungan acara, khususnya
terkait masalah teknis audio, komunikasi luar studio, komunikasi dengan
presenter, pemutaran spot dan lagu, pada waktu dinasnya kepada Pengarah
Acara.
- Melakukan tugas sebagai petugas operator sesuai arahan pengarah acara.
- Selalu berkomunikasi dengan presenter untuk menjaga harmoniasi siaran.
- Hadir satu satu jam sebelum jam dinasnya
Kekuatan siaran ada pada kecerdasan, ekspresi dan gaya
presenter/penyiar. Penyiar RRI harus memiliki keahlian tambahan sebagai
News Caster, sosok yang memiliki kemampuan dibidang jurnalistik (penyiar
yang juga jurnalis). Penyiar yang bisa wawancara, Report On the Spot
(ROS), membuat berita, menjadi moderator dan kemampuan jurnalistik
lainnya. Kecerdasan: Kekayaan referensi merupakan modal dasar yang
mutlak dimiliki penyiar. Hanya dengan referensi yang banyak dan benar,
ia mempunyai ketahanan dan kemampuan bicara dalam keadaan bagaimanapun.
Seorang penyiar memiliki kemampuan “pengambilan keputusan diplomasi
diudara” ketika datang tiba-tiba serangkaian serangan statemen dari
pendengar dan narasumber dengan kalimat-kalimat yang seharusnya tidak
diungkap di udara. Artinya keahlian untuk membelokkan statemen, ungkapan
kotor dan sejenisnya pada jalur semula dengan cara yang lebih santun.
Ekspresi penyiar identik dengan kemampuan berpantomim. Pantomim suatu
seni menyampaikan pesan lewat bahasa tubuh. Melalui pergerakan tubuh
yang unik dan menarik, penonton bisa tertawa, sedih bahkan ada yang
berterik histeris. Ekspresi dalam konteks siaran radio, juga memiliki
tujuan yang sama dengan pantomim. Mempengaruhi telingan pendengar dengan
seni penekanan pada suku kata, pada penggalan kalimat tertentu dan
sejenisnya, sehingga membuka keinginan seseorang untuk mendengarkan
pesan lebih jauh atau bahkan orang menjadi terpukau, akhirnya pesan
dapat dipahami. Ada yang cukup dengan menyampaikan kalimat-kalimat
tertentu dengan tegas melalui suara yang lebih berwibawa, ada yang cukup
dengan menurunkan speed atau sebaliknya mempercepat speed dan ada pula
yang mengulangi pengucapan kata-kata penting dengan tujuan agar
pendengar lebih paham terhadap pesan yang disampaikan. Ekspresi biasanya
selalu dihubungkan dengan kekuatan konten. Semakin penting konten itu,
ekspresinya semakin mudah dimainkan. Semakin baik pengkalimatan suatu
pesan, akan semakin mudah diekspresikan. Dengan demikian dapat diambil
pengertian lebih ekstrim, bahwa mengekspresikan sangat berbeda dengan
membacakan.
Pelaksana siaran lain yang sangat strategis adalah
Music Director/Penyelia Musik. Bagi radio hiburan, penyelia musik
sangat dominan. Tugasnya bukan sekedar memilih lagu tetapi mempunyai
kemampuan manajerial khusus “merotasi lagu (music rotation). Semua lagu
yang diputar selalu sejiwa dengan segmen pendengar yang dituju. Untuk
“radio more music” (total musik), sangat penting mengkarakter rotasi
lagu sebagai pembentuk segmen pendengar. Bagi radio yang berformat
berita, musik merupakan penyekat (breaking instrument), alat penyegar
(coolling fresh). Begitu pentingnya musik, maka rotasi musik sangat
menentukan karakter segmen pendengar yang dituju.
Penempatan
penyelia musik dalam tim siaran sangat penting. Sesuai dengan sifatnya
yang auditif maka pengkarakteran lagu mutlak ada, karena hanya dengan
cara itu pembentukan citra radio akan semakin cepat. Bahkan menumbuhkan
public trust dari kecermatan manajerial rotasi lagu. Perotasian
lagu-lagu selalu menggunakan rumus High, Middle dan Low, atau diputar
sebaliknya Low, Middle dan ke arah High.
(Buku pedoman penyelenggaraan siaran RRI hal 35-39)
Adanya media radio memberi nuansa positif dalam penyebar luasan
informasi . Meningkatnya pemahaman masyarakat tentang program
pendidikan akan meningkatkan kemauan masyarakat untuk terlibat dalam
mensukseskan program-program yang dicanangkan pemerintah. Secara
sederhana dapat kita sadari bahwa program siaran dari media radio akan
memberi pembelajaran kepada masyarakat pendengar yang akhirnya akan
meningkatkan wawasan dan pengetahuan masyarakat
Keberhasilan dalam
mutu Siaran Radio antara lain ditentukan kualitas manajemen. Karenanya
program ini akan semakin efektif apabila dikelola secara ahli. Berbagai
produk teknologi komunikasi/ informasi, termasuk di dalamnya media
radio, memiliki ciri khas, yaitu menjanjikan kecepatan, ketepatan,
kepraktisan dan kualitas dalam mencari, mengumpulkan menyeleksi,
mengolah dan menyajikan informasi. Sesuai dengan ciri khas media radio
sebagai salah satu produk teknologi elektronika maka menjadi keharusan
bahwa manajemen yang diterapkan dalam penyelenggaraan siaran harus
manajemen yang dinamis.
Agar siaran radio bisa didengar dan berhasil
menjadi media peningkatan wawasan dalam proses belajar yang ditunjuk
sebagai pengelola, hendaknya berperan aktif melaksanakan prinsip-prinsip
organisasi terutama koordinasi kepada kelompok pendengar agar selalu
memonitor dan mengikuti siaran. Media radio yang menyiarkan siaran radio
tidak ada salahnya jika senantiasa memutar “promo acara” agar siaran
ini dapat diketahui. Untuk mendapatkan produksi paket siaran radio yang
berkualitas, hendaknya tetap komit mengaktualisasikan prinsip dan fungsi
manajemen yang dinamis, sehingga dapat dihasilkan mutu paket yang
menarik, enak diikuti juga pesan yang disampaikan diterima, yang pada
akhirnya bisa mempengaruhi pola pikir dan perilaku pendengar.
Pihak-pihak yang terlibat dalam radio hendaknya duduk bersama menentukan
langkah terbaik serta berkoordinasi dengan stakeholders dan instansi
terkait agar siaran dapat efektif.
Jika fungsi dari media radio
telah diketahui, serta banyak manfaat yang dapat diambil apalagi dengan
adanya manajemen yang baik, maka kenapa tidak kita menggunakan radio
sebagai media untuk menjalakan suatu program melalui siaran radio.
Radio dan media lain
Apabila dibandingkan dengan televisi, radio memiliki beberapa
kelebihan, diantaranya memiliki biaya operasional yang lebih murah,
lebih cepat dalam penyebarluasan informasi, dan dapat lebih luas
jangkauannya. Oleh karena itu radio masih tetap merupakan salah satu
media elektronik yang diminati banyak orang. Saat ini masih sekitar 39,3
% dari penduduk dewasa di lima kota besar di Indonesia yang
mendengarkan radio (AC Nielsen Media Index 2001. Hal ini menunjukkan
potensi pendengar radio sangat besar dan radio dapat dijadikan pilihan
sebagai media yang efektif untuk penyebarluasan informasi. Radio siaran
pada umumnya menampilkan musik sebagai materi utama, karena radio
merupakan sarana hiburan, dan acara-acara lainnya dapat berupa
interaktif, Talk Show, berita, dan lain-lain, sesuai dengan target dan
sasaran radio siaran tersebut.
Apabila dibandingkan dengan media informasi yang lainnya radio memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :
- cepat (semua dapat disiarkan secara langsung, tidak rumit seperti tv, dan lama seperti koran/majalah)
- murah (harganya lebih murah dibandingkan tv, walau lebih mahal dari
koran/majalah, tetapi koran/majalah harus dibeli tiap waktu)
- akrab (bisa didengar dimana saja, kapan saja, lebih simple dibanding tv)
- lebih imajinatif (dengan efek suara, dan gaya penyiar dapat lebih imajinatif dibanding tv)
- jangkauannya lebih luas (radio dapat menjangkau wilayah lebih luas daripada tv)
- Mudah dipahami (untuk mendengar radio tidak diperlukan keahlian khusus, seperti kemampuan membaca)
- Interaktif (pendengar dapat berpartisipasi langsung pada acara radio, baik melalui telepon, atau datang langsung ke studio)
Walaupun demikian, radio juga memiliki kekurangan atau kelemahan, diantaranya :
- sekilas dengar (apa yang didengar mudah untuk dilupakan, dan sekali tidak bisa diulang)
- sifat kelokalan radio sangat tinggi
- waktu sangat berharga
- tidak dapat dilihat
Karakter Radio dipandang secara ambivalen. Di satu pihak dilihat hanya
sebagai sarana hobby, di pihak lain sebagai institusi sosial. Sebagai
sarana hobby,kehadirannya hanya untuk memenuhi fungsi psikologis bagi
penggunanya, karenanya tidak perlu dibebani dengan fungsi sosial
Pengguna disini dari dua sisi, yaitu pengelola dan pendengar. Pengelola
dan pendengar adalah para hobbyist, yang memuaskan dorongan-dorongan
psikologis untuk memperoleh kesenangan. Karenanya pengelola disini dapat
digolongkan sebagai amatir. Sebaliknya sebagai institusi sosial,
kehadirannya dilekati dengan fungsi yang harus dijalankannya dalam
sistem sosial. Keberadaan dalam sistem sosial ini melahirkan pengelola
sebagai aktor sosial yang harus menjalankan fungsinya sesuai dengan
harapan (expectation) dari masyarakat. Harapan inilah yang menformat
fungsi yang harus dijalankan oleh media massa sebagai institusi sosial.
Ia dapat berupa dorongan psikologis, tetapi yang tak kalah pentingnya
adalah dorongan sosiologis. Jika dorongan pertama
membawa seseorang
ke dunia dalam yang bersifat subyektif, maka dorongan kedua membawa
seseorang ke dunia luar yang bersifat empiris obyektif.
Media massa akan mensuplai masyarakatnya untuk dapat memasuki dunia yang dipilihnya.
Materi informasi fiksional semacam musik akan membawa penggunanya ke
dunia subyektif, sedang materi faktual seperti berita (news) digunakan
sebagai dasar memasuki dunia sosial empiris. Pilihan seseorang akan
informasi ditentukan oleh posisinya dalam sistem sosial. Seseorang yang
memiliki peran dalam sistem sosial, semakin diperlukan materi informasi
faktual.
Semakin tidak berperan, semakin tidak diperlukan informasi
faktual, sebab yang diperlukan hanya materi fiksional yang dapat
menyenangkan secara psikologis. Selain itu dorongan seseorang akan
informasi bisa juga karena pembiasaan (conditioning) dari dinamika
sosial di luar dirinya. Jika bertahun-tahun hanya memperoleh tipe
informasi tertentu, maka kebutuhannya akan informasi akan terformat,
seolah-olah hanya seperti yang biasa diterimanya. Atau peran sosial
seseorang dapat dijalankan tanpa landasan dunia empiris obyektif.
Kekuasaan yang determinan misalnya, bisa menyebabkan seseorang tidak
memerlukan informasi faktual, sebab keputusan-keputusannya dapat
dijalankan secara paksaan (coercion). Dengan demikian keberadaan media
massa sangat ditentukan oleh lingkungan sosiologis dari sistem
sosialnya. Kehadiran radio swasta di Indonesia tak terlepas dari
perubahanperubahan dalam masyarakat. Embrio radio swasta mulai terasa
terutama dari eksperimen elektronik dari kelompok-kelompok amatir. Baru
pada awal Orde Baru, radio non pemerintah dimanfaatkan dalam fungsi
sosial. Tetapi secara umum, radio non-pemerintah tetap lebih banyak
sebagai sarana hobby. Baru belakangan stasiun-stasiun ini diwajibkan
dalam bentuk badan usaha resmi. Hanya saja. Disampaikan pada Seminar
Peranan Media Elektronik dalam Pembangunan Nasional, Pengurus Pusat
Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia, Jakarta 3 Juli 1996
ketentuan yuridis tidak otomatis akan mengubah konstelasi dalam sistem
sosial, yang akan memformat radio siaran swasta sebagai media massa yang
ideal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar